Ada banyak kasus mengenai hal ini, pemain loyal yang dipaksa pergi oleh Klub. Mulai dari yang baik-baik sampai yang keterlaluan. Biasanya tipe transfer seperti ini yang dibenci oleh pendukung setia, apalagi bila yang dijual adalah pemain yang sudah banyak berkontribusi untuk klub.
Berikut 3 pemain Liverpool, yang "dipaksa" untuk meninggalkan klub dengan cara yang berbeda.
Xabi Alonso
Sosok penting istanbul's magical night ini pergi meninggalkan Liverpool di tahun 2009. Sampai saat ini ,ia selalu merasa bahwa Anfield adalah rumahnya. Kepergiannya mengejutkan Liverpudlian, apalagi setelah Xabi berseragam Madrid, tidak pernah ada lagi duet sehati untuk Steven Gerrard.
Raffa Benitez, sang pelatih secara terang-terangan berbicara pada Xabi bahwa akan menjualnya, dikarenakan ia membutuhkan seorang pemain Inggris ( Aturan FA ) untuk menempati formasi baru yang sudah disiapkan, dan untuk itu klub membutuhkan dana. Walaupun tidak mau meninggalkan anfield, namun sebagai atlit profesional, Xabi menerima saat Liverpool menjualnya ke Madrid.
Tapi malang untuk Benitez, setelah mendapat dana segar dari penjualan tersebut. Ia malah tidak berhasil mendapatkan Garreth Barry, yang adalah pemain incarannya.
Robbie Fowler
Xabi bisa dibilang lebih beruntung daripada pemain legenda ini. Fowler yang notabene adalah pemain asli akademi memang diketahui tidak cocok dengan Gerrald Houllier, pelatih Liverpool saat itu. Saat itu Houllier tahu bahwa ia harus segera mendepak Fowler. Tapi tidak semudah itu. Di Anfield, Houllier hanya sekedar pelatih sepakbola, namun Fowler adalah seorang Dewa.
Jadi pelatih berkewarga-negaraan Prancis tersebut dengan aneh memilih Emile Heskey sebagai pasangan duet Michael Owen. Fowler juga sering kali dibuat tidak nyaman di ruang ganti oleh staf kepelatihan.
Hal ini membuat Fowler terlalu lama duduk di bangku cadangan. Berhubung jadwal Piala Dunia semakin dekat, akhirnya Fowler menawarkan dirinya untuk dijual. Ia terpaksa pindah ke Leeds agar mendapatkan jam bermain untuk menarik perhatian pelatih Sven Gorran Erikson, pelatih Inggris saat itu.
Peppe Reina.