Lihat ke Halaman Asli

Andri Mastiyanto

TERVERIFIKASI

Penyuluh Kesehatan

Kompasianival Mengubah Hidupku

Diperbarui: 17 Juni 2015   17:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1416125868592419320

Senin (17/11/2014), Mengetahui akan diadakannya acara Kompasianival 2014 mengingatkan pada sebuah momen penting dalam HIDUP ku. Momen penting itu adalah Kompasianival 2012 dan hari ini tepat 2 (dua) tahun yang lalu ajang kopi darat bagi para blogger Kompasiana ini saya diperkenalkan pada sebuah komunitas yang nantinya mengantarkan saya memfasilitasi bagi para orang-orang baik dilingkungan kerja dimana saya mencari nafkah dan teman-teman saya para Backpacker. Komunitas ini bernama Coin A Chance yang merupakan komunitas sosial yang bergerak dalam pengumpulan dan pembiayaan pendidikan bagi anak-anak Indonesia yang kurang mampu.

[caption id="attachment_335795" align="aligncenter" width="300" caption="2 Tahun Coin A Cance Berada di RSKO Jakarta"][/caption]

Kompasianival 2012 bertemakan "Hero Inside You" diselenggarakan 17 November 2012  di Skeeno Gandaria City-Jakarta yang dihadiri lebih dari 2500 blogger dan 20 komunitas online.  Mereka berinteraksi dan menyebarkan semangat kepahlawanan yang terpatri didalam tiap sanubari yang hadir. Komunitas-komunitas yang ikut andil diantaranya Blood for Life, Kopi Keliling, Jakarta Cosplay, Plotpoint, World Vision, Akademi Samali, Save Street Child, Komutoku, Kumpulan Emak Blogger, Card to Post dan Coin A Chance,, dll.

[caption id="attachment_331585" align="aligncenter" width="300" caption="Coin A Chance -Kompasianival 2012"]

14144837122024397949

[/caption]

Singkat cerita saya mengunjungi salah satu stand komunitas yang menyediakan celengan untuk dicelengkan koin-koin. Nama stand komunitas itu bernama "Coin A Chance", di stand tersebut saya diberi penjelasan mengenai tujuan mereka kenapa mengumpulkan koin-koin. Yang bisa saya pahami dari penjelasan salah satu pendirinya mbak Nia Sadjarwo bahwa kegiatan Coin A Chance untuk membantu biaya pendidikan adik-adik yang kurang mampu. Banyak individu-individu di negara ini yang mengabaikan uang koin yang nilainya dianggap tidak seberapa, tetapi bila dikumpulkan oleh banyak orang maka nilainya akan menjadi besar dan bisa merubah sesuatu. Selain hal tersebut banyak dari masyarakat kita yang sebetulnya peduli tetapi tidak tau kemana mau disalurkan, masih ada kebiasaan bahwa apabila mau menyumbangkan rezeki / berbagi rezeki maka kotak amalnya harus ada didepan mata / dijemput.

Apa yang disampaikan mbak Nia Sadjarwo mengingatkan saya kepada sepupu saya yang sedang bekerja di Uni Emirat Arab yaitu mbak NENENG yang telah membantu orang tua saya untuk mencegah diri saya putus kuliah studi sarjana Kesehatan Masyarakat di Universitas Indonesia. Bahwa individu yang sedang giat-giatnya belajar disebuah lembaga pendidikan akan terasa sangat terluka apabila ditengah jalan putus pendidikan, itu yang pernah saya alami. Beliau pernah berpesan kepada saya "Kamu sudah saya anggap sebagai Adik Kandung Laki-Laki, ini tidak perlu diganti. Mungkin suatu saat kamu bisa bantu Adik Kamu SARAH nanti, atau orang lain yang kesulitan biaya pendidikan dengan cara dan semampu mu"

Setelah mendapat penjelasan, saya diberikan sebuah celengan kaleng yang bergambar anak perempuan berseragam sekolah dasar yang lusuh bertuliskan "Coin A Chance" oleh mbak Nia Sadjarwo. Celengan Coin A Chance kemudian saya bawa ke Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta diruangan subbag Program dan Anggaran 3 (tiga) hari setelah acara. Celengan tersebut sempat menganggur selama seminggu terdiam didalam lemari, tetapi kemudian saya tersadar bahwa saya diberi amanat membuat celengan ini terisi yang nantinya disumbangkan ke adik-adik yang tidak beruntung untuk membiayai pendidikan mereka. Celengan tersebut saya sosialisasikan kepada 2 (dua) teman saya di subbag program dan anggaran yaitu Hani dan Dayat, mereka bersedia mendukung dan siap menyukseskan  gerakan baik ini di RSKO Jakarta.

[caption id="attachment_331587" align="aligncenter" width="300" caption="Coiners Pertama RSKO Jakarta"]

1414483973258767415

[/caption]

Kami bertiga kemudian mensosialisasikan maksud dan tujuan Coin A Chance dengan menggunakan Social Media dan komunikasi secara personal. Kami tidak memaksakan teman-teman RSKO Jakarta untuk selalu rutin menyisihkan rezeki, kami memberi pesan "Seadanya jangan diada-adakan" karena menyadari bahwa jangan pernah memaksakan orang lain untuk menyumbang karena itu akan membuat gerakan ini menjadi terkesan "MENGEMIS". Yang dibutuhkan adalah kesadaran pribadi untuk menolong sesama dan mengajarkan bagaimana bersikap "Husnuzon / Berbaik Sangka". Awalnya kami berkeliling membawa celengan ke masing-masing unit sebulan sekali dalam kurun waktu 3 (tiga) bulan pertama, tetapi kemudian mulai muncul pribadi-pribadi yang "Terpanggil" meminta celengan Coin A Chance dan ikut membantu mensosialisasikan di unit kerja masing-masing. Dalam kurun waktu 23 (dua puluh tiga) bulan yang berawal dari 1 (Satu) buah Celengan Coin A Chance dan hanya 1 (satu) unit kerja kemudian berkembang menjadi 20 (dua puluh) Celengan Coin A Chance di 20 (dua puluh) Unit Kerja yaitu : Bagian Keuangan, Pusdokpus, Radiologi, Laboratorium, Server, Diklat, Fisioterapi, Koperasi, Informasi, Kasir, IGD, farmasi, Psikososial, IRNA-Bidadari, HCU, Rehabilitasi, Rekam Medik, IPSRS, Gizi, ULP.

[caption id="attachment_331816" align="aligncenter" width="448" caption="Contoh Poster yg di Upload di Facebook"]

141454962781752986

[/caption]

Dalam mensosialisasikan gerakan coin untuk pendidikan bukanlah hal yang mudah, di bulan-bulan awal gerakan ini berjalan acapkali banyak teman-teman yang "KEPO" bahkan ada saja yang menyinyir. Dengan berjalannya waktu dan konsistensi gerakan ini, serta pemberian informasi di social media dengan selalu mengupload foto penyerahan hasil pengumpulan coin RSKO kepada admin Coin A Chance, membuat yang KEPO dan nyinyir berkurang. Setiap perbuatan yang berhubungan dengan banyak orang apakah itu baik atau buruk pasti saja ada orang berkomentar negatif dan kami harus bisa menerima situasi itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline