Dua kali sudah daku mengunjungi Pulau Dewata Bali tetapi entah kenapa ada sesuatu yang memanggil untuk kembali. Daku sebagai pecinta jalan-jalan sejatinya acapkali menemui eksotiknya pemandangan pantai, rimbunnya hutan, segarnya air laut dan pesona pulau di lokasi lain. Tetapi kenapa Bali always sound an alarm.
Daku berasal dari keluarga menegah kebawah, pada saat masa sekolah sampai dengan kuliah tidak memiliki kesempatan dan materi untuk bisa melihat Pulau Bali. Setelah berkerja dan memiliki penghasilan sendiri akhirnya daku mendapat kesempatan ke Pulau yang dikenal di dunia sebagai pulau yang eksotik.
Bahkan pengalaman pertama daku menjejak ke luar Jakarta selain pulang kampung ke halaman orang tua ialah Pulau Bali. Sebuah perjalanan yang akhirnya memanggil daku untuk mengeksplore daerah lain. Gara-gara Bali lah daku akhirnya menyukai wisata pulau dan menikmati keindahan laut serta mengeksplore / mengelilingi pulau dengan jalan kaki. Bisa daku bilang Bali its Funky or Bali Funky karena membuat daku bergaul di beberapa komunitas travelling.
Daerah-daerah eksotik di pulau Jawa sudah daku jajaki dari ujung barat seperti Pulau Gunung Anak Krakatau, Pulau Sabesi ( Lampung ), Pulau Peucang dan Pulau Hendeheleum. Lalu, menyisir ke utara Pulau Rambut, Pulau Tidung, Pulau Sangiang, Pulau Tunda, Pulau Pari, Pulau Bidadari, Pulau Cipir, Pulau Kelor, Pulau Onrust, Pulau Menjangan Besar & Kecil, Pulau Gosong, Pulau Air, dan Penangkaran Hiu di Kepulauan Karimun Jawa.
Apa yang daku cari di pulau-pulau tersebut ialah RASA keindahan pantai dan keelokan pulau'nya. Tetapi jujur ada yang beda, Pulau Dewata seperti memberi panggilan untuk kembali walaupun Kepulauan Karimun Jawa dan Pulau Peucang memiliki panggilan yang sama. Sama seperti Pulau Bali, ke dua pulau tersebut ( Pulau Peucang & Kepulauan Karimun Jawa ) telah daku singgahi 2 kali. Mereka bagaikan berbisik "Ayyooo kesini lagi, eksplore di sisi yang lain" dan meminta yang ketiga kalinya.
Setelah mendapatkan banyak kesempatan menjelajah pulau, daku pun menjelajah gunung, hutan, pantai dan tidak lupa kota di pulau Jawa. Penjelajahan tersebut juga terinspirasi dari perjalan daku ke Bali bersama teman-teman kantor ke daerah Ubud Bali yang rindang dan dapat berinteraksi dengan satwa di Monkey Forest. Daku mendapatkan kenikmatan tersendiri merasakan ciptaan Tuhan sebelum Instagram menjadi ajang tempat untuk mengkoleksi moment-moment berupa foto perjalanan. Walaupun ada sebuah moment daku hampir dijemput ajal di Selat Sunda, Pulau Anak Krakatau karena terbawa arus laut dan pernah juga tersesat di hutan Pulau Sangiang.
Menjejak Destinasi lain di Bali agar Bali Funky
Pada saat berada di Bali tahun 2009 dan 2013 daku visit ketempat objek utama yang sudah biasa wisatawan datangi. Lokasi tersebut yaitu Pantai Kuta, Ubud Mongky Forest, Pantai Jimbaran, Tanah Lot, Bebek Bengil , Kintamani, Sanur, Garuda Wisnu Kencana, Gunung Agung, Uluwatu dan Pantai Dreamland. Pengen sekali menjejak lokasi lain di Pulau Dewata.
Dalam travelling entah kenapa daku lebih banyak menjejak Pulau dibandingkan Gunung yang memberikan pandangan hijau royo-royo. Mungkin bisa jadi karena banyak hal yang didapat ketika berada di sebuah pulau, yakni menikmati perjalanan menyebrang antar pulau, menikmati pantai, menjelajah daratannya, dan pastinya bermain air di lautnya.
Pertama yang akan daku datangi ketika berkunjung ke Bali lagi yakni menjejak Pulau Nusa Penida. Destanasi ini menjadi sebuah cita-cita tidak hanya sekedar keinginan. Pulau kecil yang terletak disebelah tenggara Pulau Bali itu dikenal lokasi yang eksotik untuk dikunjungi. Nusa Penida bagaikan gadis perawan milenial yang menyajikan tempat yang masih natural, pesona tebing, kolam alami, pantai dan terumbu karang.