Lihat ke Halaman Asli

Jangan Berbicara sebelum Tahu Duduk Persoalan

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pak Prabowo ditolak untuk menyampaikan orasi saat diundang pada kegiatan organisasi kemahasiswaan seluruh Indonesia di Bandung. Bila dilakukan flash-back pada era tahun 1998 s.d 1999, tragedi kemanusiaan tidak bisa dipungkiri memang terjadi pada berbagai kota di Indonesia, khususnya Jakarta. Bagaimana tragedi Trisaksi, Semanggi-I dan II sampai dengan kisah pilunya aktivis HAM, pahlawan Nasional Hak Asasi Manusia Munir, SH. Saat tahun tersebut, militer disinyalir berada dan bertanggung-jawab atas tragedi kemanusiaan yang terjadi. Walaupun ada berita yang menghembus beberapa personal dari militer telah dihukum, namun itu semua juga belum pernah diberitakan secara nasional. Bahkan sampai sekarang para keluarga korban masih berjuang untuk mencari keadilan atas kejahatan kemanusiaan yang terjadi.

Aktivis mahasiswa yang sedang melakukan konferensi nasional di kota Bandung mungkin belum tahu sejarah bagaimana perjuangan aktivis mahasiswa bersama rakyat sampai berhasil menjatuhkan rezim Orde Baru; bahkan beberapa mantan aktivis '98 telah ada duduk di kursi DPR. Umumnya aktivis mahasiswa '98 ini kelahiran mulai 74 s.d 78 (era generasi 90-an) dimana masa pendidikan masih mengenyam tindakan OSPEK, guru 'sangar', 'premanisme sekolah/kampung/kampus', dosen 'killer', dsb. Angkatan '90-an masih merasakan era Soehartoisme yang terkenal dengan istilah 'Asal Bapak Senang', 'Hari-hari Omong Kosong', hingga yang masih kental sampai saat ini 'KKN'.

Banyak pihak mensinyalir keterlibatan Pak Prabowo dan Pak Wirantor dalam tragedi kemanusiaan Trisaksi, Semanggi-I dan II, bahkan tragedi penyerbuan kantor DPP PDI di Jl. Diponegoro. Semua ini adalah sejarah kelam bangsa Indonesia yang sampai kapan pun akan dikenang, dan para korban layak dianugerahkan tanda jasa kehormatan dan kepahlawanan dari rakyat Indonesia.

Bulan Maret dan April 2014 bangsa Indonesia akan menghadapi Pemilu Legislatif dan Presiden. Semoga rakyat semakin cerdas untuk memilih wakil-wakilnya di DPR dan MPR, serta presiden untuk 5 tahun ke depan. Jauhkan politik 'kotor' para politikus yang merasa sombong dengan kedudukan dan gaji yang diperoleh padahal duitnya adalah duit rakyat.

Dan jangan menyesal bila memilih orang-orang yang tidak kredibel duduk di legislatif, DPD, MPR, bahkan presiden/wakil presiden. Lebih baik diam saja tidak berbuat kerusuhan daripada terlalu banyak aksi, omong, tetapi tong-kosong-nyaring-bunyinya.

Kenali dan cari tahu sejarahnya, baru berani mengungkapkan pendapat bahkan melakukan aksi; jangan seperti orang pandir yang berteriak di pasar siang padahal orang-orang sudah pulang ke rumah selesai berbelanja :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline