Lihat ke Halaman Asli

Kompasiana : Belantara Sesat dan Menyesatkan (?)

Diperbarui: 17 Juni 2015   19:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah suatu ketika dipesani oleh seorang sahabat agar berhati-hati ketika berselancar di jagat kompasiana. Kompasiana adalah belantara yang dipenuhi jebakan, tipuan, opini menyesatkan bahkan sarana untuk menjatuhkan. Sekilas ada juga benarnya.

Kompasiana adalah sebuah situs web (website) yang menampung konten yang dapat diunggah oleh setiap orang yang sudah terdaftar sebagai Kompasianer (sebutan bagi pengguna Kompasiana). Kompasianer diberi kebebasan untuk mengemukakan, mengekspresikan, serta menyampaikan berbagai gagasan, pendapat, ulasan, ataupun tanggapan, sepanjang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan norma dan hukum yang berlaku di Indonesia (lihat http://www.kompasiana.com/term). Karenanya Kompasiana merupakan media bertukar pikiran, menyampaikan gagasan, pendapat, opini, uneg-uneg atau bahkan curahan isi hati seseorang. Semua orang bebas menulis di sini. Semua orang bebas menyampaikan pendapat dan opini masing-masing. Semua orang bebas menyampaikan curahan hati dan perasaannya di sini. Tentunya dengan mengikutisyarat dan ketentuan yang telah ditetapkan.

Saat kita berselancar, membaca, menikmati tulisan dan opini banyak orang di ruang terbuka dimana berbagai warna ideologi, pemahaman, kecenderungan dan lainnya yang melatarbelakangi seorang penulis tentu ada “bahaya” yang mengintai kita. Kita bisa terpengaruh, terbawa bahkan “terjerumus” mengikuti opini maupun pola pikir si penulis yang dituangkan dalam tulisannya. Dan inilah pula salah satu tujuan dari seorang penulis tentunya.

Apabila tulisan yang kita baca berisi pesan-pesan kebenaran, opini yang menggiring kita pada kebaikan tentunya kita akan terbawa pada sebuah kondisi yang baik buat kita. Namun sebaliknya, apabila tulisan yang kita baca, opini yang kita konsumsi berisi pesan-pesan keburukan bahkan opini yang menyesatkan kita pada kesesatan yang nyata; berarti benarlah apa yang dipesankan oleh sahabat tadi : tersesat di belantara kompasiana.

Karenanya kehati-hatian, kejelian dan kepekaan harus ada dalam diri kita. Tidak semua informasi maupun opini di kompasiana adalah benar adanya. Filter yang baik dalam menyaring, memilah dan memilih opini maupun informasi mana yang baik dan mana yang kurang baik, mana yang layak dibaca atau yang tidak layak untuk sekedar dibaca. Imunitas kita terhadap info dan opini yang menyesatkan juga perlu kita tingkatkan. Kita pulalah sebenarnya yang memegang kendali untuk diri kita.

Tentunya tidak hanya di kompasiana yang demikian. Pada era keterbukaan informasi seperti sekarang ini, dunia maya dipenuhi dengan berbagai informasi yang berseliweran dari berbagai arah. Mungkin kalau digambarkan di sekitar kita begitu ramai, semrawut bahkan; berbagia hal yang bisa kita akses dan nikmati. Kaskus, Facebook, Twitter, Whatsap dan lainnya juga begitu adanya. Kita begitu mudah mendapatkan berbagai informasi maupun opini yang kebenarannya perlu kita teliti, perlu kita cek untuk sekedar kita bagikan kepada orang lain, terlebih lagi untuk kita jadikan sebuah referensi.

Walhasil, ibarat kita benar-benar memasuki sebuah rimba belantara, kita perlu waspada. Maksimalkan fungsi panca indera. Kalau perlu gunakan indera ke-enam kita (He..he...). Jangan terpesona oleh keindahan yang nampak di depan mata namun ternyata menyimpan bahaya. Jangan memakan semua buah-buahan yang kita temui di sana. Bisa jadi diantara buah-buahan yang tersedia justru mengandung racun yang berbahaya. Kalaupun tidak berbahaya, saat kita terlalu banyak mengkonsumsinya kita akan dibuat terlalu kenyang olehnya, akhirnya kita sulit untuk bergerak keluar dari rimba belantara.

Demikian pula tidak semua hewan liar di belantara berbahaya buat kita. Tidak perlu semuanya kita khawatirkan dan berusaha untuk menghindarinya. Harimau, monyet, orang utan, buaya dan lain sebagainya bahkan bisa menjadi sahabat dan penolong bagi kita. Dengan syarat kita bisa menjadi seorang Tarzan seperti yang ada dalam cerita.

Wallahu’alam.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline