Lihat ke Halaman Asli

Ahok dan Demokrasi Keturunan Tionghoa

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ketegasan dalam memperjuangkan penghapusan korupsi menjadi ikon dalam pemerintahannya, ketegasan inilah yang menjadi magnetic baru untuk kemajuan DKI Jakarta. Tetapi dibalik itu semua, Ahok yang memiliki gaya blak-blakan dalam bertutur kata, membuat banyak pihak kurang simpatik. Memang kalau melihat gaya bicara Ahok dimedia sungguh tidak mencerminkan seorang pemimpin, kata-kata yang keluar sungguh tak layak didengar terlebih masyarakat Indonesia yang memiliki budaya timur, rasanya tak bijak untuk dikeluarkan.

Sosok Ahok, juga membawa angin baru demokrasi bangsa Indonesia, yang sejak jaman Gusdur, Megawati, SBY sampai jaman Jokowi turunan tionghoa bebas untuk berdemokrasi. Hal inilah yang harus dijaga oleh Ahok sebagai sosok yang memiliki kesempatan untuk memimpin DKI Jakarta. Masyarakat Tionghoa yang tersebar diseluruh Indonesia harap-harap cemas dengan hal tersebut. Memang, perbedaan tidak ada lagi, tetapi jika merunut dari sejarah masa lampau, rasanya terlalu banyak contoh pertentangan antara pribumi dengan china saat itu.

Di kota Makassar tahun 2008, anak saudara dosen saya kala itu dibunuh oleh salah seorang warga keturunan china, hal inilah yang memicu pembalasan oleh warga pribumi, dimana-mana terjadi pembakaran. Persoalan ini hanyalah “pemicu”, jauh dari itu bagai api dalam sekam. Di kota kendari tahun 2013, juga terjadi tragedi pembunuhan yang dilakukan seorang karyawan toko yang tega membunuh majikannya keturunan tinghoa. Sang pembunuh berujar, dia kerap kali dimarahi dengan kata-kata “kasar”, hal tersebut tidak diterima oleh penjaga toko tersebut.

Ini adalah sejarah kelam hubungan yang tidak baik antara “pribumi dan tionghoa”, kini di alam demokrasi semua itu telah sirna. Keberagaman dan ketenteraman yang terjalin selama ini haruslah tetap terjalin. Ahok sebagai perwakilan demokrasi tionghoa harus menyadari, bahwa dia tidak hidup sendiri, dia memiliki saudara yang tersebar diseluruh Indonesia. Tutur katapun harus lebih “indah”, perjuangan Ahok dalam memberantas korupsi perlu mendapat dukungan, tetapi dalam perjuangan itu Ahok harus menempatkan diri sebagai seorang pemimpin yang bijak dalam bertutur kata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline