Lihat ke Halaman Asli

Andri Mastiyanto

TERVERIFIKASI

Penyuluh Kesehatan

Mengenal Taufik Uieks dari Buku Mengembara Ke Masjid-Masjid Pelosok Dunia

Diperbarui: 14 Januari 2016   22:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Deskripsi : Buku Mengembara Ke Masjid-Masjid di Pelosok Negeri I Sumber Foto : Andri M"][/caption]

Taufik Uieks, pertama kali aku mengenal beliau pada acara Big Bang Show yang dipandu oleh Andy F Noya. Saat itu aku dan bang Rushan Novely diberi tumpangan menuju Senayan City pada tanggal 28 November 2015. Didalam mobilnya kami sempat bercengkrama dan berbincang-bincang dengan bang Taufik. Beliau terlihat sebagai pribadi yang bersahaja, Down to Earth dan mengeluarkan aura sejuk walaupun dilahirkan dengan tubuh tinggi besar.

Pada acara Kompasianival 2015, 12 Desember 2015, entah kenapa beliau mengingat diri ku, ketika teman ku sesama blogger Tauhid Bule memanggil ku "Ndre lu dipanggil pak Taufik Uieks". Ternyata beliau memanggil ku untuk memberikan sebuah buku hasil karyanya yang berjudul "Mengembara Ke Masjid-masjid di Pelosok Dunia" plus memberikan catatan kecil dan tanda tangan. Buku tersebut diterbitkan bulan desember tahun 2015 oleh Peniti Media. Sungguh sebuah kebanggaan bagi diri ku.

Buku ini memberikan gambaran yang kuat bahwa bang Taufik Uieks seorang pelancong dan pengembara yang lebih dikenal saat ini dengan sebutan Traveller. Beliau bukan sembarang traveller tetapi seorang smart traveller. Life is Journey ini yang bisa aku gambarkan pada buku ini pengembaraan melihat masjid-masjid diseluruh dunia. Tidak hanya melihat beliau juga memotret situasi, asal mula sebuah masjid, cultur budaya, dan keunikannya. Tidak sekedar selfie dengan bangunan luar negeri atau latar belakang Masjid semata, tapi sisi yang berbeda yang justru dihadirkan dalam catatan perjalanan

Judul bukunya pun Indonesia banget, beliau lebih nyaman menggunakan judul buku "Mengembara" bukannya "Travelling" yang lebih beken. Sejatinya pengembara lebih keren daripada traveller, kesannya lebih macho. Pada saat mengembara ke masjid-masjid diseluruh duunia beliau tidak hanya beribadah tetapi mencermati kota, negara dan sejarah islamnya. Bayangkan saja bisa jadi beliau orang Indonesia pertama yang mengunjungi 50 (lima Puluh) negara, dan selalu menyempatkan waktu mengunjungi masjid di negara tersebut dan menuliskannya. Sebagai pengembara yang masih pemula, apa yang dibuat bang Taufik Uieks membuat aku iri.

Tidak main-main, beliau mengembara di Lima Area Belahan Dunia. Buku ini terdiri dari 5 (lima) BAB yang terdiri dari, BAB I-Timur Tengah, BAB II-AMerika, BAB III-Asia, BAB IV-Australia, dan BAB V-Eropa. Buku yang berjumlah 313 halaman di lengkapi dokumentasi foto berwarna sehingga kita dapat berimajinasi saat membacanya, seperti apakah bentuk bangunannya.  Buku ini menjadi catatan sejarah dunia dan menjadi kekayaan referensi literasi Islam. Buku ini menunjukkan kepada ku bahwa Islam benar-benar telah menyebar ke seluruh dunia.

[caption caption="Deskripsi : Taufik Uieks I Sumber Foto : Taufik Uieks"]

[/caption]

Pengembaraan beliau selama 30 tahun ke manca negara dan mengunjungi Masjid di mancanegara tersebut ternyata tidak hanya di negara mayoritas Muslim. Berkembara di negara dengan  penduduk minoritas beragama Islam dimana masjid sulit ditemui, beliau tetap melakukan kunjungan ke Masjid dan mendokumentasikannya. Masjid di negara-negara non muslim pastinya memerlukan perjuangan ekstra bahkan mungkin masjid-masjid tersebut terkesan rahasia. Benua Amerika yang penduduknya minoritas muslim seperti Argentina dengan "Pusat Islam Penjaga Dua Masjid Suci Raja Fahd di Argentina", Masjid di Amerika Serikat bertempat di New York dengan 2 (dua) alamat "Islamic Cultural Center of New York", Negara Panama dengan masjid yang ada di Vista Hermosa, dan pastinya dibeberapa negara Eropa serta Asia Timur.

Tidak hanya sekedar melakukan Sholat di masjid-masjid tersebut, beliau juga menggali cerita bagaimana masjid tersebut berdiri dan dipertahankan. Sebagai contoh bagaimana masjid di ibukota Rwanda Kigali dapat menyatukan perseteruan antara suku Hutu dan Tutsi yang terlibat perang saudara.  Masjid Mardzani di Kazan  yang menjadi saksi bisu kekuatan Islam di tatastan karena dalam sejarahnya tidak pernah sekalipun ditutup walaupun pada jaman sovyet. Masjid Raya Paris menjadi tempat persembunyian sekaligus perlindungan Kaum Yahudi dari kejaran Tentara Nazi.

Betapa bersyukur saya bisa menikmati Buku Mengembara  ke Masjid-Masjid di Pelosok Dunia. Buku sebagai jendela dunia memang benar, dengan buku ini saya dapat membayangkan masjid-masjid dipelosok dunia tidak hanya di negara mayoritas muslim. Buku ini terbilang cukup murah yaitu Rp.110.000 (Jakarta), bagi para traveller dan umat Islam sangat rugi bila tidak memilikinya. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline