Lihat ke Halaman Asli

Raja Lubis

TERVERIFIKASI

Pekerja Teks Komersial

Mengakali Sistem Zonasi Sekolah dengan Pernikahan Sandiwara dalam "Kartu Keluarga"

Diperbarui: 19 September 2024   16:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seriesnya cukup ringan dan menghibur/doc. Vision+

Tahun lalu saya mengawal adik saya masuk SMP (Sekolah Menengah Pertama). Saya kira sistem pendaftaran siswa baru masihlah sama dengan waktu saat saya bersekolah dulu. Rupanya sistemnya telah jauh berbeda, salah satunya dengan adanya sistem zonasi sekolah.

Sistem zonasi tersebut memberi kesempatan kepada calon siswa agar bisa bersekolah di tempat yang terdekat dengan tempat tinggalnya. Patokannya, adalah alamat yang tertera di kartu keluarga. Di sisi yang lain, sistem ini pun mempersempit peluang calon siswa baru mendaftar di sekolah favorit karena lokasinya yang jauh dari rumah.

Adik saya pun begitu. Dengan berbekal beberapa sertifikat penghargaan lomba semasa SD (Sekolah Dasar), adik saya pengin masuk ke SMP favorit di kota. Tapi memang jaraknya lebih dari 1 kilometer. Dan berbekal data histori penerimaan pada tahun-tahun sebelumnya, jarak di atas 1 kilometer biasanya terpental sistem alias tidak diterima.

Memang, ada jalur lain yang bisa dicoba untuk masuk SMP favorit yakni jalur afirmasi, tapi kuotanya sedikit. Akhirnya adik saya memutuskan ikut zonasi dengan mendaftar di SMP terdekat yang jaraknya sekitar 400 meter. Itu pun ternyata sistemnya masih menggunakan peringkat, nggak serta merta diterima.

Jadinya, setiap hari saya selalu refresh halaman web pengumuman penerimaan calon siswa baru, untuk memastikan adik saya tidak terpental dari sistem. Apalagi mengkaget ketika muncul data ajaib di klasemen atas alias calon siswa baru yang jaraknya hanya 20 meter dari sekolah. Kok bisa?

Persoalan zonasi sekolah yang dipotret aktual oleh Kartu Keluarga

Sabar ya Sri dan Jarot/doc. Vision+

Persoalan sistem zonasi sekolah dengan segala carut marutnya dipotret apik dalam series Indonesia terbaru berjudul Kartu Keluarga

Mengambil sudut pandang seorang janda bernama Sri Widuri (Bunga Zainal) yang memiliki satu anak lelaki bernama Jarot. Sri ingin sekali memasukkan anaknya ke "SMP Teladan" yang merupakan sekolah terbaik yang ada di kabupaten tempat tinggalnya.

Sri berharap masa depan Jarot bisa lebih baik jika bersekolah di sekolah terbaik yang lengkap fasilitas dan kegiatannya. Apalagi kegiatan esktrakurikuler yang diinginkan Jarot ada di SMP Teladan dan tidak ada di SMP terdekat.

Motivasi Sri sangat make sense dengan kondisi fasilitas pendidikan Indonesia masa kini yang masih saja belum merata. Sistem zonasi sekolah akan terasa adil jika dan hanya jika fasilitas sekolah sudah merata baiknya. Jika tidak, maka biarkan anak-anak bersaing sesuai dengan kemampuannya untuk meraih impian belajar di sekolah terbaik.

Karenanya, semestinya yang dilakukan pemerintah bukan sebatas membuat kebijakan di level permukaan semata, tapi juga bagaimana membangun infrastruktur sekolah yang sama bagusnya di setiap sekolah.

Mengakali sistem zonasi sekolah dengan pernikahan sandiwara

Kartu Keluarga turut juga mengembangkan permasalahan dampak dari zonasi sekolah ke lingkup yang lebih luas. Tidak hanya lingkup keluarga, tapi juga lingkup sosial budaya masyarakat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline