Lihat ke Halaman Asli

Raja Faidz

Mahasiswa

Budaya Literasi dan Tantangannya terhadap Zaman

Diperbarui: 31 Mei 2020   00:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Oleh: Raja Faidz el Shidqi, Mahasiswa FISIP UMJ, Kader PK. IMM FISIP UMJ dan Pendiri Taman Baca Tepi Sungai.

Bicara terkait Literasi ditengah-tengah masyarakat Indonesia memang rasanya masih agak asing terdengar apalagi jika literasi hanya disandingkan dengan membaca buku, hal tersebut akan terlihat lebih asing lagi oleh sebagian besar masyarakat.

Sebetulnya apa yang dimaksud dengan literasi itu sendiri ? Literasi sendiri adalah kemampuan seseorang dalam mengolah dan memahami informasi saat melakukan proses membaca dan menulis, tetapi dengan adanya perkembangan zaman yang terus-menerus berubah.

Maka, definisi literasi pun terus berevolusi sesuai dengan zaman yang berlaku, misalnya saja ada 6 macam literasi dasar seperti : Literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi finansial, literasi digital dan literasi budaya dan kewargaan.

Sedangkan secara Etimologis istilah literasi sendiri berasal dari Bahasa Latin “Literatus” yang berarti orang yang belajar. Lalu bagaimana solusi untuk meningkatkan minat literasi sehingga menjadi budaya dikalangan masyarakat Indonesia yang diharapkan dapat menjadi jembatan untuk menghadapi perkembangan zaman ?

Pertama, kita harus membahas sedikit terkait soal pengertian budaya itu sendiri. Budaya itu sendiri adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang atau masyarakat, dan terbentuk dari banyak unsur yang rumit sistem agama, politik, adat istiadat dan Bahasa.

Untuk menjadikan minat literasi sebagai budaya yang dijalankan oleh suatu masyarakat tentu kita harus memahami terlebih dahulu lingkungannya dalam bentuk sumber daya manusia nya maupun dalam bentuk geografisnya. Lalu membuat pemetaan dan konsep yang menarik untuk mendapatkan perhatian masyarakat sekitar terhadap literasi itu sendiri.

Contoh efektif yang dapat diterapkan adalah Literasi Digital, literasi yang dirasa cocok diterapkan pada masyarakat perkotaan maupun perkampungan, literasi yang menurut Paul Gilster dalam bukunya yang berjudul Digital Literacy (1997) diartikan sebagai kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dalam berbagai bentuk dari berbagai sumber yang sangat luas yang diakses melalui piranti komputer. 

Dalam literasi digital tersebut selain pembelajaraannya menggunakan komputer dan akses internet untuk mengakses berbagai sumber yang sangat luas juga bisa dengan mengadakan sebuah event berupa nonton film dokumenter bersama lalu mendiskusikannya guna mendapatkan informasi dan pembelajaran yang terdapat disebuah film dokumenter tertentu.

Kedua, jika kita menganggap literasi hanya sebatas membaca dan menulis sangat jelas bahwa Indonesia tertinggal sangat jauh dari negara-negara lainnya di dunia, berdasarkan hasil laporan Program for International Student Assessment (PISA) pada Tahun 2018, Indonesia berada pada peringkat 74 dengan skor membaca rata-rata 371.

Tentu dengan laporan tersebut sudah sangat jelas untuk menjelaskan bahwa memang minat membaca masyarakat Indonesia khususnya generasi muda sekarang memanglah sangat rendah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline