Lihat ke Halaman Asli

sekar A

pemimpi

Enaknya Jadi Diri Sendiri

Diperbarui: 30 Juni 2020   14:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar: onlinepsychologydegree.info

Pernah gak sih, ngebayangin dalam hati "Enak ya ... jadi dia, beruntung banget." atau "Kayaknya seru deh punya sifat kayak dia, gampang banget punya temen disayang guru pula.". 

Kalimat-kalimat itu lah yang pernah menghantui diriku sendiri. Pasti kalian juga pernah kan, iri sama seseorang. Di artikel kali ini, aku pengen kasih pengalaman aku yang dulu sempet pengen jadi 'orang lain' kayak dia biar beruntung. Tapi, setelah itu, aku mikir, jadi diri sendiri itu juga enak ya ternyata.

Jadi gini ... aku sebenarnya orangnya introvert. Kalau ketemu orang baru, pasti aku malu menyapa duluan. Alhasil temen aku sedikit. Kenal paling, cuma kenal, gak sampe ngobrol panjang lebar sama mereka. Aku itu introvert-nya bukan anti sosial, tapi pemalu.

Sampai masuk sekolah, aku ingin berubah menjadi seperti 'dia', orang seru, multi-talenta, dikenal banyak guru, masuk awal MPLS langsung dapet banyak temen, omongannya juga gak kasar, kalau ngerumpi di kelas langsung nyatol pada ghibah apa, satu sekolah tahu siapa dia termasuk para guru, gak ada yang gak kenal sama dia, anaknya aktif banget kalau di sekolah. 

Aku sebenarnya juga deket sih sama dia. Jujur, sebenarnya aku gak benci dia, iri paling karena ke-aktifan dia di sekolah. Seperti yang aku bilang tadi. 

Orangnya itu gak pilih-pilih temen, baik, ramah, sopan. Dalam hati, aku bertekad pengen jadi kayak dia. Diam-diam aku ikut kegiatan di sekolah, diam-diam aku gabung ngerumpi di kelas, wah pokoknya aku juga pengen dikenal banyak orang di sekolah termasuk guru.

Saat aku mulai belajar sama kayak gitu, aktif ikut kegiatan, mulai bersosialisasi, mencoba belajar ghibah, lama-lama aku semakin menjauh mengenal diriku yang sebenarnya. 

Aku terus belajar se-aktif dia sampai aku lelah sampai aku sadar, "Kok aku bisa kayak gini ya?". Oke, jadi dia itu beruntung banget, banyak temen, anggota osis, banyak yang ngajak dia main kalau libur,tapi sebagian kecil temennya itu ternyata fake friend

Dan aku gak mau dapet temen fake friend. Semakin aku ekstrovert seperti dia, rasanya gak nyaman banget. Kayak ini bukan aku lagi. Pokoknya selama aku berlari mengubah sifat, lama-lama aku merasa gak nyaman.

Akhirnya aku memutuskan untuk kembali jadi diri sendiri. Dan ternyata, aku bisa bahagia seperti dia yang sama bahagianya. Jadi aku tidak bisa kayak dia, dan itu gak nyaman banget.  

Aku introvert, tapi punya teman yang bener-bener real buat aku. Aku dan sahabat-sahabatku sering ngeghibah juga, tapi kami ngenghibah tentang masa depan. Aku jadi tahu siapa yang gak suka sama aku di kelas. Menurut penelusuranku saat ini, gak ada fake friend diantara aku dan sahabat-sahabatku. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline