Lihat ke Halaman Asli

π€π‘π˜π€ ππ”πŒπˆ

ππ”πŒπˆ π‚πˆππ“π€, 𝐒𝐀𝐒𝐓𝐑𝐀, ππ”πˆπ’πˆ

Penjara Rasa

Diperbarui: 15 Juni 2024 Β  19:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hujan turun, Sayang
Aku masih di tempat gelap
tanpa lampu seperti tugu

Adakalanya kita penjarakan juga diri
Untuk lebih mengerti bahasa malam
dari kerangka kepala yang kadang pengap
Tentang ingin-ingin perasaan

Masih deras hujan yang terbit
Gitarku tertidur semenjak kemarin malam
Buku tak bisa kubaca penuh
Aku mencoba memanggilmu tanpa parau suara

Perziarahan sunyi
Aku mengukir cahya dari risau diri
Masihlah aku pada sekian jalan-jalan
Atau, mungkin kau akan juga di sini
Kita akhiri segala pertanyaan kini

Sedang kupersiapkan mimpi busuk
Keindahan absurd
Mengapa ada kesadaran, Sayang
Aku tak pernah mau tahu segala biang
Nafas saling berhamburan

Percayalah akupun awam biasa
kerap menangis tatkala jiwa bersujud
Kau paham tentang-Nya, yang menyegala
Aku benci dengan kerinduan mendalam
Bagai saat ini kurinduimu
"PEREMPUAN"

15-Juni-2024




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline