Lihat ke Halaman Asli

Simoan (Kumpulan Cerpen)

Diperbarui: 4 April 2017   17:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Simoann

Alhamdulillah ya Allah.. Atas berkah dan semua kenikmatan yang diberikan oleh-Nya sehingga tahun ini, saya berhasil menerbitkan sebuah buku kumpulan cerpen Simoan (Leutikaprio, 2014). Buku ini merupakan satu-satunya karya perdana saya dalam dunia sastra atau fiksi. Sebelumnya saya hanya berani menulis opini-opini kekinian dan esai-esai politik serta budaya yang seringkali diterbitkan media cetak lokal. Sebagai sesuatu yang perdana, tentu masih terdapat kekurangan dan kesalahan-kesalahan, baik dalam hal penulisan, maupun aturan-aturan sebuah cerpen yang mungkin saya sendiri belum terlalu mafhum soal itu. Meski demikian, atas kesukaan saya dalam menulis, mengarang, dan membuat syair, maka saya pun tak tanggung-tanggung membuat cerita demi cerita untuk memulai proses kreatif ini. Dalam kumpulan cerpen ini terdapat 14 cerita yang berwarna budaya, cinta, sosial, dan politik. Pemberian judul kumpulan cerpen ini diambil dari salah satu judul cerpen yang termuat di dalamnya. Mengapa saya mengambil “Simoan” sebagai judul pada karya perdana saya? Hmm, saya mungkin tak punya cara untuk menjelaskan alasan mendasar saya. Barangkali saya hanya terobsesi dengan maraknya judul-judul buku Novel maupun kumpulan cerpen yang belakangan hanya sepintas saja: tinggal menulis nama tokoh, maka jadilah judul buku itu. Saya mungkin terobsesi dengan cara-cara penulis sebelumnya, namun tentu saya juga punya alasan intim—mengapa saya begitu bernafsu menyebut “Simoan” sebagai judul buku saya. Hah! Sudahlah. Namanya juga intim, Anda tak harus tahu. :-) Intinya, buku kumpulan cerpen Simoan berisi cerita-cerita sederhana, dengan kata-kata yang sederhana, dan tema-tema yang tak begitu memukau. Tapi kata Papa saya, “cerpen-cerpen Rajif selalu punya letupan yang hampir tak bisa ditebak oleh pembaca. Itu bagus, Rajif!” :) Berikut menurut Sungging Raga pada cerpen Simoan : “…Cerpen-cerpen Rajif bagi saya semacam ekspedisi perasaan. Saya menganggapnya sebagai usaha untuk masuk ke ranah interior, mengungkap sudut paling peka dari manusia yang senantiasa menghadapi beragam konflik yang mengelilinginya, baik itu konflik budaya, modernitas, sampai yang lebih sentimentil berupa kenangan dan pergolakan batin antar lelaki dan wanita. Ia juga memainkan simbol-simbol untuk memperdalam dan memperindah pengungkapannya. Sebuah ekspedisi yang layak untuk terus dijalani sampai ke titik paling sunyi…” (Sungging Raga, Cerpenis)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline