Lihat ke Halaman Asli

RALLY ANINDYA

a small journal of mine

Remaja dan Kualitas Life Skill di Masa Kini

Diperbarui: 24 Agustus 2020   04:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Menurut Gunarsa, (2006:196), remaja merupakan mereka yang mengalami masa transisi (peralihan) dari masa kanak -- kanak menuju masa dewasa. Dimulai dari usia 12-13 tahun hingga usia 20-an, perubahan yang terjadi termasuk drastis pada semua aspek perkembangannya yaitu perkembangan fisik, kognitif, kepribadian, dan sosial.

Berbagai perubahan penting terjadi pada masa remaja, sehingga Hall (dalam Santrock, 2007) memandang masa remaja sebagai masa yang penuh badai dan stress. Pandangan tersebut dikarenakan pada masa remaja terjadi fluktuasi emosi yang lebih sering daripada sebelumnya. Berbagai pikiran, perasaan, dan tindakan terjadi berubah-ubah, seperti antara kesombongan dan kerendahan hati, niat baik dan godaan, kebahagiaan dan kesedihan, dan kondisi bertolak belakang lainnya yang berubah-ubah dalam jarak waktu yang singkat (Santrock, 2007).

Hurlock (1980) juga menjelaskan bahwa kondisi fluktuasi emosi atau ketidakstabilan pada remaja merupakan konsekuensi dari usaha penyesuaian dirinya pada pola perilaku baru dan harapan sosial yang baru.

Hal tersebut lah yang membuat remaja menjadi rentan untuk mengalami kemarahan, depresi, kesulitan dalam mengatasi emosi, sehingga dapat memicu terjadinya hal -- hal negatif. Contohnya kesulitan akademis, penyalahgunaan obat, gangguan makan, dan kenakalan remaja lainnya (Santrock, 2007).

Dengan gaya hidup dan tuntutan sosial yang berbeda, remaja masa kini dituntut untuk memiliki kualitas life skill yang jauh lebih tinggi dibandingkan remaja dari masa -- masa sebelumnya. Life skill sendiri adalah seluruh keterampilan (selain keterampilan akademik) dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk menjalani kehidupan yang efektif pada seluruh aspek kehidupan, dan dapat terukur secara objektif (Darden, Ginter, & Gazda, 1996).

Berbagai masalah perilaku yang muncul pada seseorang memiliki kaitan yang kuat dengan ketidakmampuan dalam mengatasi tuntutan dan tekanan dalam hidup secara efektif (WHO, 1997). Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa masalah perilaku tersebut muncul sebagai salah satu akibat dari kurangnya life skill pada seseorang (Yuen, dkk, 2009).

Individu dengan life skill yang memadai akan mampu beradaptasi dan memiliki perilaku yang positif dalam mengatasi tantangan dan tuntutan dalam hidup setiap hari (WHO, 1997). Selain itu, kurangnya life skill dapat menyebabkan neurosis dan psikosis pada seseorang. Semakin sedikit life skill yang dimiliki seseorang, maka semakin tinggi tingkat gangguan fungsional yang akan dialami (Ginter dalam Darden, Gazda, Ginter, 1996).

Keadaan di masa -- masa sebelumnya memang berbeda jika dibandingkan dengan keadaan masa kini. Di masa lalu, remaja tidak memiliki internet, sulit sekali untuk remaja masa lalu untuk mendapatkan akses ke obat -- obat terlarang. Sekarang remaja dapat secara mudah membelinya di toko online.

Tuntutan masyarakat terhadap penampilan remaja di media sosial pun juga menjadi salah satu perbedaan yang sangat signifikan dari keadaan masa lalu dan masa kini, contohnya sebagai remaja perempuan yang aktif di media sosial harus terlihat kurus  atau cantik dan sebagainya. 

Dulu juga semuanya tidak serba instan---di masa lalu tidak ada jasa Gojek yang siap sedia untuk membantu kapanpun seperti sekarang. Sehingga kualitas life skill yang harus dimiliki oleh remaja masa kini meningkat lebih tinggi dibandingkan life skill remaja masa lalu.

Tanpa kualitas life skill yang tinggi, remaja masa kini dapat merasa kesulitan saat menghadapi masalah di kemudian hari. Dibuktikan dengan banyaknya remaja yang mengalami gangguan mental.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline