Lihat ke Halaman Asli

Mainan SARA Pendukung Jokowi

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Isu SARA dalam kampanye Pilkada Jakarta akan terus aktual dan diaktualkan oleh semua pihak yang berkepentingan. Kalau mau obyektif dan jujur, baik pendukung Fora (Foke-Nara) maupun Johok (Jokowi-Ahok) sama-sama memainkannya dengan kembang jurus berbeda.

Hanya saja dalam opini publik yang berkembang, seakan-akan kampanye SARA hanya dilakukan pihak Fora. Apalagi setelah meledaknya kasus Rhoma Irama, kubu Fora lekat dengan citra SARA. Sementara kubu Johok, dikesankan anti kampanye SARA. Namun citra - apalagi di ranah politik – nyaris tak mewakili realitas yang utuh. Sebab citra itu dibentuk, dibangun, direkayasa. Untuk lawan politik, citra yang dibangun selalu negatif untuk menghantam. Untuk teman politik, citra itu selalu positif untuk meraih dukungan.

Sebenarnya kedua kubu sama-sama memainkan isyu SARA dalam kampanye Pilkada Jakarta. Bedanya, pendukung Fore memainkannya dengan vulgar di mimbar umum. Sementara pendukung Johok memainkannya dengan halus melalui bisik-bisik dari mulut ke mulut atau di komunitas eksklusif. Tak dapat disangkal kalau bisik-bisik untuk memilih Johok berkembang di lingkungan etnis Tionghoa dan di lingkungan umat Kristiani.

Ada dua modus memainkan SARA di kalangan pendukung Johok. Secara internal, mereka merentangkan rantai bisikan SARA untuk meraih dukungan politik. Secara eksternal, mereka menyerang kampanye SARA yang dilakukan lawan politik. Serangan ini dikemas dengan mencitrakan bahwa kampanye SARA adalah cara berpolitik yang kotor, hitam, tidak dewasa, pengecut, anti pluralitas, dan predikat lain untuk mengerdilkan lawan politik.

Begitulah dunia politik. Dunia penuh kemunafikan, kelicikan, keculasan, kepalsuan. Jangan pernah mengharapkan ada kejujuran dan sifat-sifat mulia dalam politik. Mengharapkan kemuliaan dalam dunia politik ibarat si pungguk merindukan bulan. Sementara bulannya tak pernah rindu. Kenal aja juga nggak.

(raja miring)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline