Lihat ke Halaman Asli

Rajiman Andrianus Sirait

Penulis jurnal artikel dan lagu, sebagai editor beberapa buku Teologi dan pendidikan agama Kristen.

Refleksi dari Fenomena Berbohong: Murka yang Mendidik

Diperbarui: 1 September 2022   09:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Homie Quotes

"Akulah orang yang melihat sengsara disebabkan cambuk murka-Nya. Ia menghalau dan membawa aku ke dalam kegelapan yang tidak ada terangnya. Sesungguhnya, aku dipukul-Nya berulang-ulang dengan tangan-Nya sepanjang hari. Ia menyusutkan dagingku dan kulitku, tulang-tulangku dipatahkan-Nya. Ia mendirikan tembok sekelilingku, mengelilingi aku dengan kesedihan dan kesusahan. Ia menempatkan aku di dalam gelap seperti orang yang sudah lama mati. Ia menutup segala jalan ke luar bagiku, Ia mengikat aku dengan rantai yang berat." Ratapan 3:1-7 (TB)

Kebohongan itu seperti bangkai, serapat apapun seseorang menutupi kebohongan bau busuknya pasti akan tercium juga. Pepatah lama juga mengatakan, 'sepandai-pandainya menyimpan bangkai, suatu saat baunya akan tercium juga'. Serapih apapun bangkai ditutupi, tetap saja bau busuknya akan menyebar kemana-mana.

Dalam Galatia 6:7-8 TB, dituliskan; "Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu."

Berbohong adalah cara menyelesaikan masalah dengan instan. Demi menjaga citra diri di hadapan publik dan dengan dalih gengsi, seringkali banyak orang tak jujur kepada dirinya sendiri apalagi kepada orang lain. Mereka lebih senang memakai topeng, daripada menunjukkan wajah aslinya. Namun terkadang manusia lupa bahwa semuanya itu ada masanya, seperti kutipan pendahuluan di atas, sepintar apapun, secanggih apapun Tuhan tidak bisa dipermainkan. Mungkin kita berpikir, bisakah Tuhan marah? Kira-kira seperti apa jika Tuhan marah?Bukankah Ia adalah Pribadi yang penuh kasih?

Secara sederhana, mungkin kita akan berkata "ah, tidak mungkin Tuhan marah" atau "untuk apa sih Tuhan mau marah? Bila melihat dalam Ratapan 3:1-7, Yeremia dalam menjalankan tugas dan panggilannya melihat apa yang mampu Allah lakukan ketika Ia menjadi murka. Ia mampu membuat setiap orang masuk dalam kegelapan layaknya orang mati (kubur).

Sebagaimana kita tahu bahwa dunia orang mati yang ada dalam liang kubur yang sempit dan gelap (ayat 2&6); bukan hanya itu, Ia juga mampu membuat setiap orang yang melawan-Nya hidup dalam ruang yang dikelilingi kesedihan dan kesusahan (ayat 5). Meskipun ia menutupi dengan bermacam hal tapi kenyataannya ia tidak mampu lepas. Apakah Tuhan kejam? Mungkin itu pertanyaan yang muncul, tentu saja TIDAK. Dari murka-Nya kita sebenarnya diajarkan dan disapa dalam kasih-Nya, dengan tujuan untuk kembali hidup dalam kebenaran. Murka-Nya adalah proses yang mendidik dan mendewasakan, selama masih ada kesempatan untuk berubah maka berubahlah. Jangan keraskan hati, dan berakhir teragis seperti Firaun (Kel. 7:22-23; 8:15,19,32; 9:7;15), ataupun juga Saul (1 Samuel 31).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline