Lihat ke Halaman Asli

Nandita Sulandari

Jurnalis Independen

Membaca Pesan Politik Jokowi terhadap Novanto

Diperbarui: 6 Desember 2015   10:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Setya Novanto dan Jokowi Bersalaman (Sumber Foto : Harian Terbit)"][/caption]Pernikahan Anak Perempuan Novanto (4/12) di Hotel Mulia, Dwi Michaella sedikit terasa hampa, terlihat wajah Novanto yang tak gembira, matanya menyimpan kesedihan, pandangan matanya kerap kosong menghadap tamu-tamu, jelaslah acara mantu yang pertama bagi dirinya serasa ada beban berat dalam dirinya.

Dan sudah jadi kebiasaan di negeri ini, seberapa jauh kekuatan kehormatan seorang pejabat bila Presiden sampai Menteri Menteri datang, tapi setelah kasus rekaman dilaporkan Sudirman Said, Novanto seperti ditonjok seribu godam, ia berusaha berdiri tegar tapi tetap saja angin kesedihan membuat dirinya seperti bungkam, kebahagiaannya lenyap. Resepsi pernikahan itu seperti pameran penghinaan bagi dirinya.

Sementara di sisi lain, Presiden Jokowi yang gemar bersilahturahmi, yang politiknya adalah "merangkul" menunjukkan sikap yang luar biasa terhadap Novanto. Ia tidak mau menghadiri kasus Novanto, jelas ini harus bisa dibaca baik sebagai bentuk komunikasi politik ataupun sebagai bentuk psikologis.

Seperti informasi yang didapat, ketidakhadiran Presiden Jokowi di pernikahan Novanto, dibahas pada tim khusus strategi Presiden, dan lewat pertimbangan yang alot, pada jam 14.00 WIB, keluar keputusan Presidan tidak akan hadir di Pernikahan Novanto, kabar ini kemudian disampaikan ke Seskab, namun untuk menghindari perubahan keadaan, informasi ini di "keep" sampai jam 18.00 WIB. Tujuannya agar tidak terjadi spekulasi politik berlebihan di masyarakat.

Pada akhirnya Presiden Jokowi memang tidak hadir dan ini menyiratkan ada pesan politik penting terhadap diri Presiden RI dan Ketua DPR Setya Novanto, pesan politik itu justru melibatkan dua soal : "Pribadi" dan "Ruang Negara", Pribadi adalah sebagai Jokowi dan SN, sementara Ruang Negara adalah Presiden RI dan Ketua DPR. 

Pesan politik Presiden Jokowi terhadap Ketua DPR Novanto sebagai berikut : 

Presiden Merasa Marah Besar, ini adalah pesan pertama dan terkuat dari Jokowi. Ketidakhadiran Jokowi merupakan bentuk pernyataan psikologis bahwa Presiden Marah Besar. Sudah jadi watak dasar Jokowi yang gemar silahturahmi, bahkan ia amat disiplin untuk datang ke pernikahan siapapun yang mengundangnya, bahkan dia rela naek ojek untuk mengejar ke pesta pernikahan, kekuatan politik Jokowi terbesar memang "Keahlian Menyambung Silahturahmi" namun dengan penolakannya ke acara kawinan Anak Novanto, jelas disini Jokowi melempar pesan ke publik "dia marah besar". 

[caption caption="Luhut hadir di Acara Mantu Novanto, Di tengah ketidakhadiran banyak Menteri-Menteri, seolah menyiratkan pesan Presiden, untuk bertanggung jawab terhadap Novanto sesuai sebutan dalam rekaman yang disebut sampai 66 kali (Sumber Foto TEMPO)"]

[/caption]Jokowi Membiarkan Luhut Yang Datang, Jokowi dikenal sebagai politisi yang pandai mengatur panggung publik, selain itu caranya bertempur tidak seperti Ahok yang frontal, tapi ia membiarkan semua berkembang dan publik membacanya. Jokowi juga melihat bahwa setiap peran politik harus bisa dikompartemen, dicuil bagian-bagiannya dan diberi siapa penanggung jawab terhadap kompatemen itu, dan dalam kasus Setya Novanto, dengan jenius Jokowi meminta Luhut ambil tanggung jawab soal SN, hal ini ia sampaikan saat Presiden memanggil Luhut dan meminta Luhut untuk bertanggungjawab soal sebutan namanya yang ada dalam rekaman sebanyak 66 kali. Luhut juga diminta supaya jujur mengungkap peranannya dan hubungannya terhadap Novanto. Dalam foto Perkawinan Anak Novanto, publik diajak untuk melihat bahwa memang Luhut satu Frame dengan Novanto, ini harus bisa dijelaskan dalam persidangan etika MKD hari senin (7/12) dimana Novanto dipanggil dan dimintai keterangan. 

Menghindari Jebakan Novanto dan Jebakan Pers, Pencatutan Nama Presiden dan Wakil Presiden dalam kasus Novanto juga bergulirnya usaha minta jatah terhadap usaha perpanjangan Freeport menjadi lebih rumit bila kemudian Presiden Jokowi menemui Novanto di ruang VVIP, bisa saja Novanto mengatur Jokowi dan SN bertemu berdua di ruang khusus, sehingga spekulasi berkembang. 

Jokowi Menarik Dukungan Politis Terhadap Kelompok Novanto, sepanjang pertarungan KIH dan KMP, hanya Novanto yang mampu bermain di dua gelombang, bahkan percepatan perbaikan hubungan antara KIH dan KMP di Parlemen, berkat lobi lobi politik SN, dan Jokowi cukup "Happy" dengan gaya politik Novanto yang cukup membantunya dalam usaha usaha meredam panasnya politik, walaupun SN juga kerap ikut arus dalam politik benci gaya Fadli Zon, seperti aksi maskeran di panggung kursi ketua DPR. Tarikan dukungan politik SN ini jelas akan membuat semakin sempoyongannya kubu Aburizal Bakrie.  

Sindiran Jokowi Terhadap Novanto, Jokowi yang juga bisa disebut "Seniman dalam soal sindir menyindir" melakukan sindiran politik pada Novanto, resepsi mewah dan megah tidak mau dihadiri Jokowi dengan alasan dia masih rapat dengan banyak menterinya, ini artinya "Lu Hedon, Gue Kerja" pesan ini menjadi penting dibaca rakyat, bahwa Jokowi sudah menggelar aura baru dalam pengertian politik jaman kini, bahwa berpolitik adalah bekerja bukan lobi lobi kemewahan.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline