Saat ini gaya komunikasi antar personal dan massa sudah sangat terlihat mengalami perubahan dibandingkan dengan sepuluh tahun lalu. Bahkan di social media milik badan/lembaga/institusi pemerintah pun sudah mengalami perubahan ke gaya komunikasi netizen. Gaya priyayi di institusi pemerintah sudah mulai lambat laun terkikis. Bagi institusi pemerintah yang mempertahankan gaya komunikasi priyayi ini akan dipertanyakan apakah masih mau bertahan???
Dibeberapa institusi pemerintah contohnya TNI AU yang memiliki follower di twitter lebih dari 250 ribu sudah menggunakan gaya komunikasi kekinian yang tidak alergi dengan kata 'ngedate', ra iso, dan yang lagi ngehits saat ini istilah 'Dilan'. Ditjen Pajak Kementerian Keuangan tidak kalah dengan TNI AU, akun twitter yang memiliki followers lebih dari 76 ribu tidak segan menggunakan kata 'leyeh leyeh'.
Itu merupakan 2 (dua) contoh institusi pemerintah yang menggunakan gaya komunikasi kekinian dan menyadari cara berkomunikasi sudah berubah, gaya bahasa priyayi tidak harus selalu digunakan menghadapi generasi digital. Institusi yang lain yang belum menggunakan gaya komunikasi populer sebaiknya sudah saatnya buka mata dan telinga.
Begitupun dengan gaya komunikasi para Menteri di era kepemimpinan Presiden RI Joko Widodo sangat terlihat jelas sudah sangat berubah. Pada saat perkenalan pertama para Menteri ke publik, pakaian yang digunakan pun sudah tidak begitu formal. Para Menteri diperkenalkan dengan kemeja putih dengan bawahan gelap tanpa jas bagi pria dan tidak menggunakan kebaya bagi perempuan.
Gaya komunikasi non priyayi ini pun daku lihat dan rasakan langsung di kegiatan Tokoh Bicara Kompasiana pada hari selasa, 30 januari 2018 di ruang Ruby, Gedung Kompas, Jakarta. Yang menjadi tokoh bicara didepan kami para Kompasianers yaitu Menteri Informasi dan Komunikasi, Rudiantara. Awalnya ketika nama pak Menteri disebut oleh MC bahwa telah tiba, sebagian besar yang hadir berdiri termasuk diri daku. Mungkin karena diri daku abdi negara jadi secara otomatis bersikap demikian.
Yang terjadi kemudian dirinya menghampiri tempat duduk kompasianers dibaris pertama sampai dengan ketiga dan menyalami kami satu-satu. Nah ada hal yang lain yang cukup mengagetkan, beliau menolak duduk di sofa yang telah disediakan. Bahkan dirinya sendiri menarik bangku dideretan para kompasianers yang kemudian diletakkan berhadapan dengan kami. Dirinya tidak memerintahkan anak buahnya untuk menarik bangku yang biasa digunakan di acara kondangan itu.
Bagi daku apa yang dilakukan Pak Rudiantara membuat suasana lebih cair di kegiatan tokoh bicara Kompasiana kali ini. Karena sikapnya ini, kami pun dengan bebasnya dapat menceletuk dan sedikit bercanda ditengah Pak Rudiantara sedang menyampaikan gagasan dan idenya bagi perkembangan dunia informasi dan telekomunikasi.
Bisa dibilang dirinya merupakan wujud dari "Menteri Zaman Now" yang ingin tidak ada jarak dengan masyarakat. Pada saat menyampaikan pandangan, ide, gagasan dan program dari Kementerian Komunikasi dan Informatika didepan kami (kompasianers) menggunakan gaya bahasa populer dan netizen.
Dirinya merupakan profesional di industri telekomunikasi, perjalanan karier nya bermula pada saat usia 25 tahun saat bergabung ke Indosat. Catatan kariernya terbilang cepat di Indosat, dalam hitungan beberapa tahun dia menjadi General Manager Business Development di Indosat. Setelah 10 tahun di Indosat, ia pindah ke Telkomsel. Di Telkomsel juga ia pun sukses dengan menempati posisi direktur.
Selain Telkomsel, dia juga sempat mengelola provider lain yakni XL bahkan perusahaan BUMN seperti Telkom mendapatkan tuah dari kemampuannya. Karir cemerlang dia dapatkan di BUMN dan industri telekomunikasi swasta karena sistem karir "Zaman Now". Sistem karir ini ternyata dapat menunjang young on top.
Mungkin karir tersebut akan sulit didapatkan bila dirinya berkarir di institusi pemerintah yang menggunakan sistem karir berjenjang, persyaratan profesi tertentu untuk jabatan di Unit Pelayan Teknis tertentu dan wajib memiliki syarat golongan utnuk menduduki jabatan. Memang orang-orang yang cara berfikirnya out off the box sebaiknya berkarir di BUMN atau swasta lalu kemudian menjadi Menteri yang merupakan jabatan politik.