Lihat ke Halaman Asli

SMA 6 dan Wartawan

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya hanya seorang karyawan swasta berumur 20th yang masih meneruskan pendidikan Ilmu Komunikasi S-1 -nya.

Sebelumnya saya tegaskan tidak ingin mencoba memberi pembelaan apalagi pembenaran kepAda salah satu pihak.

Saya turut bersedih terhadap wartawan yang menjadi korban pengeroyokan oknum pelajar yang disangka adalah siswa dari Smu 6 Jakarta. Saya bingung kenapa mereka menyerang korban, padahal korban hanya melaksanakan tugasnya sebagai pemburu berita, dan amat sangat wajar jika korban meliput tawuran yang ada di dekatnya, karna masyarakat baik secara langsung ataupun tidak sangat membutuhkan informasi-informasi sejenis.

Kalau ditanya mengapa wartawan melakukan aksi protes di depan gerbang masuk Sma 6? Dan Kenapa tidak melapor saja ke pihak berwajib? Saya mencoba menjawab dengan perspektif saya. Menurut saya sangat maklum wartawan melakukan aksi-aksi sejenis. Pertama aksi ini bentuk protes dari kelakuan anak didik di Sma tersebut yang amat sangat memalukan generasi muda, toh lagi pula ini kan hanya aksi damai, dan saya kira wartawan tidak akan tersulut emosinya jika tidak di provokasi.

Kedua kenapa tidak memilih melapor saja ke Kepolisian? Menurut saya justru tindakan mendatangi pihak sekolah terlebih dahulu ini sudah sangat tepat. Mengingat,oknum-oknum pelajar ini mlakukan tindak kekerasan mengatas namakan sekolah, dalam artian mereka bertarung seperti binatang yang dalam bahasa sehari-hari biasa disebut "Tawuran" dengan seragam putih abu-abunya. Itu semua karna rivalitas terhadap musuh (Smu 70 -Red) yang sudah tentu terdapat oknum-oknum lainya pula yang memprovokasi mereka. Lagipula apakah mereka mau ditindak layaknya kriminil yang tidak mengeyam pendidikan berkualitas seperti mereka, bukankah masalah ini lebih baik diselesaikan dengan kepala dinging di meja perundingan, tanpa harus ada yang di "ciduk" oleh bapak-bapak polisi, apa lagi sampai harus dibui.

Siswa-siswa ini masih harus menyelesaikan pendidikan menengah atasnya saya pikir, akan amat sangat disanyangkan jika mereka harus menunda itu semua, apalagi sampai pupus cuma karna harus mengikuti proses peradilan, dan menjalani masa tahanan. Belum lagi efek-efek Psikologis yang akan timbul dengan adanya masalah ini.

Saya harap semua dapat mengalah untuk menyelesaikan masalah ini, bermediasilah, tidak perlu memperkarakan ini, kasihan oknum-oknum pelajar ini jika harus menjalani masa-masa kelam itu. Beri mereka kesempatan untuk meminta maaf, dan tentunya bertanggung jawab dengan mengganti semua kerugian materiil yang timbul.

Saya harap tidak ada lagi tawuran-tawuran diantara kalangan manapun, kalian tidak terlihat layaknya jagoan apa lagi hebat dimata orang lain dengan bertawuran. Hentikan juga kekerasan terhadap wartawan, kita memang tidak boleh berlindung dengan kalimat "Kebebasan Pers" , namun memang ini koegiatan yang dilindungi hukum yang ada,dan ini hak kami sebagai wartawan. Maka dari itu saya mohon jangan lagi menghalangi tugas kami mencari berita, selama kami melakukanya dalam koridor etika peliputan, dan penyebaran informasi. Serta selama kami juga patuh kepada norma-norma yang berlaku di masyarakat. Mohon maaf jika ada pendapat atau sudut pandang saya yang salah, dan tidak sesuai.

I LOVE YOU ALL INDONESIAN PEOPLE

WE'RE DIFFERENT , BUT IT CAN'T SEPPARATELY US.

Bhinneka tunggal ika

Afri Phastiansyah




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline