Lihat ke Halaman Asli

Rakhmasari Kurnianingtyas

Mencoba melukis cerita lewat aksara

Batas Tipis antara Bangga dan Pamer

Diperbarui: 17 Maret 2022   21:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi pamer. (Pixabay.com/NettPix)

Belakangan ini hampir tiap hari berita di media massa dipenuhi kabar tentang beberapa orang yang disebut crazy rich.

Segala jenis berita berseliweran. Ada crazy rich sedang berlibur dengan private jet, crazy rich membeli mobil baru harga selangit yang nol nya banyak sekali, crazy rich yang sedang membangun rumah yang luasnya seperti stadion olahraga, tapi ada juga crazy rich yang sedang diperiksa penegak hukum.

Sebenarnya sejak kapan sih istilah crazy rich itu jadi tren di Indonesia?

Istilah ini muncul pertama kali tahun 2018 ketika film berjudul Crazy Rich Asians yang diperankan oleh Henry Golding ramai diperbincangkan. 

Film ini diangkat dari novel dengan judul yang sama karangan Kevin Kwan yang diterbitkan tahun 2013. Film yang bercerita tentang kehidupan orang-orang kaya Asians khususnya Singapura.

Setelah film ini banyak ditonton, mulailah bermunculan crazy rich lokal. Dari crazy rich Indonesia, sampai crazy rich antar kota antar propinsi. (kok seperti bis malam) 

Entah siapa yang memulai tapi pada kenyataanya di setiap kota di Indonesia bermunculan crazy rich-crazy rich baru yang seperti berlomba memproklamirkan diri. Membuat rakyat jelata hanya bisa ternganga-nganga... ooh ternyata banyak juga orang kaya di sekitar kita to...

Di balik sebutan mba dan mas crazy rich itu, terselip juga cerita hidup yang membawa mereka ke puncak kepuasan duniawi yang bernama materi. Dari yang semula manusia dengan harta pas-pasan, menjadi manusia tidak biasa yang tinggal tunjuk jari semua bisa dimiliki.

Lalu bahagiakah mereka dengan sebutan itu?

Bagi seseorang yang sudah bekerja keras belasan atau bahkan puluhan tahun wajar jika memiliki rasa bangga dengan pencapaian yang mereka raih. Pencapaian yang sesuai atau melebihi target di luar ekspektasi mereka. Lalu bagaimana mereka menunjukkan rasa puas mereka itu?

Diakui, dihargai adalah termasuk kebutuhan dasar manusia. Dalam teori psikologi, dikenal Hierarki Kebutuhan Maslow, mulai dari yang paling dasar kebutuhan fisiologis, rasa aman, kasih sayang, penghargaan dan paling akhir adalah aktualisasi diri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline