Lihat ke Halaman Asli

Menyoal Pelaporan Setya dan Fadli ke MKD

Diperbarui: 18 September 2015   17:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tujuh anggota Dewan Perwakilan Rakyat, memersoakan kehadiran Ketua DPR Setya Novanto dan Wakil Ketua DPR Fadli Zon pada acara jumpa pers bakal calon Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Bahkan, mereka melaporkan keduanya, ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD).

Namun, laporan itu oleh sejumlah kalangan sebagai bentuk persaingan antara Koalisi Indonesia Hebat (KIH) dan Koalisi Merah Putih (KMP) yang sekarang mengemuka. Meski hal ini sudah dibantah oleh pelapor Charles Honoris, tapi faktanya tak bisa dibantah. Lihat saja, 7 orang pelapornya berasal dari mereka yang menyebut Koalisi Indonesia Hebat tersebut.
Mereka adalah politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), yakni Charles Honoris, Budiman Sudjatmiko, Diah Pitaloka, dan Adian Napitupulu; politikus Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Amir Uskara; politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Maman Imanulhaq dan politisi partai Nasdem Akbar Faisal.

Dengan posisi semacam itu, lebih bijak jika MKD bekerja secara profesional tanpa intervensi kepentingan pragmatis dalam menyelidiki tuduhan pelanggaran etik yang dilakukan Setya bersama Fadli Zon sehinga tuduhan tersebut tidak menyisakan fitnah bagi keduanya.

Selain itu, masyarakat harus memiliki pengetahuan yang utuh tentang dugaan pelanggaran kode etik yang ditudingkan kepada keduanya. Penyelidikan MKD diperlukan sehingga memperjelas posisi dan status dugaan pelanggaran seperti yang dituduhkan oleh sejawat mereka yang kebetulan tergabung dalam Koalisi Indonesia Hebat.

Sebab, seperti keterangan Setya kepada sejumlah media, bahwa kehadirannya bersama Fadli, bukan untuk mendukung Donald Trump yang sekarang ini bakal maju sebagai bakal calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik. Sayangnya, pertemuan itu oleh sebagian kalangan sudah dipersepsikan sebagai sebuah dukungan sehingga langkah Setya dan Fadli dianggap melanggar etika Dewan. Apalagi, dalam media yang beredar terutama media cetak terlihat Setya berada di sisi Trump ketika Trump tengah meluncurkan siaran pers dengan Komite Nasional Partai Republik, RNC di Trump Tower di Manhattan, New York tersebut.

Mengutip mantan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Marzuki Alie hendaknya semua pihak, termasuk anggota DPR saat ini, menyikapi pertemuan Ketua DPR Setya Novanto dan Donald Trump dengan bijak agar tak gaduh di tengah buruknya situasi ekonomi nasional. Apalagi sampai ada wacana melakukan pergantian (melengserkan) Setya dari kursi kepemimpinan di Parlemen. Dia tak memungkiri jika pertemuan itu dinilai kurang pas. Namun, jangan karena itu lantas muncul keinginan untuk melengserkan Setya dan Fadli lantaran hal itu aka makin memperkeruh keadaan di tengah kondisi ekonomi yang sedang terpuruk.
Dalam kondisi seperti sekarang, jangan terlalu memikirkan kekuasaan, memikirkan ‘kursi’. Lebih baik jika kedua kelompok ini, Koalisi Indonesia Hebat dan Koalisi Merah Putih bersatu demi kepentingan yang lebih besar. Karena masalah yang lebih mendasar berada di depan mata. Misalnya, perekonomian Indonesia melambat, daya beli dan konsumsi masyarakat turun, dan jumlah pengangguran meningkat lantaran PHK ada dimana-mana. Meributkan pertemuan Setya, Fadli dengan Trump hanya akan menambah panjang daftar permasalahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline