Lihat ke Halaman Asli

Surat dari Hujan

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

(Dengan menyeru nama Tuhan
Yang Maha Pengasih
Yang Maha Penyayang)

bersama Cinta aku melayang-layang
dari awan yang basah terbebani debu-debu kesedihan
perjalanan panjang tanpa kompas
dari angin sayap burung-burung kecil aku terhempas

kubawa kidung, musim yang bernyanyi riang
bersama lantunan Ney, menyihir sepasang matamu
berputar-putarlah, nikmati jatuhku kehadapan wajahmu
rasakan pedihku sebagai Api yang teramat dingin
lalu Ingatlah
Ingatlah!
yang semestinya lidahmu ingat
hatimu ingat

selalu—melulu jangan salahkan Istana; mereka susah payah
membangun Cinta dengan jalannya
menyapu jalanan yang terkubur dedaunan
dan semampunya, mengubahnya menjadi emas
setiap pagi

inilah aku datang padamu
melayat wajah-wajahmu
bulir airku adalah ayat
ziarahku padamu tiap musimku

bersama Cinta aku melayang-layang
dari awan yang basah terbebani debu-debu kesedihan

(Maha Suci Tuhan
Dengan segala Ciptaan-Nya)

--------------------------------------

El Moccava, Kelapadua 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline