Apakah hubungan orangtua dan anak murni kasih sayang, atau sebuah transaksi bisnis?
Persoalan hamil dan melahirkan adalah persoalan yang cukup sensitif di masyarakat. Umumnya pasangan suami-istri yang sudah menikah, ingin hamil dan melahirkan seorang anak. Tapi tidak semua keinginan tersebut bisa terwujud seperti apa yang mereka harapkan. Ada banyak faktor yang menyebabkannya, salah satunya adalah faktor medis.
---
Pasangan John dan Summer, bule Amerika sudah lama ingin memiliki anak. Namun mereka tidak bisa memiliki anak karena Summer divonis tidak bisa mengandung. Mereka pun bersepakat mencarikan ibu pengganti. Mereka membicarakan hal tersebut dengan santai. Mungkin kalau di masyarakat kita pembicaraan seperti ini akan sedikit menuai polemik/pertentangan.
Setelah melalui proses pencarian, mereka tertarik kepada Mimi (Kriti Sanon), seorang gadis yang berprofesi sebagai penari. John dan Summer melihat Mimi sebagai gadis muda, sehat, dan memiliki fisik terbaik untuk mengandung anak mereka nantinya.
Mimi sendiri punya cita-cita ingin pergi ke 'Bollywood' (pusat perfilman India) dan menjadi aktris film ternama. Namun ia tak memiliki cukup uang untuk pergi ke sana. Dengan imbalan 20 lakh rupee (setara 400 juta rupiah), Mimi akhirnya bersedia menerima tawaran John dan Summer.
Premis yang dihadirkan oleh film arahan Laxman Utekar ini sangatlah menarik.
Persoalan sewa menyewa rahim dalam Mimi diumpamakan sebagai 'cocok tanam'. Rahim Mimi dianggap sebagai ladang untuk bercocok tanam, sementara benih dan pupuknya dari John. Namun, sang sutradara yang juga menulis naskah ditemani Rohan Shankar ini, membuat konflik Mimi lebih jauh dari itu, tidak hanya sebatas praktik jual beli.
Dari persoalan sewa menyewa rahim, Mimi melebarkan banyak lapisan konflik yang bisa membuat kita merenung tentang apa sebenarnya hakikat hubungan anak dan orangtua, apa sebatas transaksi bisnis atau memang ada kasih sayang di dalamnya?
Tentunya menjadi seorang ibu adalah anugerah terbesar bagi seorang perempuan karena hal ini hanya bisa dilakukan oleh perempuan. Sementara Mimi bisa dengan mudah memperjualbelikannya.
Konflik ini juga ditunjang dengan latar keluarga Mimi sebagai penganut Islam yang taat. Gambaran latar keluarga Mimi cukup mewakili bagaimana masyarakat melihat apa yang Mimi lakukan dari kacamata keyakinan mereka.