Lihat ke Halaman Asli

Gaya Mudik Kaum Intelektual

Diperbarui: 19 Juli 2015   12:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

GAYA MUDIK KAUM INTELEKTUAL

Oleh. Muhammad Isnan

Mahasiswa teknik mesin ums dan kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

 

                        Budaya yang mentradisi di masyarakat menjelang momentum idul fitri 1436 H. Mudik menjadi sebuah keharusan di masyarakat Indonesia. Tak terkecuali adalah mahasiswa. Tradisi tahunan tersebut sebagai wahana silaturahmi yang terputus selama setahun lebih, karena kesibukan di ruang akademik. Menelisik kisah mahasiswa dan kampung halaman adalah sebuah hal yang menarik untuk diungkapkan. Mahasiswa adalah tulang punggung negara dalam usaha mencapai sebuah kemajuan terutama kemajuan berfikir. Namun bagi sebagian mahasiswa, tertuma yang berdomisili di luar kota kampus berada. Momentum lebaran adalah sebuah anugerah tersendiri. Setelah membasuh keringat dan menguras semua pikiran untuk menggapai cita-cita di bangku perkuliahan. Bagi yang sukses, akan tersimpan dalam rekaman pribadi. Rekaman tersebut akan dibagikan kepada sanak saudara maupun tetangga di sekitar kampung halaman. Pulang ke kampung halaman menjadi salah agenda yang tidak bisa ditinggalkan. Bagaimana tidak, dalam proses perantauan yang panjang dan hampir tidak bisa menyempatkan waktu untuk singgah di kampung halaman. Hal yang langka, hanya terjadi sekali dalam setahun. Bagi sebagian mahasiswa bertemu sanak saudara dalam momentum idul fitri sebagai ajang melepas rindu. Lantas apakah kita sebagai seorang mahasiswa menjadikan mudik atau pulang kampung hanya sebatas melepas rindu dengan saudara. Tentu itu bukanlah hal yang biasa. Sebagai kaum yang terdidik dalam lingkungan akademik. Mahasiswa mempunyai tugas yang sangat berat. Selain tugas dalam rangka mencapai sukses akademik, mahasiswa juga harus berperan dalam mewujudkan kemajuan dalam masyarakat. Mahasiswa sebagai agent of social control harus bisa memainkan peran dalam menciptakan perubahan sosial dalam masyarakat. Artinya ketika mahasiswa berada ditengah-tengah masyarakat, mahasiswa memainkan peran sebagai kaum intelektual.

                        Bagi kalangan masyarakat terdidik, intelektual adalah orang yang dipandang memiliki pengetahuan yang lebih, memiliki wawasan keilmuan yang mumpuni. Intelektual ialah orang dianggap mampu menyampaikan patokan moral kepada masyarakat. Intelektual dianggap memiliki pengetahuan yang mampu merubah nasib manusia. Intelektual adalah orang yang berbicara tentang kebenaran. Dalam garis pemikiran seperti itu, maju-mundurnya kehidupan sebuah masayarakat ditentukan dari seberapa jauh para intelektualnya mampu menguliti permasalahan sekaligus menyampaikan kebenaran.(Zam-zam Muhammad:2015). Maka tidak salah jika banyak yang mempunyai ekspetasi yang tinggi pada mahasiswa sekarang. Tugas kaum intelektual bagi menggunakan segala ilmu pengetahuan yang dimiliki untuk sebuah proses pencerdasan. Atau dalam bahasa Ahmad Syafii Ma’arif adalah kerja intelektual adalah kerja seumur hidup dank arena kerja intelektual selalu memerlukan ketekunan, kecerdasan, pengabdian, waktu, dan kesabaran (Ahmad Syafii : 2015). Andaikan para mahasiswa mengetahui peran dan fungsinya dalam masyarakat sebagai kaum intelektual yang diyakini mampu membawa perubahan dalam masyarakat. Seorang intelektual harus bertanggungjawab akan apa yang dikatakan dan dilakukan. Dalam analoginya adalah bagaimana ia mampu mengumpulkan orang dan memberikan ceramah-ceramah dalam kumpulan massa tersebut. Sekarang akankah tradisi kembali menjemput masyarakt dikampung halaman hanya sebatas rutinitas tradisi semata. Ataukah akan membawa sebuah kerja intelektual. Masyarakat menunggu kontribusi mahasiswa terutama dalam membangun daerah asal. Bukan tidak mungkin, ketika semua kembali kepada kampung halaman dengan membawa modal akademik yang cukup dan digunakan untuk kemajuan bersama sehingga terwujudnya masyarakat yang maju dalam berbagai aspek kehidupan. Dengan demikian gaya mudik ala mahasiswa adalah gaya mudik kaum intelektual. Seorang intelektual yang mempunyai tanggung jawab pokok dalam menggerakkan dan membangun masyarakat menuju tatanan masyarakat yang mapan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline