Ketika Januari terasa lama, tapi ternyata kita sudah sampai di bulan Maret saja. Seakan-akan Februari berlalu begitu saja. Tapi tentunya setiap waktu yang kita lalui, adalah sebuah perjalanan yang berharga dengan segala pernak-perniknya.
Begitu juga dengan perjalanan menulis saya di Kompasiana selama bulan Februari 2024 yang ternyata menurun drastis. Mengkaget, karena saya hanya bisa menghasilkan 9 tulisan saja. Dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mencapai 20 tulisan, tentunya secara kuantitas bukanlah pencapaian yang baik.
Tapi ya menurut saya pribadi, menulis bukan sekadar mengejar kuantitas. Saya hanya berusaha merawat ingatan atas apa yang terjadi di sekitar saya. Mencoba memberikan opini dan pandangan atas peristiwa tersebut, dan semoga saja bisa menjadi bahan diskusi bagi pembaca.
Disertai pula dengan harapan semoga tulisan tersebut bisa memberikan perspektif lain akan suatu peristiwa, sehingga sudut pandang atas peristiwa tersebut menjadi lebih beragam.
Satu dari sembilan artikel yang saya tulis adalah tentang komedian Komeng yang mencuri perhatian para pemilih di Jawa Barat. Pasalnya, komedian senior tersebut berhasil menghipnotis para pemilih untuk mencoblosnya sebagai perwakilan DPD (Dewan Perwakilan Daerah) RI dari Jawa Barat.
Soal Komeng pun mendapat perhatian dari Kompasiana yang memasukkannya ke dalam 'Topik Pilihan' dengan tema 'Penetapan Hari Komedi Indonesia' sebagai salah satu program kerja Komeng seandainya terpilih sebagai senator.
Topik ini pun banyak ditanggapi oleh Kompasianer dengan tulisan dari perspektifnya masing-masing.
Tapi yang membuat saya terkesan adalah gara-gara tulisan tentang Komeng tersebut, nama saya disebut oleh admin instagram Kompasiana. Lho kok bisa?
Begini ceritanya!
Saat saya scroll instagram, tiba-tiba saja muncul di beranda paling atas postingan Kompasiana. Postingannya 2 jam yang lalu. Dan yang bikin kaget sekaligus terharu, postingan tersebut membahas tulisan saya tentang Komeng. Tanpa basa-basi, saya langsung me-repost konten tersebut ke stories pribadi saya.
Dari situ saya baru tahu, atau lebih tepatnya baru menyadari, jikalau Kompasiana seringkali mengalihwahanakan tulisan Kompasianer menjadi bentuk lain di media sosial. Ya, tulisan saya dibuat konten video instagram reels dalam durasi kurang lebih 60 detik.