Daku melihat dan berdiri sekitar lima meter didepan para pria dan wanita lanjut usia yang sedang dalam posisi duduk didepan sebuah rumah yang terlihat baru di renovasi. Mereka merupakan para vetaran perang kemerdekaan, istri dan keluarga para pejuang yang telah meninggal. Terlihat dua pejuang 'Legiun Veteran' berseragam militer dengan kopiah berwarna kuning gading duduk paling depan. Terenyuh itu yang bisa daku ucap dalam diri di hari itu, kamis, 17 Agustus 2017 menjelang matahari berada di puncak kepala.
Apa yang daku lihat, mereka sangat sabar mengikuti sebuah acara program CSR ( Coorporate Social Responbility ) dari Bank Mandiri yang merupakan salah-satu bank plat merah milik negeri ini. Terlihat fisik dan energinya sudah terlihat lelah, mungkin mereka sudah menunggu lama untuk bertemu dengan kami para rombongan yang akan menilik sebuah rumah veteran yang di renovasi. Rumah tersebut merupakan milik kakek Taslim salah seorang pejuang kemerdekaan yang berusia menjelang 90 tahun. Dalam hati daku merasa bersalah, seharusnya kami lah yang harus menunggu mereka.
Renovasi Rumah Veteran ini merupakan program sinergi 10 BUMN yang disebut dengan program "Bedah Rumah". Dalam program tersebut akan dilakukan renovasi 724 unit rumah milik para veteran pejuang se-Jawa Barat. Bank Mandiri ikut berpartisipasi dengan mendapat jatah renovasi / bedah rumah sebanyak 150 unit. Daku dan 19 kompasianers lainnya amatlah bersyukur dapat berjumpa langsung para veteran perang kemerdekaan dan dapat menilik rumah yang telah selesai di renovasi yang beralamat di Kampung Pintu RT 33 RW 22.
Menurut keterangan Ibu Martha Budiningsih, CSR Officer Bank Mandiri "Di Pangalengan sendiri, terdapat 6 unit rumah milik veteran yang akan di bedah rumah nya oleh Bank Mandiri, dua rumah sudah selesai pengerjaannya, yaitu milik kakek Taslim dan Ibu Ener. Pengerjaannya bekerjasama dengan TNI AD, Kodam III/Siliwangi dalam jangka waktu 10 hari. Konsepnya ada renovasi dan bangun ulang. satu rumah perhitungannya 40 juta rupiah" ucapnya di disamping rumah kakek Taslim, Kampung pintu, Pengalengan, Jawa-Barat (17/82017).
Setelah berbincang dengan dengan Ibu Martha, kemudian daku berkeliling rumah yang di renovasi tersebut. Menurut daku hasil pengerjaannya rapih dan sangat layak ditinggali oleh kakek Taslim sang pejuang kemerdekaan. Dari hasil ngobrol santai dengan ibu Martha, ia menyampaikan rumah kakek Taslim terbilang rusak berat untuk itu perlu dibangun ulang bukan di renovasi. Walaupun biaya per unit nya hanya 40 juta rupiah, ini diakali dengan subsidi silang dari rumah veteran lain yang kondisinya tidak memerlukan biaya yang cukup besar.
Apa yang daku lihat langsung ini merupakan contoh bahwa para legiun veteran masih tersisa di pelosok-pelosok desa. Ketika daku berada disana seperti diingatkan bahwa mereka masih ada, dan bagaimana bangsa ini berterima-kasih kepada mereka yang memerdekakan dan mempertahankan negeri ini dari penjajah Belanda.
Dari mata para pejuang tersebut daku melihat keihklasan. Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia wilayah Pengalengan yakni Kakek Acin menyampaikan bahwa ia cukup gembira mendapat bantuan renovasi kepada anggotanya. Beliau bercerita semenjak ia menjadi ketua Legiun Veteran, ia acapkali membelikan seragam veteran menggunakan koceknya sendiri dan bantuan renovasi ini baru pertamakali menurutnya. Untuk itu kakek Acin berterima kasih kepada Bank Mandiri yang telah turut membantu meronovasi rumah veteran.
kakek Acin menambahkan keterangannya bahwa Jumlah veteran sekecamatan yang tersisa tinggal 7 orang. Jumlah istri yang masih hidup sekitar 37 orang. Pada saat masa kemerdekaan Kakek Acin ( 88 tahun ) ditempatkan di Batalyon 25, resimen 8, divisi Siliwangi. Beliau ikut berperang di wilayah Bandung Selatan sampai dengan Garut melawan penjajah Belanda.
Upacara Bendera Merah Putih Yang Membuka Mata
Pada saat berada di bus menuju Bandung, ada saja yang bertanya kepada daku kapan terakhir upacara bendera. Bagi daku sendiri upacara bendera masih sering daku rasakan. Setiap bulan pada tanggal 17 di tempat kerja daku RSKO Jakarta selalu mengadakan upacara pada pukul 07.30 WIB yang kemudian dilanjutkan siang harinya dengan pertemuan pegawai.
Kali ini daku merasakan hal yang berbeda dan memberikan kesan yang mendalam. Daku merasakan antusius dan eforia yang lebih dibandingkan dengan suasana di kota Jakarta. Kami kompasianers mendapatkan kesempatan upacara 17 Agustus di tengah perkebunan teh yang terletak di Malabar, Pengalengan, Bandung.