Bangku - bangku merah berjajar tersusun rapi. Manusia berbagai usia berada didalam sebuah ruangan baik itu usia senior, individu matang, pria metrosexual, fashionable ladies, Anak Baru Gede (ABG), dan anak dibawah umur / under age. Didepan manusia ini terbentang sebuah layar putih yang lebar. Hawa dingin menyelumuti didalam ruangan. Cinema 21 di bilangan setiabudi itu menjadi saksi dimana para kompasianers pecinta film berkumpul dan berada bersama penikmat film lainnya.
Sebuah sensasi film ditayangkan didepan pandangan kami. Tidak semua kompasianers pernah menonton genre film yang ditampilkan. Film bergenre fiksi action besutan dan produksi dalam negeri termasuk langka. Ini menjadi sesuatu yang unik bagi para kompasianers. Film ini yang berjudul "Satria Heroes: Revenge of Darkness" membuat kami terheran-heran dan ada rasa bingung. Kenapa begitu ?? .... ya karena sebagian besar kompasianers yang hadir amat jarang menonton film seperti ini atau sudah lupa kenikmatan nonton film super heroes seperti Satria Baja Hitam atau Power Rangers.
Bahkan ada kejadian lucu dimana daku duduk disebelah emak - emak Kompasianers Marla La'sappe Thalib bersama gadis cantiknya. Obrolan dan celetukan dari kacamata nya kok ganti, kacamatanya di taro dimana, itu cowok klo di demensi lain pakai lipstik klo di bumi nggak pakai lipstik, bahkan sampai ketoprak pun jadi bahan celoteh. Itulah sisi lain menonton film yang tidak selalu mata menatap kedepan menyimak film kayak orang yang terhipnotis.
Menonton film ini merupakan bagian dari acara KOMIK Nobar "Saatnya Sineas Perempuan Pegang Kendali di Film Nasional". Selain nobar (nonton bareng) kami para kompasianers mendapatkan pengetahuan dari Kartini era modern yaitu ; Swastika Nohara ( Blogger &Sineas ) dan Balda Zain Faiziyyah ( Blogger Film ). Apa yang disampaikan ke dua nya memberi pencerahan bagaimana perkembangan perfilman Indonesia dan review film yang baik.
Selain ke dua nara sumber (narsum) tersebut, hadir pula menjadi narsum untuk memperkenalkan produk perbankkan dari Jaringan Prima & Bank Danamon. Acara dilangsungkan di Lau's Kopi, Setiabudi One, Kuningan, Jakarta Selatan pada hari Sabtu, 6 Mei 2017.
Swastika Nohara Membuka Tabir Peran Perempuan dalam Film Indonesia
Dengan karakter lembutnya Dewi Puspa yang ditajuk sebagai moderator memberikan beberapa pertanyaan yang dapat menjadi bahan informasi bagi kompasianers yang hadir. Mbak dewi yang juga merupakan blogger film merupakan sosok yang tepat walaupun dia menggunakan sepatu boot …eeehhhh ……
Swastika Nohara perempuan yang terlihat elegan ini berceloteh bagaimana perempuan Indonesia ditampilkan dalam film dari masa-ke masa. Ia memberikan gambaran sejak era film Terang Boelan (1937), film Sedap Malam (1950), film Seruni Salju (1951), film Tiga Dara yang otentik di tahun 1957, lalu film Inem Pelayan Seksi (1976), Lima Cewek Jagoan (1980) hingga film esek-esek yang silih berganti memenuhi layar bioskop Indonesiadi akhir 80an dan mewabah di tahun 1990-an semacam Gadis Malam dan Gadis Metropolis.
Tidak hanya berhenti di era 90an, ia melanjutkan ke sosok perempuan dalam film-film Indonesia masa kini. Film Sherina sebagai awal kebangkitan film Indonesia di akhir era 90an, ia anggap merupakan film dengan latar belakang perempuan walaupun dengan sosok anak-anak. Pada saat itu 400.000 penonton merupakan jumlah yang besar dan dinyatakan sukses di dunia perfilman.
Lidahnya bergerak membahas munculnya perempuan sebagai sosok utama dalam film. Dalam 2 (dua) dekade terakhir geliat film Indonesia menitih jalan kejayaan. Saat ini banyak peran perempuan dalam film yang tidak hanya di ekploitasi tubuhnya (kecantikan, sexy, vulgar) dan tidak sekedar obyek yang lemah. Mulai dari film Arisan, Berbagi Suami, The Virgin, Athirah, Kartini, dan tentunya film 3 dara.
Memang tidak bisa dipungkiri oleh dirinya dalam satu dekade yang lalu, ada periode dimana layar film Indonesia dipenuhi film horor yang kualitas dibilang standard dan menggunakan sosok perempuan menjadi daya tarik, tapi itu dulu. Sekarang, bisa kita lihat sendiri ketika berada di bioskop 21Cineplex, CGV Blitz dan Cinemaxx, sudah ada beragam pilihan tema film Indonesia dari berbagai genre. Eksplorasi tema film sudah mulai kaya, secara kualitas dan kuantitas meningkat.