Masih ada yang bingung yah revolusi 4.0 itu apa. Semua orang membicarakan itu. Sampai - sampai salah satu mentor saya meminta saya membahasnya dibuku I Am A Leader Memimpin di Era 4.0.
Intinya, Revolusi Industri (RI):
1.0 saat ditemukannya mesin untuk mempermudah kegiatan manusia. Misalnya transportasi hewan diganti mobil, kapal layar diganti kapal uap, membajak sawah pakai cangkul atau hewan diganti traktor. Kalau kita perhatikan petani kita saat ini ternyata masih banyak yang membajak menggunakan cangkul atau hewan. Artinya pertanian kita bahkan belum selesai di Era 1.0. Inilah makanya sejak dulu saya berharap Pak Joko Widodo memilih Menteri Pertanian dari kelompok milenial, atau setidaknya Deputi Menterinya dari kalangan milenial. Agar sarjana pertanian kita yang sudah pintar pintar itu merasa bangga jadi petani dan nelayan seperti di luar negeri.
2.0 dimulai dengan spesialisasi kerja. Misalnya industri garmen, ada pembagian kerja. Yang menggambar satu bagian, yang menggunting bagian lain, yang menjahit bagian lain, bahkan bisa jadi menjahitpun ada subnya, menjahit lengan sendiri, menjahit kerah sendiri dan seterusnya. Dalam Bahasa lain RI 1.0 untuk memproduksi 1 barang dari awal sampai akhir dilakukan oleh satu orang atau satu grup, sedangkan di RI 2.0 untuk menjadikan 1 barang yang bekerja bisa belasan atau puluhan grup, yang akhirnya membuat barang mass production.
Saat ini masih ada industri yang memproduksi barang hanya dibuat oleh 1 orang, tapi itu biasanya barang yang sangat premium. Misalnya arloji mahal di Swiss. Di Indonesia industri garmen rumahan sudah di RI 2.0. Jadi kalau kita lihat pada industri rumahtanggapun sudah banyak yang bertugas masing -masing sesuai bagian kerja.
3.0 memanfaatkan komputer dan database. Misalnya Pembelian tiket Kereta pakai IT, program marketing perusahaan menggunakan analisa database dan lain -lainnya.
4.0 dicirikan dengan sistem yang mampu mengambil keputusan sendiri dan terkoneksi dengan bagian - bagian yang berbeda.
Misalnya ticketing airlines. Harga tiketnya bisa berubah tergantung permintaan. Perubahan harga tiket tidak dilakukan manual oleh manusia tapi oleh komputer pada saat demand turun maka harga akan turun. Ini juga sama dengan harga taksi online. Disamping itu juga terkoneksi dengan bidang lain. Misalnya, pembelian tiket airlines tadi terkoneksi dengan penjualan makanan dalam pesawat dan dapur makanan pesawat, atau aplikasi taksi online bisa pesan makanan di restoran, pada saat customer bayar, restoran dapat notifikasi dan mempersiapkan, dan sistem akan menyampaikan perkiraan waktu makanan dipick up hingga sampai tujuan.
Kalau kita lihat di Kereta, belum sampai taraf ini. Misal, perjalanan dari Jakarta ke Jogjakarta, pada saat buka aplikasi online hanya menyajikan Kereta yang tujuannya melewati Yogyakarta saja. Belum dapat menampilkan misal Kereta yang lewat Semarang, penumpang turun disana, lalu melanjutkan dengan Kereta berbeda ke yogyakarta, semua dalam satu pemesanan tiket.
Dengan kondisi saat ini yang sudah cukup baik tingkat ketepatan waktu perjalanan Kereta, hal ini sangat mungkin dilakukan dan akan memudahkan, juga mampu mengingatkan utilisasi. Kita doakan saja bisa dibuat segera agar Kereta bisa mengikuti Era 4.0.