Lihat ke Halaman Asli

Mabuk di Atas Negeri Sajadah Merah

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

semenjak angin mendesir di bulu-bulu matanya
menciptakan bunyi seruling sepanjang Anatolia-Konya
ia memahami rindu adalah secangkir Anggur yang memabukkan;
rindu itulah yang mengisi botol-botol Anggur dalam hatinya

apa yang lebih indah dari negeri di atas sajadah merah?
selalu—melulu keheningan menjadi benang yang mengaitkan
kelopak bunga-bunga mawar yang ia pilin menjadi sajadah merah;
tubuhnya adalah api yang dingin; yang menari-nari
bersama bebunyian seruling.

Api berdosa bila menghanguskan cahaya

diatas negeri sajadah merah
ia tak cuma mabuk di sepertiga malam;
terkadang ia minum secangkir Anggur itu di balkon rumahnya;
menghadap kebun Apel yang menghantarkan wewangian musim
atau ia dengan khusu’ duduk pada sebuah batu purba
sambil menghirup aroma tanah dan reranting; ia menari-nari
mabuk bersama seruling yang ditiup-tiup angin dari surga

hatinya selalu berpesta bersama nama yang menjadi dawam
selama berabad-abad. Nurrun Ala Nur; nama yang membuatnya
mabuk sambil berbincang-bincang tentang cinta dan rindu
dengan-Nya.

------------------

El Moccava, Kelapadua 2014

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline