Lihat ke Halaman Asli

Skenario yang Menghalangi Calon Presiden Alternatif JAM (Jokowi-Anis-Mahfud/ Jujur-Amanah-Madani)

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Skenario Licik Menghalang Calon Presiden Alternatif

JAM

( JOKOWI-ANIS-MAHFUD/ JUJUR-AMANAH-MADANI)

Beberapa bulan belakangan ini kita (Rakyat Indonesia) telah mendapatkan banyak pelajaran dari putra –putra terbaik negeri ini. Ada beberapa yang coba saya tampilkan putra-putra bangsa yang mempunyai atitude menarik dan rasanya akan mampu memimpin negeri ini. Selama ini kita telah disodorkan pemimpin yang kurang pas untuk memimpin negeri ini. Para pemimpin yang disodorkan ini tidak jelek, hanya saja menurut saya kurang pas dengan kebutuhan bangsa.

Selanjutnya banyak orang dan pengamat menyebut para putra bangsa yang kemungkinan kecil untuk dijagokan parpol ini di sebut pemimpin alternatif. Putra bangsa ini kemungkinan untuk dijagokan oleh parpol sangat kecil sekali karena mereka tidak masuk dalam pusat kekuasaan parpol. Kita tahu dan ini juga yang sering digembar-gemborkan pengurus parpol melalui beberapa media baik media resmi parpol seperti muskernasdan munas, maupun media personal pengurus. Hampir semua parpol menyatakan untuk pencalonan mereka akan mencari kader terbaik dari internal partainya dengan kata lain mereka akan mencalonkan pengurus partai. Dalam prakteknya kita akan mudah menebak siapa yang akan bertarung dalam pemilihan presiden 2014. Sebagai contoh secara terbuka Partai Golkar sudah mengadang-gadang ketua umumnya untuk ikut bertarung, Partai Gerindra sudah bisa dipastikan akan mencalonkan Pembinanya.

Salahkah mekanisme itu? Tentu jawabannya tidak, hanya saja dengan kejadian seperti itu tidak akan mungkin kita mempunyai presiden dari profesional. Yang menjadi pertanyaan bagaimana kita dapat mempunyai pilihan dari pemimpin alternatif?

Beberapa putra bangsa yang cukup representatif untuk memimpin negeri ini :

1.Mahfud MD ( ketua MK), beliau begitu tegas dan pola kepemimpinannya jelas. Sebagai gambaran pola kepemimpinan MK, beliau berani berdiri ditengah dan tidak memihak. Hampir semua putusan yang diambil lembaga yang beliau pimpin sesuai dengan suara masyarakat.

2.Joko Widodo (Gubernur DKI Jakarta), Jokowi orang banyak menyebut beliau, dari sisi tampang memang tidak kelihatan beliau seorang pemimpin tetapi melihat sepak terjang seminggu menjabat luar biasa. Mungkin akan menginspirasi para pemimpin lainya. Hari untuk berbuat walaupun kecil itu menjadi motto beliau.

3.Anis Bawesdan ( Rektor Universitas Paramadina), beliau sangat low profile itu yang membuat penampilannya jadi menarik. Trek recordnya cukup baik dan tidak ada cacat sejarah. Beliau juga sangat dibutuhkan untuk menata aparatur yang cukup amburadul.

Itulah ketiga calon alternatif yang sangat dibutuhkan untuk kebangkitan negara ini, kemungkinan banyak putra bangsa yang mampu memimpin negeri ini tetapi sejauh sekarang ini baru tiga orang ini yang terekspose.

Penilaian ini juga beriring dengan keinginan masyarakat Indonesia yang sangat merindukan pemimpin yang mampu membawa angin perubahan bukan sekedar retorika seperti yang banyak diungkapkan calon presiden yang disodorkan parpol selama ini.

Dengan kondisi menguatnya suara calon pemimpin alternatif di masyarakat telah membuat beberapa pihak yang tidak diuntungkan merasa tidak nyaman. Beberapa skenario mulai dibuat untuk mengembosi pandangan masyarakat. Ada yang bersikap elegan tetapi ada juga yang mencoba dengan cara yang licik. Beberapa skenario untuk pelemahan calon alternatif itu jelas sebagai contohnya :

1.Contoh pertama waktu Mahfud MD memutuskan pemaparan hasil rekaman hasil sadapan KPK di persidangan MK, banyak pihak yang menilai itu melanggar hak asasi manusia dan ditindak lanjuti dengan rencana revisi UU KPK tentang kewenangan penyadapan. Ini jelas, Mahfud MD berprinsip kejahatan korupsi menjadi kejahatan yang cukup masif dan selagi proses pemaparan itu mampu membantu mengungkap mengapa tidak. Pertimbangan yang diambil ini sesuai aspirasi masyarakat.

2.Contoh kedua terjadi pagi tadi di media televisi swasta, yang membahas tentang sepak terjang Jokowi. Beberapa narasumber seakan mengarahkan bahwa kunjungan lapangan Jokowi itu hanya pencitraan, seakan mereka bisa mengetahui niat hati seseorang. Kalau saya sebagai masyarakat awam cenderung sepakat dengan apa yang dilakukan Jokowi karena dapat menjadimedia penyadaran aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat. Selain itu juga ada beberapa media televisi sempat memojokkan Jokowi untuk menjawab bahwa beliau tidak akan mencalonkan atau dicalonkan Presiden waktu pencalonnan Gubernur DKI.

3.Contoh ketiga terjadi beberapa tahun yang lalu waktuAnis bawesdan jadi tim sembilan.Media mengobarkan bahwa Anis telah menjadi menjadi kroni SBY, padahal kita tahu kinerja di tim ini. Anis Bawesdan cukup mewakili aspirasi masyarakat dan dengan sikap yang cukup lowprofile telah mampu mengundang simpati masyarakat.

Itulah beberapa skenario yang cukup masif untuk menghambat dukungan masyarakat untuk calon pemimpin alternatif. Tetapi apakah itu cukup efektif, saya sangat yakin masyarakat cukup cerdas untuk tidak terbawa oleh skenario tersebut. Semoga munculnya beberapa putra bangsa yang cukup mewakili aspirasi masyarakat ini bukan hanya penghibur berita di masyarakat tetapi mampu termaknai menjadi awal perubahan itu sendiri. Kolaborasi putra – putra terbaik negeri ini diharapkan mampu mewujudkan :

“Negara yang aparatnya Jujur, Pemimpinnya Amanah dan Masyarakatnya Madani”

Yang menjadi lebih penting sekarang ini adalah bagaimana semua ini bisa terujud sebuat negara dengan pemimpin dari putra-putra terbaik bangsa. Impian yang selalu teridampan yang hanya akan bisa tercapai dengan perjuangan seluruh masyarakat. Mari siapkan barisan, tentukan sikap memilih dengan tujuan jelas dan jangan gadaikan negara ini. Proses pilkada di DKI Jakarta dapat menjadi contoh nyata untuk meraih yang lebih baik bagi negeri ini. Dalam peristiwa itu membuktikan masyarakat dapat memilih dan tidak terpengaruh parpol.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline