Lihat ke Halaman Asli

Andri Mastiyanto

TERVERIFIKASI

Penyuluh Kesehatan

Menjaga Ikan Duyung, Jangan Lupa Lestarikan Ekosistemnya 'Padang Lamun'

Diperbarui: 27 Mei 2018   17:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Deskripsi : Mamalia laut Duyung & Padang Lamun patut mendapatkan perhatian ancaman kepunahan, yuks kita bersama membantu melestarikan ISumber Foto : IG DSCP Indonesia

Dinosaurus merupakan hewan yang hanya bisa kita lihat wujudnya di film-film tetapi itu hanya rekaan fisik yang ditampilkan. Masih banyak hewan-hewan baik darat maupun perairan yang terancam punah karena aktivitas perburuan atau rusaknya ekosistem. Di Indonesia sendiri kita hanya mendengar pernah hidup di negeri ini Harimau Jawa, Harimau Bali, Tikus Goa Flores, Tikus Hidung Panjang Flores, Tikus Pohon Verhoeven dan Kuau Bergaris Ganda.

Selain keenam satwa tersebut, masih ada beberapa hewan asli Indonesia lainnya yang sudah mendekati kepunahan karena kehilangan habitat & ekosistemnya juga karena perburuan & rusaknya ekosistem, seperti halnya Badak Sumatera & Jawa, Burung Maleo, Mentok Rimba, Pesut Mahakam, Bekantan sampai dengan Duyung .

Pelestarian dan kesadaran dari semua pihak harus menjadi hal yang utama, satu hal yang tidak mungkin dalam beberapa tahun lagi, generasi penerus bangsa ini hanya akan dapat melihat hewan-hewan tersebut melalui film, youtube, buku atau media lainnya. Mereka melihat bukan secara langsung karena binatang yang bersangkutan sudah punah.

Salah-satu hewan laut apabila tidak dijaga pun akan cepat punah yaitu Duyung. Daku pernah mendengar mamalia laut berjuluk ikan Duyung ini. Mamalia laut ini memiliki legenda dan mitos hampir dipenjuru dunia. Legendanya Putri Duyung merupakan wanita cantik berwajah dan berbadan manusia dimana bagian tubuh dari punggung kebawah berbentuk ikan. Bahkan kisah putri 'Duyung' acapkali difilmkan dengan berbagai versi.

Mitos yang berkembang di masyarakat yang percaya dunia klenik, Air mata Duyung dianggap sebagai pelet atau ramuan pengasih. Padahal cairan tersebut hanya lendir pelembap mata Duyung dan keluar dari kelenjar air mata ketika Duyung sedang tidak berada di dalam air. Daku pun pernah melihat itu disalah-satu televisi bagaimana masyarakat mengumpulkan air mata Duyung.

Duyung hidup dan berkembang di ekosistem laut padang Lamun. Disanalah Duyung bermain dan mencari makan. Apabila padang Lamun rusak bahkan punah maka Duyung pun akan ikut punah. Ini patut menjadi perhatian bersama, untuk itu kita perlu mengenal padang Lamun selain Duyung itu sendiri.

Mengenal Ikan Duyung

Duyung dengan nama lain dan merupakan nama ilmiah nya yaitu 'Dugong' adalah salah satu dari 35 jenis mamalia laut di Indonesia, dan merupakan satu-satunya satwa ordo Sirenia yang area tempat tinggalnya tidak terbatas pada perairan pesisir.  Mamalia laut ini memiliki ukuran yang besar dengan panjang tubuhnya bisa mencapai 3 (tiga) meter dengan berat 450 kg. Ikan yang sebetulnya mamalia ini memiliki umur yang panjang, bisa hidup sampai 70 tahun.

Mamalia laut ini merupakan herbivora dimana ia pemakan Lamun, dan Duyung turut serta menyeimbangkan ekosistem Lamun itu sendiri. Keberadaan Duyung dapat ditemukan di sepanjang cekungan Samudra Hindia dan Pasifik. Duyung memiliki kemampuan menahan napas di dalam air sampai 12 menit, sambil mencari makan dan berenang.

Berbagai wilayah pesisir laut Indonesia merupakan habitat Duyung, termasuk di Bintan (Kepulauan Riau), Kotawaringin Barat (Kalimantan Tengah), Tolitoli (Sulawesi Tengah), dan Alor (NTT). Duyung berperan penting pada kelestarian ekosistem pesisir, salah satunya padang Lamun. Duyung itu hewan yang berperan penting dalam ekosistem perairan, Duyung merupakan tanda bahwa perairan itu jernih dan Duyung berperan mengatur laju pertumbuhan padang Lamun di Indonesia. 

Namun banyak masyarakat yang belum sadar dan terus saja menjadikan Duyung sebagai buruan untuk diambil minyak dan dagingnya. Perburuan skala lokal dan pemanfaatan langsung bagian tubuh Duyung, terjaring atau terperangkap di alat tangkap (sero, keramba, dll.) milik nelayan dan tertabrak kapal wisata atau kapal nelayan menjadi penyebab berkurang jumlah Duyung.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline