Berdiri di depan Gedung Museum Arsip Nasional, minggu, 6 Maret 2022 membuat daku (saya) seperti menggunakan mesin waktu kembali ke abad 18.
Pandangan daku terpampang ke komplek bangunan tua, dimana rumah induk bergaya tertutup (closed Dutch style) yang diapit dua bangunan yang ukurannya lebih kecil.
Didepan gedung utama terdaapat kolam kecil yang terlihat mirip dengan model kolam di Istana Versailles, Perancis. Bila ditilik bangunan bergaya Eropa ini tidak memiliki serambi yang terbilang tidak lazim, dimana Batavia berada di daerah tropis.
Bangunan utama sepertinya tempat tinggal crazy rich Batavia yang terdiri dua lantai dan 1 loteng, berlangit-langit tinggi, serta memiliki tujuh jendela besar di lantai dua dan masing-masing tiga jendela di kiri-kanan pintu masuk utama (depan). Terlihat sekali desain bangunan ini untuk mengurangi panas dan kelembaban Batavia agar didalam ruangan lebih terasa sejuk.
Lantainya menggunakan marmer (sepertinya hasil renovasi) dan pintu-pintu terbuat dari kayu besar, dimana bagian atasnya diberi lubang angin (roaster) berukiran yang melambangkan iman dan harapan, serta ukiran berbentuk wanita memegang jangkar yang diatasnya terdapat ukiran mahkota serta disekeliling nya ukiran tanaman dan bunga laut yang merujuk pada 3 G (Gospel Gold, dan Glory).
Desain bangunan kuno ini tampak terlihat gagah dengan detail hiasannya sangat menarik, bergaya renaissance, barok (baroque), dan roccoco.
Lantai pertama memiliki 1 akses pintu utama yg dipenuhi ukiran, 2 akses menuju paviliun, dan 1 pintu menuju taman, serta di ruangan sisi kiri pintu masuk utama terdapat tangga menuju ke lantai dua.