Lihat ke Halaman Asli

Andri Mastiyanto

TERVERIFIKASI

Penyuluh Kesehatan

Kolaborasi Freeport, Plataran Indonesia, dan Yayasan Maramowe Hidupkan Seni Ukir Suku Kamoro Papua

Diperbarui: 5 November 2021   07:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengukir dari Suku Kamoro memperlihatkan teknik mengukir patung di gelaran Kamoro Art & Exhibition di Hutan Kota by Plataran I Sumber Foto: dokpri

Papua, daerah yang berada di ujung timur Indonesia yang memesona. Mereka hadir di Jakarta (27 -29 Oktober 2021) ingin menunjukkan bahwa Papua memiliki seni budaya yang agung dan layak diapresiasi.

Daerah ini dikenal karena keindahan alamnya seperti Raja Ampat dan memiliki ragam suku serta budaya yang unik dan otentik. Keragaman budaya ini menjadi identitas Papua di Indonesia maupun di mata dunia.

Beberapa suku asli Papua sudah begitu dikenal seperti Suku Dani, Suku Asmat ada juga Suku Kamoro. Kabupaten Mimiki menjadi lokasi dimana Suku Kamoro berada berdampingan dengan Suku Amungme. Kamoro adalah salah satu suku dari 255 suku di Papua.

Suku Kamoro menetap di beberapa wilayah di daerah pantai atau dataran rendah. Lahan yang ditinggali oleh suku Kamoro masuk ke dalam lingkup area pendukung operasi penambangan PT Freeport Indonesia (PTFI).

PT Freeport Indonesia (PTFI) pun berkomitmen melestarikan budaya dan berupaya hidup berdampingan, serta memberi manfaat dengan melakukan berbagai program pengembangan.

Yayasan Maramowe Weaiku Kamorowe (MWK) merupakan partner PT Freeport Indonesia dalam menjaga budaya dan seni Suku Kamoro.

Seorang perempuan berambut sebahu, berkulit kulit sawo matang dan bersuara renyah bercerita, bahwa kehadirannya di Jakarta untuk memperkenalkan karya seni Suku Kamoro, Mimika, Papua.

Sesi diskusi seni "Kearifan lokal dalam karya seni"di gelaran Kamoro Art & Exhibition di Hutan Kota Plataran, 29/10/2021 I Sumber Foto : dokpri

Perempuan itu bernama Luluk Intarti, founder Yayasan Maramowe Weaiku Kamorawe (MWK) yang membuka wawasan di sebuah sesi diskusi seni yang bertajuk  "Kearifan lokal dalam karya seni".

Pada sesi tersebut hadir pula Asha Smara Darra, (perancang busana dan pemilik lini busana Oscar Lawalata Culture), dan Ghea Panggabean (Perancang busana dan pemilik lini busana Ghea Fashion Studio).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline