Lihat ke Halaman Asli

Andri Mastiyanto

TERVERIFIKASI

Penyuluh Kesehatan

Wisata Gastronomi: Menjejak Penjual Kopi Bubuk Tertua di Bogor, Bah Sipit

Diperbarui: 31 Juli 2023   13:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kopi legendaris Bah Sipit di Bogor I Sumber Foto: Dokumentasi pribadi

Di pagi yang cerah itu, Daku duduk di sudut teras rumah bergaya vintage dengan jendela nako, menikmati secangkir kopi hangat buatan tangan ku sendiri

Aroma kopi menggoda dari uap yang naik menusuk hidungku. Zodiak Gemini ini bagaikan merasakan pelukan hangat dari keluarga. Tak sabar Daku menikmati tetes demi tetes dari gelas karton berwarna gelap berlogo kacamata bertuliskan Bah Sipit, dan menyeruputnya sedikit demi sedikit.

Kopi bah Sipit I Sumber Foto: Dokumentasi pribadi

Rasa pahit kopi begitu menyatu dengan rasa manis yang menggoda, ciptakan harmoni sempurna di lidahku. Setiap tegukan sari hitam itu membawa kenikmatan yang tiada duanya, seolah mengajakku untuk melupakan segala kepenatan dan kebisingan.

Pikiran Daku menerawang sambil menatap cairan hitam di dalam gelas karton itu. Rasanya seperti berada dipinggir danau menunggu sang surya tenggelam, di mana waktu seperti berjalan lebih lambat dan hidup terasa begitu indah.

Suasana teras rumah begitu hangat dengan obrolan ringan teman-teman Kompasianer menambah kesan bahagia dan menyenangkan.

Sekali lagi, sambil berbincang, Daku membenamkan bibirku ke dalam gelas karton itu, menyisakan sedikit cairan di dasarnya bersama bubuk kopi yang mengental.

Daku ingin menikmati setiap tetesnya hingga tetes terakhir. Ketika Daku akhirnya meneguk tetes terakhir cairan gelap itu, rasanya seperti momen perpisahan dengan sosok dirindukan yang akan kembali kudatangi esok hari. Tak ku sangka menghabiskan dua gelas.

Kopi bukan sekadar minum rutinitas bagiku, tapi semacam perayaan kecil yang membantu semangat menjelang siang. Setiap hari pukul 11 siang, Daku seperti diberi alarm untuk meminum cairan hitam itu. Tegukan menyeruput kopi menjelang tengah hari adalah momen kenikmatan, mengendurkan tegang di wajahku.

Pagi itu bersama teman-teman di Kedai sederhana itu, Daku hanyalah peminum kopi, tapi merasa terhubung dengan semua pecinta kopi yang datang. Seakan Daku menjadi bagian dari komunitas spesial yang mengagumi keajaiban biji kopi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline