Keberagaman sebuah kenyataan yang tidak terbantahkan dalam kehidupan bergaul di dunia nyata dan dunia maya di negeri bernama Indonesia. Negeri kita Indonesia yang terdiri dari 300 etnik dan 1.340 suku bangsa menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010. Data tersebut menunjukkan bahwa negeri ini rentan benturan tetapi kenyataannya negeri ini Merdeka karena bersatunya berbagai suku bangsa dibawah negara Indonesia.
Pembagian kelompok suku di Indonesia tidak mutlak dan tidak jelas berdasarkan daerah karena beberapa suku menetap di lokasi diluar tempat asalnya. Akibat perpindahan penduduk, percampuran budaya, dan saling mempengaruhi membentuk beberapa suku / etnis baru sebagai contoh percampuran suku bangsa adalah suku Betawi yang merupakan suku bangsa hasil percampuran berbagai suku bangsa pendatang baik dari Nusantara maupun Tionghoa dan Arab yang datang dan tinggal di Batavia pada era kolonial. Ini bisa dilihat dari pakaian adat pernikahan suku Betawi.
Contoh lain sebagian pihak berpendapat orang Cirebon adalah suku tersendiri dengan dialek yang khusus pula, demikian pula suku baduy dan suku Banten yang sementara pihak menganggap mereka sebagai bagian dari keseluruhan suku sunda, sedangkan sementara pihak lainnya berpendapat bahwa mereka hanyalah subetnik dari suku Jawa secara keseluruhan. Inilah unik nya Indonesia yang tidak dimiliki negara lain dengan keberagaman etnik dan suku bangsa.
Almarhum Bapak pernah berucap "bergaulah dengan banyak kalangan, agar kita tidak memiliki pikiran yang sempit dan mudah berfikir radikal". Ucapan itu daku ingat selalu dan karenanya daku bergaul dengan banyak orang, kalangan dan komunitas. Semenjak tahun 2009 daku selain bergaul di lingkungan rumah dan tempat kerja, daku bergambung di komunitas travelling (Backpacker Jakarta, KOTEKA), Komunitas pendidikan (Coin A Chance), Klub Blogger (Kelas Blogger, Bloger Crony, Blogger Cihuy, ISB, dll), Komunitas Blogger Film (KOMIK), Komunitas Pecinta Kuliner (KPK, Jakarta Food Traveller), dan beberapa Komunitas lainnya.
Apabila kita kurang bergaul dan hanya berada di kotak yang sama, kita bisa terjerumus seperti artikel DISINI . Pentingnya bergaul dengan banyak kalangan agar kita dapat lebih memahami satu-sama lain dalam keberagaman dan lebih bisa hidup berfikir positif. Salah satu komunitas yang daku ikuti baik secara dunia nyata dan online ialah Komunitas Backpacker Jakarta atau lebih dikenal dengan BPJ.
Komunitas Backpacker Jakarta (BPJ) dikalangan traveller jakarta pasti sudah tidak asing lagi. Sebetulnya komunitas ini tidak hanya berasal traveller dari Jakarta saja tetapi juga dari Bodetabek (Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi). Daku sendiri merupakan member Backpacker Jakarta sejak pertengahan tahun 2013 yang tidak berdomisili di Jakarta tetapi dari Kabupaten Bogor. Bahkan daku tidak menyangka pernah di nominasikan sebagai best member edisi pertama yang diselenggarakan pertengahan tahun 2014 dan nominasi inspiratif member tahun 2016.
Sepertinya komunitas ini berusaha menonjolkan konsep keberagaman sebagai komunitas travelling. Pada bulan juni 2017, daku menyempatkan hadir di acara buka bersama akbar BPJ 2017 sebagai perwakilan Coin A Chance (Komunitas Coin Untuk Pendidikan) yang di undang resmi oleh BPJ. Konsep acara kental dengan konten keberagaman dan Bhinneka Tunggal Ika.
Mengenal Backpacker Jakarta
Backpacker Jakarta merupakan komunitas travelling yang bergaya backpacker dengan pembiayaan trip / perjalanan berkelompok secara patungan (cost sharing). Semua biaya akan ditanggung oleh peserta yang ikut itu kenapa disebut cost sharing. Setelah selesai trip / perjalanan selalu ada rincian laporan pemasukan dan pengeluaran serta dana yang tersisa diinfokan disemua group BPJ. Prinsip di BPJ selama trip "Susah senang ditanggung bersama".
Komunitas ini didirikan pada 5 April 2013 dan berpusat di Jakarta. Terdapat 7 ( tujuh ) founder dari BPJ kemudian mengerucut menjadi 3 ( tiga ) saja yakni ; Edi M Yamin, Rusmiyana, dan Selly. Perkembangan Komunitas Backpacker Jakarta tidak lepas dari sikap terbuka Edi M Yamin selaku founder sekaligus Ketua Komunitas terhadap berbagai ide, masukan bahkan kritik.
Berkembang, tumbuh dan harumnya BPJ dalam empat tahun terakhir menimbulkan efek domino terhadap penambahan member yang tidak hanya berdomisili di Jakarta saja tetapi juga sekitarnya (Bogor, Tangerang, Bekasi dan Depok ). Mungkin para founder dan admin (ketua RT, RW dan Lurah) bisa mempertimbangkan perubahan nama dari Backpacker Jakarta menjadi Backpaker Jabodetabek yang sama-sama bisa disingkat BPJ.