Tembok Kota Batavia tidak banyak yang tersisa itu yang Daku (Saya) perhatikan ketika menapaki sisa-sisa tembok yang menjadi simbol kejayaan VOC di masanya.
Demi mengetahui sejarah Tembok Kota Batavia, Daku mengikuti Walking Tour bertajuk "Nostalgia di Tembok Batavia" yang diselenggarakan oleh Unit Pengelola Kawasan Kota Jakarta pada 11 February 2024.
Walking Tour ini dipandu oleh Muhammad Ikhwan Arif dan Muhammad Haidar Husein dengan peserta sebanyak 6 traveler pecinta sejarah dan bangunan tua.
Tidak banyak yang mengetahui bahwa Batavia di abad 17-18, merupakan kawasan yang dikelilingi oleh tembok kota (city wall). Tentu bagi pecinta film-film akan teringat film perang (war) kerajaan masa lalu yang menampilkan scene salah-satu pihak yang menyerang pihak lain yang berlindung di dalam tembok kota (benteng).
Tembok yang mengelilingi Batavia ini juga difungsikan sebagai pertahanan kota sama seperti film-film perang kerajaan. Salah-satu contoh tembok kota di Indonesia berada di kota Yogyakarta, yang masih bisa kita lihat sampai sekarang.
Batavia merupakan kota penting pada masa VOC menancapkan kaki-kakinya di Hindia Timur. Setalah mampu menguasai Batavia pada 1619 dikemudian waktu dibuatlah Kastil Batavia yang fungsinya sebagai pertahanan sebelum mendirikan tembok kota.
Kastil Batavia ini dibangun menempel pada dinding sisi timur Fort Jacatra pada pada abad 17. Bentuknya seperti diamond, ukurannya sekitar 57.600 m2 atau empat kali lebih luas dari Fort Jacatra (14.400 m2).
Terdapat bastion pada setiap sudutnya, yaitu Bastion Robijn di sudut barat laut, Bastion Diamant di sudut barat daya, Bastion Saphier di sudut timur laut, dan Bastion Parel di sudut tenggara. Kastil Batavia layaknya kastil di Eropa dikelilingi kanal yang cukup lebar (Kasteel gragcht).