Pihak Koalisi Indonesia Kerja (KIK) kubu Partai Koalisi yang mengusung Jokowi-Ma'ruf sudah diumumkan di media baik media mainstream maupun media sosial. Ada hal yang menarik, mereka rupanya masih memancing kejutan publik karena sengaja mengosongkan ketua timses, dalam komunikasi politik ini disebut "memancing gerakan lawan", sementara timses Prabowo-Sandiaga masih tarik-tarikan adu kuat di internal koalisi, pokok soal yang terbaca di publik adalah "posisi Partai Demokrat".
Kecepatan manajemen tim kemenangan Jokowi, bahkan sampai tingkat provinsi dan kabupaten dengan penunjukkan legal menunjukkan kerapihan birokrasi, secara de jure hal itu menjadi sebuah tertib politik.
Sementara pihak Prabowo-Sandiaga masih menggunakan organ organ gerilya, pola gerakan politiknya masih random dan sasarannya adalah de facto politik, bahkan aturan aturannya masih longgar. Pagi ini di publik tersiar kabar bahwa timses Prabowo-Sandi akan memposting posisi "Satgas Agama" dimana ini menjadi "wilayah politik" GNPF.
Pembentukan "Satgas Agama" dengan kaum GNPF sebagai operatornya, menjadikan pilihan Jokowi pada Ma'ruf Amin sangat tepat. Disinilah peta pertarungan politik antar timses terbentuk, sementara di kubu Jokowi kekuatan utama diletakkan pada mesin Juru Bicara-nya, sementara ujung tombak timses Prabowo masih menggunakan "cara-cara Pilkada 2017", zonasi Jokowi sangat luas dengan medan keberagaman alam pikiran publik, sementara di kelompok timses Prabowo mengandalkan dua hal saja : Isu Agama dan Isu Emak-Emak Ala Sandiaga.
Isu Emak-emak ala Sandiaga sudah dijalankan dengan efektif bahkan mendahului kampanye Pilpres 2019, disini Sandiaga memanfaatkan wajahnya yang rupawan untuk menarik hati massa emak-emak, awalnya gerakan Sandiaga Uno meng-cover isu tontonan publik bersama dengan Anies Baswedan saat membawa isu bambu menjadi kontroversi, dan Anies membuat kejutan publik seni instalasi bambu yang ia haturkan di depan Boulevard Thamrin-Sudirman, DKI Jakarta.
Namun semua kontroversi padam ketika Jokowi mengangkat helm-nya dan berkata "Apa" kepada seorang anak Pramuka lalu dengan motornya menggeber panggung Asian Games. -Seluruh Indonesia terngaga, dan Jokowi sampai detik ini memenangkan massa Swing Voter-.
Panggung Tontonan Sebagai Centrum Perhatian Publik
Atmosfer politik Indonesia sekarang bukan lagi ditentukan oleh pertarungan elite-internal, bukan juga oleh pertarungan hasil kerja tapi semuanya berpusar pada pertarungan "persepsi publik", panggung tontonan menjadi sebuah dramaturgi yang memainkan peran sentral dalam mendongkrak elektabilitas. Siapa yang menguasai panggung tontonan dia sudah menguasai panggung politik publik.
Apakah GNPF mampu menghimpun ratusan ribu massa lagi di jalan-jalan Jakarta, apakah Jokowi mampu menunjukkan sebagai pembuat kejutan publik yang gebrakannya berulangkali menjadi sebuah sorakan menggemuruh dimana-mana. Disinilah timses harus berkerja keras.
Namun yang perlu diperhatikan dalam start kampanye, timses Jokowi-KH Ma'ruf Amin lebih cepat terbentuk, terintegrasi dan terstruktur tinggal bagaimana kita bisa melihat mesin politiknya bekerja di segala lini, apakah kerjanya mampu meningkatkan elektabilitas dan memperluas daya pengaruh Jokowi.
Sementara di pihak Prabowo, timses-nya diperkirakan adalah tokoh tokoh yang selama ini menjadi icon perlawanan terhadap Jokowi di ranah sosial media, sehingga pola serangannya agak lebih mudah terbaca.