Lihat ke Halaman Asli

Puisi | Elegi Anak Sayu

Diperbarui: 13 Mei 2020   17:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Elegi Anak Sayu

Alunan elegi pilu dialunkan sang anak bermata sayu
Ditengah teriknya sang surya yang kian menyilaukan mataku
Tapi anak itu, tak putus semangat sampai bait itu radu
Suara itu, merdu mendayu-dayu
Tak terdengar sumbang meski masih wagu
Buat ku ikut mendendangkan senandung itu

Anak itu, buatku ragu lalu bertanya dengan kalbu;
Tidakkah seharusnya ia meregup waktu bersama bendu?
Namun bersusah, dia bergulat dengan gitar nan bertandu di bahu

Jreng jreng

Sekali lagi, petikan gitar terdengar meramu lagu
Satu petik, dua petik ... kembali ke vocal satu

Payah ....
Lelah ....
Namun dia beralah,
Percayalah ini bukan ajujah!

Karna aku menangkap nadanya, jeritan hati di balik irama itu
Kudengar rintihan kelu seraya tembang itu terus berlalu
Kerling matanya tersorot rindu akan bahtera terbelenggu

Bakdahu elegi itu teradukan, dia mendengu
Saat tangannya masih kosong tak dibantu
Hanya dinikmati melodi tanpa imbalan seribu

Namun dia hapus kusut air muka, kembali mengusung gitar lusuh
Mengitari jalan demi kenyang yang tak keburu
Bergesa dia, takut diluruh sang waktu
Takut tak sempat bertandang ke tempat mengadu

Saat langkahnya tak berjarak di mukaku, aku mengeluarkan opini dibenakku.

Dan dia menyahut,
"aku nak pergi kerjakan kewajiban pada tuhanku. Lalu sambung mencari rupiah untuk ayahanda yang tak berdaya di gubuk bambu".

Jawabannya buatku terenyuh,
Dimana mereka yang mengumbar janji akan sejahtera secara menyeluruh.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline