Lihat ke Halaman Asli

Rakhmasari Kurnianingtyas

Mencoba melukis cerita lewat aksara

Belajar Ikhlas dari Pekerja Konstruksi

Diperbarui: 28 Maret 2022   16:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Pekerja Konstruksi (Foto : pixabay.com/artisticoperations/CCO)

Pernahkah anda mengamati para pekerja konstruksi yang sedang berada di ketinggian? Entah sedang membangun gedung bertingkat, jalan layang, jembatan, tower listrik atau apapun yang menjulang tinggi. Suatu pemandangan yang kadang hanya sekilas saja kita lihat.

Mereka adalah sosok pekerja keras. Pekerjaan mereka membutuhkan kekuatan otot dan tubuh yang selalu fit. Dengan posisi tempat bekerja jauh dari permukaan bumi dan risiko pekerjaan yang sangat menantang mereka pantas disebut pemberani.

Mereka adalah orang-orang yang memiliki keterbatasan modal dan kemampuan untuk mencari pekerjaan. Nasib telah membawa mereka untuk menerima tantangan hidup melakukan apa yang biasa orang sebut 'pekerjaan kasar'.

Tapi mereka mengajarkan satu nilai kehidupan kepada kita yang mungkin mereka sendiri tidak menyadarinya. Mereka tidak pernah menyombongkan diri dengan apa yang telah mereka lakukan. Mereka tidak pernah pamer dengan jasa yang telah mereka berikan.

Coba kita renungkan... Berapa gedung yang telah ikut mereka bangun. Di saat mereka sendiri mungkin belum memiliki rumah. Atau kalaupun ada tidak semegah gedung-gedung yang mereka kerjakan.

Setelah selesai dibangun, mereka cukup puas memandanginya tanpa bermimpi suatu saat bisa memasuki gedung itu. Mereka cukup tahu diri. Tugas mereka adalah membangun dengan segala pengorbanannya, dan orang lain yang akan menikmatinya.

Berpuluh-puluh kilometer jalan layang sudah mereka selesaikan. Dengan tubuh terpanggang panas matahari dan uap aspal yang menemani. Apakah mereka kemudian sombong kepada para pemilik mobil yang akan merasa dimudahkan jika jalan layang itu selesai? Tidak. Mereka akan melihat dalam diam. Mereka bahkan tidak tahu akan bisa menikmati jalan yang mereka bangun atau tidak karena mereka belum memiliki mobil.

Mereka adalah orang-orang yang ikhlas. Melakukan pekerjaan tanpa mengingat lagi kebaikan yang sudah mereka lakukan untuk orang banyak. Iya memang itu sudah menjadi pekerjaannya. Tapi sangat manusiawi dan wajar bila ada setitik keinginan untuk menikmati hasil kerja kita.

Kita yang bekerja di kantor, akan menikmati tempat yang nyaman. Kita yang bekerja sebagai driver akan menikmati mobil yang kita kendarai walaupun mungkin itu bukan mobil kita. Yang bekerja di hotel akan menikmati suasana tanpa membayar. Bekerja sebagai kru pesawat atau kapal pesiar bisa ikut jalan-jalan. Dan banyak lagi contoh lainnya.

Tapi para pekerja konstruksi itu... Mereka akan bekerja keras dan segera meninggalkan hasil kerjanya setelah selesai tanpa sempat menikmatinya.

Para pekerja konstruksi adalah orang-orang yang berada di tempat tinggi tanpa rasa sombong. Apa yang mereka mau sombongkan? Yang mereka punya hanya nyali. Sungguh berbeda dengan orang-orang yang tiba-tiba memiliki harta dan merasa sedang di tempat tinggi. Orang-orang yang tidak tahan untuk memamerkan apa yang mereka sebut hasil kerjanya padahal entahlah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline