"Kita semua harus menerima kenyataan, tapi menerima kenyataan saja adalah pekerjaan manusia yang tak mampu lagi berkembang. Karena manusia juga bisa membikin kenyataan-kenyataan baru. Kalau tak ada orang mau membikin kenyataan-kenyataan baru, maka 'kemajuan' sebagai kata dan makna sepatutnya dihapuskan dari kamus umat manusia." ---Pram---
Film Bumi Manusia yang diadaptasi dari buku karya Pramoedya Ananta Toer mengingatkan kita pada masa Penjajahan bahwa ketidakadilan, ketidaksetaraan itu nyata. Apakah film ini akan menyentil dan mengingatkan kita kembali pada masa-masa dimana Pribumi di cap sebagai warga kelas 3 !!! .... mungkin karena ketidakadilan dan ketidaksetaraan juga masih tetap ada di jaman ini, banyak contohnya.
Makin modern peradaban sebuah bangsa maka kesetaraan dari berbagai segi kehidupan makin nyata. Lihat bagaimana wanita di era modern ini mendapatkan kesempatan yang sama dengan laki-laki dalam berbagai profesi. Seorang wanita saat ini sudah bisa menjadi seorang pimpinan, beda 360 derajat dibandingkan dimasa Minke 'Monyet' blogger zaman old hidup (Hindia Belanda).
Bahkan saat ini seorang lulusan SMP bisa menjadi seorang menteri, sebut saja Ibu Menteri Susi Pudjiastuti. Seseorang yang tidak memiliki titel kesarjanaan dapat menjadi founder social media ternama (facebook). Masih banyak contoh lainnya tetapi hal tersebut tidak bisa digeneralisir.
Tapi patut pula sadari bahwa dalam beberapa industri tertentu, apabila seseorang yang tidak memiliki profesi tertentu tidak akan berkesempatan memiliki karir sampai top level. Padahal banyak profesi lainnya yang berkerja di industri tersebut. Salah-satu halnya karena dibuat aturan yang timpang dan amat jelas mengandung unsur ketidaksetaraan. Film Bumi Manusia memunculkan ini dalam isu seorang Pribumi tidak memiliki hak yang sama dengan bangsa Eropa.
Tidak hanya itu saja, Film ini kita juga disadarkan bahwa seorang pemimpin tidak perlu disembah atau dijilat-jilat. Kita patut mengingat bagaimana dahulu seorang raja disembah dengan posisi duduk dengan kepala menunduk, setelah era kemerdekaan bertemu Presiden berdiri dengan jabat tangan dan saat foto bersikap tegak, namun saat ini seorang Presiden bisa diajak foto selfie. Ternyata jaman telah berubah guy's.
Minke sang blogger jaman old mengingatkan daku bahwa untuk menghasilkan perubahan memang harus diperjuangkan. Bila Minke hidup di zaman sekarang bisa jadi dirinya merupakan seorang blogger. Ia membuat sebuah catatan harian, menuliskan apa yang dia lihat dan rasa bagaikan seorang blogger zaman now.
Tulisan-tulisan Minke menjadi sarana memperjuangkan perubahan dan propaganda melawan ketidakadilan yang juga telah dicontohkan oleh para pendiri bangsa era kebangkitan nasional. Pramoedya Ananta Toer membentuk sosok Minke sepertinya terinspirasi dari seorang tokoh pers dan tokoh Kebangkitan Nasional Indonesia, RM Tirto Adi Suryo (TAS), yang merupakan salah-satu pendiri Serikat Dagang Islam.
-----
FIlm yang berdurasi 3 jam hampir selama film Avangers Endgame ini, bisa daku bilang film yang sangat bagus dari sisi alur cerita dan pesan-pesan yang disisispkan. Walaupun ada beberapa scene yang daku rasa kurang cocok di hati.