Mahasiswa akademisi dengan latar belakang wibu mungkin terdengar seperti perpaduan yang tidak biasa. Namun Penting untuk memahami apa yang dimaksud dengan "wibu". Istilah ini biasanya digunakan untuk merujuk pada individu yang sangat mencintai budaya populer Jepang, terutama anime dan manga. Mahasiswa dengan latar belakang wibu seringkali ditemui di Universitas besar maupun kecil tidak terkecuali Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember disingkat (UIN KHAS Jember) mereka memiliki minat yang mendalam dalam topik-topik seperti budaya Jepang, sejarah, dan bahasa.
Mereka seringkali berpartisipasi dalam komunitas yang sama dan menghadiri acara-acara yang berkaitan dengan budaya populer Jepang meski di UIN KHAS tidak ada komunutas seperri itu. Namun Sebenarnya hal ini membuat saya berfikir apakah Jepang melakukan transisi penjajahan terhadap Indonesia dengan menggunakan budayanya?. Tapi itu hanya pikiran saya walau hakikatnya yah itu benar.
Budaya Jepang yang Menjadikan barisan para Mahasiswa menyandang nama Wibu ini menunjukkan jepang telah sedikit demi sedikit menggerus budaya diIndonesia. Tidak sedikit juga Mahasiswa menolak kehidupan dan mengurung diri dikamar (Nolep), hal ini disebabkan oleh stereotip bahwa mahasiswa "Wibu" itu "anak-anak besar" dan dijauhi oleh mahasiswa lainya.
Di kampus Islam seperti UIN KHAS Jember, Mahasiswa dituntut menjadi tombak nasional untuk masyarakat terkait konstitusionalisme dan sejenisnya, sering ditemukan mahasiswa diskusi tentang negaranya maupun negara lain. Namun sayangnya kebanyakan dari mereka memasukan bubuk serial anime didalamnya yang menunjukkan bahwa mereka adalah "wibu". Hmmm... menarik sih, tapi benarkah itu tidak memecahkan topik diskusi?, Disinilah pro kontra terjadi.
Kebetulan sekali saya adalah mahasiswa yang nggak terlalu "Wibu" berdiskusi dengan mahasiswa akademisi wibunisme di perkopian Jubung. Pria berwajah putih memakai kacamata itu terlihat serius saat berdiskusi, Topik pembicaraannya juga menarik namun semakin lama ia mulai mengkiaskannya ke salah satu serial anime hingga pembahasan semakin kemana mana, fokus menghilang, dan diakhiri main games, hal inilah yang membuat saya berpikir mahasiswa Wibu itu kontroversial.
Namun Wibu sering dijuluki sebagai ras terkuat dibumi, karna tidak sedikit wibu yang memilik prestasi meskipun hari-harinya disibukan dengan menonton anime. Hal ini benar terjadi, Pria yang berdiskusi dengan saya tadi memiliki segudang prestasi dan telah menjalani seminar proposal lebih dulu dari saya meski ia baru saja menamatkan salah satu serial anime dengan 994 chapter . Namun sayangnya dia anti sosial, dia lebuh sering berdiam diri dikamar, bahkan saya butuh lebih dari 10 kali lebih untuk mengajaknya pergi kemeja kopi.
Dibalik itu semua pria itu juga fasih mengucapkan kata kata Jepang, nggak tanggung tanggung dia juga dapat menulis tulisan mandarin meski saya tidak tau tulisannya asal asallan atau tidak. Inikah yang disebut keberhasilan diplomasi budaya jepang?, namun apakah tidak lupa terhadap budaya negara sendiri?.
Dari sini dapat disimpulkan Wibu adalah perilaku yang baik tidak ada yang salah dengan Wibu. Namun perlu digaris bawahi Budaya Indonesia adalah paling utama dan paling prioritas lalu bersosialisasi juga diperlukan untuk kehidupan, hanya karna menjadi Wibu bukan berarti membuang kehidupan bersosialisai dan melupakan budaya negara sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H