oleh Raja Euy, AR RE BG MWJ, Jakarta231220
Saya mengucapkan Selamat & Sukses atas diangkatnya Sandiaga Sallahudin Uno menjadi Menteri Pariwisata Ekonomi Kreatif. Semoga kecerdasan dan profesionalan Bapak bisa menjadikan pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia maju.
Mengingatkan saja sebelum terbentuknya kabinet publik berharap milenial profesional dapat bekerja lebih baik dari para seniornya. Setelah menjabat sebagai Menteri, Wakil Menteri atau Staf Ahli hampir rata rata tidak ada gregetnya. Ternyata untuk untuk jabatan publik selain harus cerdas, profesional ternyata butuh jam terbang. Disamping syarat klise lainnya yaitu harus nasionalis, berakhlak, luwes, mau mendengar dan belajar.
Indonesia kalau diliteratur selalu ditulis negeri yang indah, kaya budaya dan ramah penduduknya. Tapi kalau melihat dari vlog atau youtube dengan tema 'Reaksi Asing Tentang Indonesia", rata-rata tidak tahu Indonesia itu apa dan dimana. Dan kalau ditanya tentang Bali, semua reflek tahu dan menjawab ingin berkunjung kesana.
Ketika ditanya saya kira-kira darimana, dengan ragu-ragu menjawab 'India, Malaysia, Thailand'. Rendang, Tempe, Reog dijawab dari Malaysia. Batik dijawab dari Malaysia atau Thailand. Setelah diterangkan bahwa Bali, Reog, Rendang, Tempe, Batik adalah Indonesia baru mereka terheran 'Oh My God'
Hal ini menunjukkan pariwisata kita salah kelola. Andai saja Kementerian Pariwisata bekerja dengan baik hal tersebut tidak terjadi. Bahkan bila mau mengexplore seluruh sektor al: destinasi, legenda, budaya seperti tari, musik, pakaian, motif / corak, adat perkawinan, dll serta kuliner di 514 kota/kabupatennya yang berbeda, dengan dibantu Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Perdagangan saya yakin pariwisata Indonesia makin mendunia.
Kemajuan pariwisata Indonesia akhir-akhir ini menurut saya bukan hasil kerja pemerintah, tetapi kerja nitizen atas dampak adanya Dana Desa. Dengan dana desa, masyarakat desa berinisiatif memajukan desanya melalui pengenalan obyek wisata desa. Hasilnya bermunculan spot spot wisata baru diluar yang konvensional yang ditulis dibuku-buku.
Tak kalah dengan yang didesa, masyarakat kota karena tidak mempunyai obyek wisata alam mereka membangun cafe dan tempat kuliner yang unik-unik. Selanjutnya netizenlah yang memviralkan foto-foto tempat wisata baru yang instgramable di sosmed.
Sementara pemerintah hanya sibuk dengan obyek wisata konvensional dari itu ke itu saja seperti Bali, Borobudur, Toba, Komodo, Raja Ampat dan Kota Tua. Seharusnya pekerjaan babat alas adalah tugas pemerintah, kemudian rakyat yang menjaga dan merawatnya.
Sebagai rakyat yang peduli untuk kejayaan bangsanya, saya sampaikan usulan yang saya beri judul: #IndonesiakanIndonesia #InternasionalkanIndonesia
SAPIH YANG BESAR & SUSUI YANG KECIL