Lihat ke Halaman Asli

Keluarga dan Radikalisme

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14297014621030993245

[caption id="attachment_379691" align="aligncenter" width="600" caption="abcnews.com"][/caption]

Konon, ibu dari pelaku bom Boston Marathon sebenarnya tahu bahwa anaknya memiliki ide yang tergolong radikal. Namun sang ibu mengaku bahwa ia tidak sampai berpikir bahwa anaknya memiliki ide melakukan aksi bom tersebut. Hal ini membuat saya bertanya apakah ini artinya sang ibu sebenarnya dapat mencegah anaknya untuk melakukan aksi bom Boston?

Banyak orang meyakini bahwa ibu memiliki pengaruh yang cukup besar dalam kehidupan keluarga, khususnya bagi kehidupan anak-anaknya. Seorang ibu sejak lama diyakini memiliki kemampuan unik untuk mengenali tanda-tanda yang berbeda dari kebiasaan anaknya. Biasanya hal tersebut menjadi pertanda bagi sang ibu bahwa anak tengah memiliki keganjilan tertentu, yang salah satunya bisa jadi akibat pengaruh paham radikal seperti terorisme.

Melihat fakta di atas, seharusnya ibu dapat memegang peranan kunci dalam mencegah masuknya paham radikal ke keluarga mereka, khususnya yang menyasar anak-anak. Lebih dari itu, yang terpenting adalah ibu perlu memiliki pengetahuan serta kepercayaan diri yang cukup dalam memengaruhi dan membimbing anak-anaknya untuk menjauhi paham radikal.

Peran keluarga dalam upaya penyelesaian terorisme sangatlah penting. Hal ini berkaitan dengan banyaknya kasus anak muda terjerumus pada paham-paham radikal karena akibat dari kurang perhatian yang didapat dari keluarga. Akibat kurang perhatian tersebut, seorang anak pun mencari jati dirinya di luar. Anak akan mencari tempat yang dapat menerima dan membesarkan hatinya. Paham radikal pandai memanfaatkan hal tersebut sebagai daya tarik dengan cara memberikan pengalaman yang membuat anak tergugah dan merasa diperhatikan. Akibatnya, anak pun dapat dengan mudah dipengaruhi oleh pengaruh radikal karena memang rayuan utamanya adalah dengan cara membesarkan hati sekaligus memberi janji perbaikan hidup.

Sesungguhnya individu dan keluarga merupakan pendukung utama program kewaspadaan terhadap bahaya terorisme. Individu dapat mengamati langsung anggota keluarga, saudara, teman, atau tetangga yang dicurigai tengah terpengaruh paham radikal. Kemudian jika benar-benar mencurigakan, individu dapat segera melaporkannya ke RT, RW, atau tokoh masyarakat yang berpengaruh di lingkungan sekitar. Selain itu, keluarga juga dapat berperan aktif dalam upaya pencegahan terorisme mengingat interaksi kehidupan yang paling dekat berada di dalamnya. Keluarga dapat menjadi penindak pertama yang tegas dalam memutus mata rantai penyusupan paham radikal.

Membina keluarga yang baik secara tidak langsung mendorong upaya pembinaan kehidupan bernegara yang baik. Dalam mencegah terorisme, keluarga merupakan media terdekat sekaligus perangkat paling lunak. Dikatakan media terdekat karena keluarga sesungguhnya dapat mengetahui potensi radikal yang ada di dalam diri anak. Sedangkan dikatakan paling lunak karena keluarga pada dasarnya memiliki tradisi yang khas dan berbeda satu sama lain. Melalui tradisi yang khas tersebut, keluarga dapat lebih dini menangkal upaya penyusupan paham terorisme.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline