Lihat ke Halaman Asli

Raksi Althaf

Mahasiswa

Menumbuhkan Semangat Literasi dan Kritisisme Melalui Pendidikan Pancasila

Diperbarui: 25 Juni 2024   12:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pendidikan Pancasila memainkan peran penting dalam membentuk karakter dan identitas bangsa Indonesia. Di tengah era digital yang penuh dengan informasi yang mudah diakses namun sering kali bias dan menyesatkan, kemampuan literasi dan berpikir kritis menjadi keterampilan yang sangat penting. 

Oleh karena itu, mengintegrasikan semangat literasi dan kritisisme dalam pendidikan Pancasila adalah langkah strategis untuk menghadapi tantangan zaman dan memperkuat kualitas sumber daya manusia Indonesia.

Pancasila, sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa, mengandung nilai-nilai yang relevan untuk membentuk karakter yang baik, berintegritas, dan kritis. Setiap sila dalam Pancasila memberikan landasan moral dan etika yang jika diajarkan dengan benar, dapat menumbuhkan kesadaran kritis dalam menghadapi berbagai persoalan kehidupan. 

Misalnya, sila pertama, "Ketuhanan Yang Maha Esa", mengajarkan pentingnya nilai spiritual dan moral. Ini menjadi fondasi untuk memahami dan menghargai berbagai perspektif keagamaan dan spiritual yang berbeda, serta mengembangkan toleransi dan kedewasaan dalam berpikir.

Sementara itu, sila kedua, "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab", mendorong kita untuk memperlakukan sesama dengan adil dan manusiawi. Pendidikan yang mengedepankan nilai ini akan membantu siswa untuk mengembangkan empati dan rasa keadilan, serta mengkritisi ketidakadilan yang terjadi di sekitar mereka. 

Literasi di sini bukan hanya sekedar kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga memahami dan menganalisis informasi dengan bijak dan kritis. Kemampuan ini sangat penting dalam menghadapi berbagai informasi yang tersebar luas di era digital.

Selanjutnya, sila ketiga, "Persatuan Indonesia", mengajarkan pentingnya persatuan dan kesatuan di tengah keberagaman. Dalam konteks pendidikan, ini berarti mengajarkan siswa untuk berpikir secara inklusif dan menghargai perbedaan. 

Mereka diajak untuk memahami sejarah dan budaya Indonesia yang kaya, sehingga mampu mengkritisi isu-isu disintegrasi dan radikalisme dengan perspektif yang konstruktif. Pemahaman ini akan memupuk rasa kebanggaan dan cinta tanah air yang kuat, sekaligus membuka wawasan siswa terhadap keberagaman yang ada.

Sila keempat, "Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan", menekankan pentingnya demokrasi dan partisipasi aktif dalam kehidupan berbangsa. Pendidikan yang menekankan nilai ini akan mendorong siswa untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan yang demokratis dan kritis terhadap kebijakan yang ada. 

Melalui diskusi dan musyawarah di kelas, siswa dapat belajar bagaimana mengemukakan pendapat, mendengarkan pandangan orang lain, dan mengambil keputusan secara bijak. Hal ini akan membentuk generasi yang lebih peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sosial dan politiknya.

Terakhir, sila kelima, "Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia", mengajarkan pentingnya keadilan sosial. Pendidikan yang mengedepankan sila ini akan membantu siswa memahami dan mengkritisi berbagai bentuk ketimpangan sosial, serta mendorong mereka untuk mencari solusi yang adil dan merata. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline