(1)
kau membuat pakaian dari hutan dan hujan di kota itu, menyusun kesunyian dari orang-orang yang menukar mulutnya dengan burung dan mesin. kau adalah tong sampah bagi hiruk pikuk dan keriaan, sejak berusaha mencari tulangmu sendiri dalam sebuah drama yang kehilangan dialognya. berisik!
(2)
jangan mengunyah sepi sendiri, seperti rumah menelan ruang tamu dan foto keluarga. berisik!
(3)
kenapa kau menyanyi diam-diam dalam siulan yang panjang, dengan lagu yang sama, dengan kisah-kisah yang sama di jalan yang sama. berisik!
(4)
di sebelah mana kau letakkan hutan di wajahmu, seperti kau gambar sungai atau danau di matamu, di tempat yang tepat. sementara kau banjiri dunia di cerminmu dengan air laut. aku masih percaya pada musim kemarau yang hangat dalam dirimu, seperti pelukan dari masa lalu. berisik!
(5)
kau membiarkan hutan itu tumbuh di punggungmu, hujan selalu datang, burung-burung terus bernyanyi dan bersarang di rambutmu. kenapa kau tak mengusirnya, seperti kipas angin yang meniup kulit mati di atas lantai, kenapa... berisik!
(6)