Indonesia kembali berduka, Indonesia kembali harus kehilangan salah satu ulama' penyejuk jiwa dan Indonesia harus kembali menundukkan kepala sejenak demi menghormati kepergian sang guru besar kita sang penghafal kitab suci Al Qur'an, Syekh Ali Jaber. Semua terasa seperti mimpi, sungguh tidak ada yang menyangka jika beliau harus pulang secepat ini untuk menghadap Allah SWT.
Sejauh mata memandang hampir tidak ada satu orang pun yang tidak meneteskan air mata mendengar kepergian Syekh Ali Jaber bahkan para ustadz dan Kyai pun juga turut meneteskan air mata. Syekh Ali Jaber adalah ulama' bagi semua kalangan, tidak ada satu kalangan pun yang pernah terluka akibat ucapan Syekh Ali Jaber, beliau benar benar mampu menjadi penyejuk dan lentera bagi bumi nusantara.
Hampir semua tempat di bumi nusantara melakukan shalat ghaib demi menghormati dan mendoakan sang guru besar supaya mendapat tempat yang mulia di sisi Allah SWT.
Semua orang tak peduli itu artis maupun bukan sangat berduka mengetahui kepergian beliau.Kedekatan beliau dengan semua orang, kelembutan beliau dengan semua kalangan terutama anak kecil memberikan suatu kenangan tersendiri yang akan terus membekas dalam hati manusia.
Syekh Ali Jaber dikenal sebagai orang yang sangat sabar dan pemaaf beliau bahkan tidak pernah terlibat dalam sebuah perselisihan apapun dengan orang lain yang berbeda pandangan dengannya.
Beliau pernah bercerita bahwa saat beliau menjadi imam shalat shubuh di sebuah masjid beliau tetap mengikuti keadaan para jamaah yang setiap hari membaca doa qunut sehingga beliau pun juga membaca doa qunut saat menjadi imam padahal beliau berbeda pandangan dengan mereka.
Demi menghindari sebuah perselisihan pun bahkan Syekh Ali tidak membalas cacian orang lain dan lebih memilih diam bahkan beliau tidak marah sama sekali dengan orang yang mencacinya.
Bahkan saat sang istri marah pun Syekh Ali pernah bercerita kalau Syekh Ali sampai rela tidak memegang handphone lagi supaya sang istri tak cemburu dengannya. Inilah jiwa rela mengalah yang patut kita teladani dari Almarhum Syekh Ali Jaber, lebih baik mengalah daripada timbul masalah.
Puncak jiwa pemaaf Syekh Ali yang wajib kita teladani adalah beliau sama sekali tidak dendam kepada orang yang saat itu menusuknya pada sebuah acara islami, beliau bahkan mengaku bahwa jiwanya justru merasa tenang dan bersyukur kepada Allah SWT karena masih diselamatkan.
Yang luar biasanya lagi beliau melarang orang orang untuk menghajar si penusuk itu bahkan beliau justru mendoakan si penusuk agar anaknya menjadi seorang penghafal Al Qur'an. Subhanallah betapa mulianya hati Syekh Ali Jaber.