Dalam 2 (dua) dekade kebelakang Industri Pertahanan Indonesia mulai berkembang. Sudah banyak Alat Utama Sistem Pertahanan (Alutsista) yang telah dikembangkan bahkan diproduksi dan dijual ke negara lain. Beberapa diantaranya CN-235 versi militer, Panser Anoa 6x6, Varian Senapan Serbu Pindad dan amunisi nya, Small Patrol Craft 'Sea Rider', SSV-LPD, dll.
Hal ini menunjukkan bahwa Industri Pertahanan Indonesia mampu menembus pasar luar negeri. Beberapa negara tetangga di Asia dan Afrika dalam beberapa tahun kebelakang mengimpor alutsista RI tanda kepercayaan produk Indonesia.
Kementerian Pertahanan RI pada 22 November 2018, melalui komentar Laksda TNI Agus Setyadi, Kepala Badan Sarana Pertahanan menyatakan industri pertahanan RI telah berhasil mengekspor senilai $ 284,1 juta antara tahun 2015-2018. Hasil penjualan tersebut berasal dari 4 perusahaan, yakni PT.Pindad, PT Dirgantara Indonesia (PTDI), PT PAL dan PT Lundin.
"Jangan belanja, tapi investasi. Anggaran (pertahanan) kita akan pakai buat membangun industri alutsista," tegas Presiden Joko Widodo dalam rapat terbatas tentang program dan kegiatan bidang politik, hukum dan keamanan di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (31/10/2019).
Saat ini perkembangan Industri Pertahanan Indonesia telah menyentuh semua matra baik Darat, Laut dan Udara. Namun yang cukup mengagetkan dibandingkan dengan matra lainnya (Darat dan Laut) sepertinya matra udara berusaha melakukan loncatan teknologi militer kelas berat.
Saat ini Korsel dan Indonesia sedang memproses proyek bersama pembangunan dan produksi bersama pesawat tempur kelas berat generasi 4.5 yang dinamai proyek Korean Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment (KFX/IFX).
Pesawat generasi 4.5 merupakan pesawat tempur tercanggih hanya saja belum memiliki kemampuan stealth (siluman) seperti F.22 Raptor, F.35 dan Sukhoi 57. Namun pesawat generasi 4.5 masih memiliki daya jelajah, kecepatan, perang elektronik, radar, dan jenis dan jumlah muat persenjataan yang mempuni diantaranya Sukhoi Su-35 super flanker dan F-16 versi terbaru (Viper) yang akan dibeli Indonesia.
Apakah yang dilakukan Indonesia dengan loncatan langsung mengembangkan pesawat tempur kelas berat sudah tepat ? jika tujuannya adalah ekspor. Mungkin kerjasama ini lebih kepada mendapatkan alih tekhnologi.
Ada 3 Alasan, sebaiknya Indonesia mengembangkan pesawat serang ringan yang diproduksi PTDI, bila bertujuan ekspor.
..
1. Belum Banyak Pesawat Serang Ringan Sukses Menggantikan OV-10 Bronco