Bila memperhatikan dalam Kejadian 2:7, kita akan menyaksikan betapa luar biasa karya Tuhan Allah dalam membentuk manusia yang awalnya itu dari debu tanah, dibentuk dan diberikan hembusan nafas hidup dari Tuhan Allah ke dalam hidungnya, sehingga manusia menjadi makhluk yang hidup.
Hidup, merupakan kata umum yang banyak orang gunakan dan banyak orang menilai dan melihat kehidupan dari berbagai sudut pandang. Dengan perkembangan pengetahuan, setiap orang berupaya mencari bukti perihal tentang kehidupan yang awal dari alam semesta. Ada juga pengetahuan spiritual/agama yang berusaha menjawab pertanyaan perihal arti dari kehidupan sebenarnya.
Untuk apa manusia diciptakan? Adakah buku petunjuknya? Mungkin itu selalu timbul dari benak setiap kita. Dalam Kisah Para Rasul 17:26 "Dari satu orang saja Ia telah menjadikan semua bangsa dan umat manusia untuk mendiami seluruh muka bumi dan Ia telah menentukan musim-musim bagi mereka dan batas-batas kediaman mereka," dari ayat tersebut kita dapat perhatikan bahwa titik awal dari suatu kehidupan itu begitu jelas, yang dimulai dengan Allah sebagai sumber segala sesuatu, menjelaskan bahwa tubuh fisik manusia berasal dari bumi dan akan kembali menjadi bumi. Namun dalam arti spiritual, roh yang ada dalam diri kita adalah hasil dari Tuhan dan harus dikembalikan kepada Tuhan.
Kitab Kejadian begitu jelas mengajarkan mengenai manusia, bahwa dia lahir dalam gambar Allah, dan karena itu juga ia (manusia) bernilai serta mempunyai kemampuan kreatif (Kej. 1:27-30).
Karena dosa manusia itu sendiri, maka manusia (kita) mengalami masa yang sukar padahal dalam Efesus 2:10 "Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya." Firman Tuhan menyatakan bahwa hidup adalah pemberian Tuhan, dengan disertai pendelegasian wewenang (tindakan mempercayakan tugas (yang pasti dan jelas)) dan tanggung jawab untuk mengelolanya.
Di dalam Tuhan Yesus kita diberikan janji-janji Tuhan, memiliki pengharapan, dan masa depan yang kekal. Maka kita disadarkan bahwa, hidup diluar Tuhan kita akan hampa dan mati.
Jika demikian halnya, maka wajib bagi kita untuk mempertimbangkan, setiap kali kita kembali ke rumah kita, apakah kita hidup seperti yang Allah kehendaki. Apa yang mengilhami setiap kata dan pikiran kita?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H