Lihat ke Halaman Asli

Rajiman Andrianus Sirait

Penulis jurnal artikel dan lagu, sebagai editor beberapa buku Teologi dan pendidikan agama Kristen.

Ujian Kehidupan dan Kerendahan Hati: Belajar dari Teladan Rasul Paulus

Diperbarui: 21 September 2022   17:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. rajiman_sirait

Sering kali kita mendengar bahwa setiap orang akan selalu mengalami proses dalam kehidupannya. Ujian merupakan suatu proses untuk membuat kita naik kelas, menjadi lebih dewasa dan lebih menghargai kehidupan. Setiap orang yang bernafas pasti mengalami ujian dalam kehidupannya.

Salah satu tokoh yang menarik untuk direnungkan yaitu rasul Paulus. Paulus sebagai pribadi yang dipilih memang memberikan banyak teladan pada orang percaya, salah satunya adalah mengenai imannya yang sangat kuat. Setelah menjadi pengikut Tuhan Yesus, hidup Paulus sangat berubah. Ia memberitakan Injil dengan penuh semangat karena ia ingin banyak orang diselamatkan. 

Paulus begitu yakin dengan panggilannya, dan tidak pernah goyah meskipun begitu banyak tantangan yang harus ia hadapi seperti, dalam Kis. 16:23 dituliskan bahwa Paulus ditempatkan dalam penjara paling tengah. Bentuk penjara Roma adalah bulat. Paling tengah berarti paling dalam, paling ketat penjagaannya, diperuntukkan bagi para penjahat yang paling tinggi tingkat kejahatannya. 

Namun fakta arkeologi menunjukkan adanya penemuan dua buah penjara bawah tanah yang gelap, pengap, dan sempit, hanya berukuran secukupnya seseorang tidur. 

Kemungkinan besar Paulus juga pernah dipenjarakan di tempat itu. Selain itu dalam perjalanan pelayanannya, Paulus banyak mengalami bahaya banjir karena di masa itu sangat sedikit sungai yang berjembatan; sering dihadang penyamun; mau dibunuh oleh orang-orang Yahudi dan bukan Yahudi. Paulus mengalami begitu banyak penderitaan yang tak terhitung lagi. Dan begitu banyak lagi tantangan lainnya.

Pada awal pertobatannya, bahkan sempat ada pihak yang meragukan tentang dirinya karena masa lalunya yang merupakan gembong penganiaya gereja Tuhan (Kis. 9:13).  Namun menariknya, Paulus memiliki respon yang sangat baik, dia tidak merasa jumawa karena dapat panggilan dari Allah, dia bahkan merasa tidak layak untuk disebut rasul (1 Kor.15:9). Namun, karena kasih anugerah Allah, Paulus mendapatkan kesempatan itu (Kis.9:15;13:2). Allah sendiri yang mencukupkan dan melayakkannya.

Paulus begitu tekun, ia tidak pernah terombang-ambing tentang panggilannya. Ia berakar mantap dalam bakat dan karunianya, bahkan benar-benar merasakan dan menjiwai panggilannya, sehingga ujian seberat apapun tidak membuatnya mempertanyakan lagi tentang pekerjaan yang ia geluti sepanjang hidupnya.

Bila memperhatikan dalam Filipi 3:14, kita dapat melihat semangat dan sasaran yang Paulus tuju. Ia mempercayai karunia-karunia yang telah Allah berikan kepadanya (Rm.11:29). Ia sangat mempercayai kuasa Allah dalam hidupnya dan ia tahu tanpa ragu sedikitpun bahwa Allah telah menetapkannya secara khusus untuk tugas kepemimpinan, bahkan sejak ia dilahirkan (Gal.1:15).

Rasul Paulus adalah orang yang berotak sangat cerdas, namun ia tidak bergantung pada kecerdasaanya. ia juga fasih dalam berbicara yang sepadan dengan para ahli filsafat terkemuka, kita melihat buktinya dalam Kisah Para Rasul 17, yaitu ketika ia melayani di antara para filsuf di Atena. 

Namun, dalam hal itu juga tidak menjadi landasan pelayanannya Paulus. Ia selalu mengutamakan Kristus dengan begitu jelas dan mempercayai kuasa Injil itu sendiri. Hal tersebut menjadi catatan penting untuk kita pada saat ini, bahwa kemampuan dan kekuatan dalam menjalani kehidupan dan pelayanan kita bukan terletak pada diri kita, melainkan semua karena Tuhan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline