Batas merapat
Jiwa kian melesak
Sesaat, semata kira dunia bergurau
Agar tawa pecah berderau
Menyapu pendar sepi agar tak jadi kota mati
Nyatanya... gurauan memukul telak
Tersungkur dalam jarak
Bayang hitam telah bersambang
Sapa raga menatap rana
Terkejut tak jua, sedih pun tiada.
Sang empu telah siap
Tapi, bekalnya tak jua lengkap
Masa tak lagi bertoleransi
Karena untuknya waktu tlah berhenti
Bisik-bisik pengganggu
Mencecar agar jatuh ikut kaum berbelenggu
Berpesta fora dengan pengikut baru
Euforia kelabu, pekat lahar jerau
Memakan waktu dalam siksa yang tak radu
Dua setapak telah menunggu
Antara putih atau malah kelabu
Nan pasti, telah terbujur kaku
Cekikan waktu yang mengimpit
Mengosongkan per inchi nadi
Gelegar alam menjadi-jadi
Bahwa tanah, kembali dapat penghuni
Gema tangis berisak
Ricuh suara meluap
Penanda telah diberi
Yang tersisa hanya kenangan abadi
Perihal nama juga perangai
Di antara ribuan yang pernah bersosialisasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H