ROULETTE novel
by Radjab Sjahda / Raja Bonar
Sinopsis novel ROULETTE
Novel menceritakan pasangan muda, yang tinggal di Jerman, karena "frustrasi" pada "study" maka meneliti Roulette sebagai pencarian "uang", tapi ada kendala pada hukum agama Islam.
Menjadi pertanyaan: apakah hukum/fiqih yang tercantum pada kitab suci Al Qur'an bisa "berubah" jika yang haram itu ada manfaat-nya...?Dibenarkankah jika "manfaat" diutamakan daripada ke"taat"-an jika itu urusan dunia...?
Realitanya "ilmu" rollet juga tidak sempurna, banyak "kendala" justru pada sifat2 manusia yaitu "sabar" dan "ikhlas" pada waktu bermain.
Manusia tetap "kalah" pada "judi" bukan karena teori tapi pada "pengendalian" diri yaitu "Sabar" dan "Ikhlas".
Radjab Sjahda / Raja Bonar11.01.2013. Renon.
ROULETTE (novel)
By Raja Bonar
APA sih SURGA ? tidak lain adalah semua yang haram jadi halal
APA sih NERAKA ? tidak lain semua yg haram di dunia
PROLOG
Putaran piring pada meja roulette yang tetap dan perputaran bola putih -yang mirip kelereng- yang bervariasi sesuai putaran "croupier" dan akhirnya berhenti pada satu "angka" menjadikan permainan "kucing-kucingan" antara penjudi dan casino.
Jika "kita" mengetahui dimana bola putih itu akan berhenti, permainan roulette bukan lagi permainan antara "penjudi" dan casino, tapi mirip dokter yang sedang bekerja.
Dokter akan mendiagnosa lalu mencari dan memberi obat yang tepat, sama saja dengan aku ketika bermain roulette. Pertama mengamati awal bola putih diputar dan bagaimana bola itu diputar lalu mencari angka2 dan memastikan bola putih itu akan berhenti pada satu angka.
Kelihatan akan sangat mudah, padahal roulette adalah permainan yang sangat rumit.
Pertama letak angka pada piring, 37 angka yang letaknya diacak2, kelihatan sederhana padahal angka2 itu berderet pada 37 "posisi", kalau diurut dari 0 maka setelah 0 adalah 32 lalu...
15-19-4-21-2-25-17-34-6-27-13-36-11-30-8-23-10-5-24-16-33-1-20-14-31-9-22-18-29-7-28-12-35-3-26 baru kembali di 0.
Semua letak angka2 itu ada diluar kepalaku. Jadi kalau aku lihat angka 5 maka 2 angka kanan adalah 10-23 dan 2 angka kiri 24-16. Dan aku akan meletakkan 5 Chips dengan tiap chips di satu angka pada meja "taruhan" disamping "piring roulette" yang terus berputar..
Kedua bola yang diputar oleh "croupier", cara memutarnya bermacam2, ada yang sederhana hanya di putar dengan seadanya lurus, ada lagi yang diputar dengan "melejitkan" bola dan melintir putarannya, ada yang kencang sekali ada yang pelan sekali sehingga bola meliuk2 sebentar saja sudah ada di kotak angka. Setiap pemutar bola roullette paling tidak mempunyai 9 tipe putaran. Bisa juga sampai 12 tipe putaran.
Tapi yang lebih rumit bagiku adalah persoalan "haram"-nya.
Pertama dengan firman Allah :
يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ قُلْ فِيهِمَا إِثْمٌ كَبِيرٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَإِثْمُهُمَا أَكْبَرُ مِنْ نَفْعِهِمَا
Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang (meminum) khamar dan judi. Katakanlah, "Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia," tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya. (Q.S. Al-Baqarah: 219)
Lalu Surat Al-Maidah 90 :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Artinya:Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. (Q.S. Al-Maidah:90)
Disinilah awal dari semuanya, aku dalami dan "tekuni" sampai mendapatkan satu rumusan bermain roulette yang memudahkan "mencari-mendapatkan" uang. Sedangkan hukum agama mengharamkannya.
Roulette adalah "kehidupan" sebab selalu saja bergabung nafsu-kelicikan-serakah juga sabar-ikhlas bahkan syukur.
Roulette membawa jalan pada "Iblis" atau jalan kepada "Allah".
BAGIAN SATU di JERMAN
1.
Tiga bulan pertama Daisy di Koln memang menjadi "honeymoon" yang menyenangkan.
Kota Koln juga merupakan tempat yang sangat cocok untuk "bermalas2-an" dan "membuang2 waktu". Banyak yang dilihat di Koln.
Kota tuanya, Fussgangerzone, kegiatan pameran yang selalu ada tiap bulan di Stadt Halle, mulai dari pameran coklat dan gula2, Foto Kina, Caravan, buku dan penerbit dsb. Di Koln setiap Rabu dan Sabtu juga ada pacuan kuda. Orang2 kaya akan keluar di pacuan kuda ini. Dan aku menikmati gaya borjuisnya, meniru2 gaya orang kaya di Inggris lengkap dengan topi2 aneh bagi wanitanya. Dan tentu pameran Ferrari-Porsche-Lamborgini-Rolls Royce.
Kota Koln letaknya sangat strategis. Persis di tepi sungai Rhein. Jembatan besi yang dilalui kereta api jika hendak ke Haufbahnhof Koln merupakan salah satu ikonnya. Dom yang besar akan terlihat makin jelas jika kereta hampir sampai kota Koln.
Di samping Dom selalu ada bus "pariwisata" yang parkir, dari tempat itu bus pergi ke kota2 besar Eropa, aku dan Daisy pernah ke Paris dan Amsterdam dengan bus "pariwisata" itu. Hanya 80 Mark tiap orang.
Dari tempat parkir bus itu, ada juga bus khusus ke casino2 di Jerman, setiap kota atau daerah dengan diawali kata Bad seperti Bad Harzburg atau Bad Oynhausen misalnya adalah merupakan kota tempat beristirahat. Dikota dengan diawali kata Bad selalu ada casino dan di casino selalu ada roulette.
Sore kira2 jam 3 aku dan Daisy naik bus ke Bad Harzburg tentu dengan maksud berleha2 menikmati kota meskipun sebenarnya tujuanku adalah bermain roulette.
"Bang...aku lihat di brosur kecil ada desa atau kota, nggak jelas namanya Heimbah " kata Daisy di dalam bus yang sudah berada dipinggir kota Koln."Iya...kenapa emangnya ?""Kayaknya enak pemandangannya, sungainya jernih sekali dan tokonya kecil2""Ada brosurnya ?""Ini...""Hanya 20 Mark...!""Murah banget ya...""Hari minggu besok kita kesana ya Bang..." kata Daisy manjanya. "Capek nggak..." kataku.
Seharusnya aku menjawab " iya...sayang..." Ah lebay kalau begitu, karakterku bukan karakter lebay dan suka ber-"ayank2"-an.
"Nggak capek...malah seger dan semangat tuh...!""Ya udah...minggu kita ke Heimbah"
Bus sudah dijalan tol, mengambil jalur paling kiri, 6 ruas jalan tol tidak padat, bisa dibilang sepi. Matahari menyinari sore itu, mobil2 yang berlalu lalang kadang memantulkan sinar matahari kewajah Daisy yang hampir sepanjang perjalanan wajahnya selalu menghadap ke jendela bus.
Bus itu berakhir di casino Bad Harzburg.
Laki2 harus memakai dasi, tidak boleh memakai jeans-topi-kacamata hitam dan jaket. Wanita berpakaian rapi. Seperti mengenakan pakaian pesta kalau mau diizinkan masuk ke casino. Tiap orang membayar 10 Mark.
"Casino kayak gini Bang...?""Ini nggak terlalu besar""Judikan...Haram...!""Ya...haram...""Dosa Besar lo..."
Aku diam dan seperti pura2 tidak tau dan mengajak Daisy berkeliling ibarat guide pada turis.
"Ini Baccarat...Player lawan Bank...""Itu yang disana pakai kartu juga...Black Jack...""Kalau yang itu Poker...""Nggak ngerti...""Nah itu semua mesin Jackpot""Mesin game macem2""Kayak anak kecil...tempat bermain...""Bermain persis anak2...lupa waktu...""Itu meja roulette..."
"Kita sebentar ajakan disini...""Belum makan malam lo...""Iya sebentar aja..." kataku."Gimana kalau kita main roulette dan uang menangnya untuk makan malam...""Uang haram...?""Ah...apa bedanya uang halal dan haram...""Kalau menang...kalau kalah...?""Harus menang dong...""Akukan ahli roulette...doktor roulette...hahaha...""Kebetulan kali Bang...tidak ada yang menang dijudi Bang...""Kita buktikan aja gimana...?"
Ruang dengan 6 meja roulette penuh dengan orang2 yang mengerumuninya. Muka2 mereka tegang, beberapa tertawa2 dan aku akan tau jika orang itu banyak tertawa dan banyak bicara itu pertanda baru menang. Di tempat lain dari casino penuhnya sama ruang Black Jack dan Baccarat paling banyak penjudinya. Teriakan2 mereka sangat keras tanpa tertahan dan akan meledak ibarat "bom" jika taruhannya menang sedang yang kalah raut mukanya mirip "ayam" pesakitan yang susah hatinya.
"Ah asap rokoknya banyak banget...""Hampir semua rokoknya Camel atau Marlboro...!""Asepnya Bang...nggak tahan kalau lama2 disini...""Kanker...paru-paru...!"
Aku mulai keliling meja2 roulette, setiap meja roulette ada 4 pekerja dengan pakaian putih hitam berdasi kupu2 rapih sekali. Satu orang persis di belakang putaran piring roulette, Dua orang disisi piring roulette yang terus berputar, satu dari dua orang itu yang memegang bola putih kecil dan memutarnya di piring roulette. Bola itu akan berputar2 kencang atau lambat dan akan berhenti pada satu angka. Bola itu masuk ke kotak yang ditandai dengan angka2. Satu orang lagi diujung sisi meja berhadapan agak jauh dengan orang yang duduk dibelakang piringan roulette.
Yang aku cari adalah pemutar bola yang memutar bolanya lurus tidak kencang dan tidak lambat. Jika kudapat pemutar itu, maka aku dapat menggunakan rumus EMPAT PUTARAN bola yang kuberi nama A4...artinya A adalah angka dan 4 adalah putaran bola empat kali...jadi rumus itu hanya menandai angka setelah empat kali putaran bola. Tandai dulu awal bola diputar pada satu titik di pinggir meja roulette dan setelah empat kali bola melewati tanda itu lihat angka pada piring yang berputar. Angka itu dengan 2 angka dikanan-kirinya menjadi angka pasangan-taruhan yang aku harapkan akan keluar.
Jika angka itu keluar maka akan menang 36 kali dari taruhan. Uang taruhanku adalah 10 Mark setiap angka, setiap kali aku bertaruh 50 Mark dengan memasang 5 angka. Jika menang aku akan mendapat 360 Mark. Bandingkan uang 360 Mark dengan tiket nonton yang hanya 8 Mark, makan ayam satu potong 5 Mark, makan di restoran mewah 100 Mark atau beasiswa 1000 Mark. Tiga kali menang 360X3 = 1080 Mark sudah melebihi beasiswa IPTN-pabrik pesawat...yang hanya 1000 Mark !
"Jadi kita akan makan direstoran mewah malam ini...?" tanyaku pada Daisy."Kalau menang...!""Dua kali menang sudah cukup...""Itu lihat...laki2 agak kurus di meja 2. Si pemutar bola yang putarannya lurus...""Kita kesana...""Modal kita 100 Mark...""Dua kali main"
Aku dan Daisy sudah di bibir meja roulette di sisi kanan dari satu pekerja berpakaian rapih dimuka si pemutar. Aku perhatikan putaran bola putih. Ah ini pasti kena...!
Angka A4 yang kulihat angka 8...maka dengan cepat aku taruh 10 Mark diangka2:
...8...30...11...dan ...23...10...
Urutan angka itu sebenarnya...11-30-8-23-10...Bola putih seperti kelereng terus berputar, setelah 8 atau 9 kali berputar bola itu mulai melambat dan akan berhenti pada satu angka.
"LIhat...bola kecil itu akan berhenti di angka 8...!" kataku yakin sekali pada Daisy."Hebat kalau bener Bang...!""Kita lihat...aja...""Itu Chips 10... warna merah taruhannya...""Iya...kalau kena...360 Mark !"
Sekarang bola itu melambat berputar-putar dan membentur besi baja putih mengkilap yang nempel sebelum angka2 bentuknya wajid dan berbunyi "tak-tuk-tak" bola itu akhirnya berhenti masuk ke kotak angka ... 8 ... !
"Hah...angka 8... Bang...!" Daisy terperanjat heran dan senang. Haramnya lupa...hahaha..."Kok bisa...!" masih heran."Kan ...doktor roulette...hahaha..."
"Acht is gewonnen...8 si pemenang..." kata si pekerja yang berpakaian rapih disampingku. Dia membayar dengan 36 chips 10 Mark."Bitte...3 chips 100 Mark...sisanya 6 chips 10 Mark...""Danke...danke...dan ini 10 Mark untukmu..."kataku."Danke...danke Sir..." katanya pula."Ini ...3 chips 100-an kamu pegang...""Nanti diuangkan di kasir...""Kebetulan Bang...kebetulan..." kata Daisy."Pemutar ini...pas untuk rumus A4...""Masih tidak percaya...?""Aku buktikan sekali lagi...""Sekarang main lagi...?""Tidak...kita tunggu setelah putaran ini...""Kenapa...?""Dia putar balik piringnya...""Jadi rumus tadi kena kalau piringnya diputar seperti tadi itu...kalau dibalik...bisa meleset...""Jadi ...kita tunggu...""Iya...kamu tukar aja 3 chips itu dikasir...""Dimana...?""Itu dibalik meja2 Baccarat setelah mesin2 Jackpot"
Sewaktu Daisy menukar 3 chips @100 Mark, aku mulai siap2 memasang taruhan tanpa menunggu satu putaran. Jika putaran bola lurus dan normal tidak kencang atau tidak terlalu lambat teori A4 akan ampuh sekalipun putaran piring berlawanan.
Setelah bola diputar aku amati angka ketika bola empat kali berputar...angka yang kulihat ...21...maka aku pasang-taruhan diangka :
...19...4...21...2...25...
Bola putih melambat dan membentur besi-baja "tak-tuk-tak" masuk kekotak angka 21 tapi loncat lagi keluar...berhenti dikotak angka...25...!
Aku masih menang...!
Si pekerja berpakaian rapih memberiku 360 Mark...dengan 3 chips @100 Mark dan 5 chips @10 Mark...10 Mark tips.
Kulihat Daisy masih antri didepan kasir ketika kuhampiri dan kuberikan 3 chips 100 Mark dan 5 chips 10 Mark.
"Ini...lagi...!" kataku."Menang lagi Bang...?""Iya...kan doktor roulette...hahaha...""Semua...jadi 650 Mark...""Berapa kita menang...?" "600 Mark...cukup untuk makan malam..."
Setelah menukar chips dengan uang aku dan Daisy keluar casino Bad Harzburg dan naik taksi ke restoran untuk makan malam.
"Kita punya waktu sampai jam 11...""Kembali ke Koln...bus terakhir jam 11...?""Iya...sekarang hampir jam 9...""Ayo naik taksi kita makan malam"
Setelah didalam taksi "mercedes" warna "mocca".
"Guten Abend...""Guten Abend...""Nah...mau kemana...?" tanya supir taksi."Ke restauran yang paling mahal...!" kataku.
2.
"Akhirnya bisa juga bikin rendang" kata Daisy."Uma tadi telepon..." /*Uma pangggilan Ibuku."Iya...""Ada apa...?""Hanya nanya...gimana kabar...""Aku bilang baik2 aja...betah di Koln tanya Uma...""Gimana kursus bahasa Prancisnya...?""Aku bilang lancar2 aja...""Ngapain aja di Jerman...""Aku bilang jalan2...ke Paris...ke Amsterdam dan ke Heimbah...Minggu kemaren..."
"Bilang ke casino...?""Belum...""Hahaha...""Nggak apa2 bilang ke casino dan bilang main roulette""Uma juga tau...""Dulu waktu jalan2 ke Hannover...kalau malam aku suka hilang dan pulang pagi2...kira2 pukul 4 pagi...""Uma tanya...dari mana aja...?""Aku bilang...dari Bank...""Dari Bank ?...Uma heran...!""Iya dari Bank-nya aku...casino...""Hahahaha...""Lalu Uma tanya...menang...?""Ya lumayan...selalu aku jawab seperti itu..."
Jalan Redwitz sepi sekali, meskipun tidak jauh dari Neumark pusat kota Koln. Tidak terdengar berisiknya kendaraan-klakson mobil dan suara2 manusia.
"Bang...aku buat rendang..." kata Daisy."Sepertinya kali ini enak""Bumbunya bumbu Hongaria...Gulash Hongaria...""Yang lalu kurang kentel ya kuahnya""Ini cobain...""Hmmm...enak...!""Atau karena aku lapar jadi enak" kataku."Enggak...emang enak kok..." kata Daisy lagi."Tambahkan kentang2 kecil dan lebih kering lagi""Rendang tergantung bumbunya" kataku."Hahaha....apapun tergantung bumbunya...""Hidup jadi enak juga tergantung 'bumbu'-nya""Iyaa...bumbu itu penentu...!"
Dari jendela apartemen dijalan Redwitz terlihat udara diluar begitu nyaman, tenang, cerah, sejuk dan sepi sekali dari suara2 "berisik". Rasanya selama tinggal di Koln tidak pernah sakit kepala, mungkin karena hal2 itu.
"Besok aku akan ke toko Vietnam...bumbu2 banyak disitu...""Ada Indomie, Supermie juga...satu Mark...!""Kangkung mahal banget...seiket 3 Mark...""Ada bumbu...buatan Indonesia...cap Bamboe...""Iya...beli juga udon ya...""Udon...?""Mie Jepang...""Nanti deh kita sama2 ke toko Vietnam""Kalau mau beli daging ke toko Turki""Halal...semua...""Kemaren2 kita beli daging di Karlstadt...halal itu Bang...?""Nggak tau ya...""Ini daging rendang beli di Karlstadt juga""Apa sih bedanya halal sama haram ?""Yang penting enak-kan...!""Kaya rendang ini..." kataku."Setengah kilo ya dagingnya...?""Iya...kebanyakan...?""Enggak...cuma kalau nggak abis...terus dipanasin...""Makin lama makin enak...!"
Iya, apakah beda daging yang halal dan yang haram. Sama2 daging. Kalau daging busuk dan segar pasti berbeda. Lalu apa beda uang halal dan uang haram. Uang dari judi haram, uang dari bekerja halal. Uangnya samakan. Jadi apa bedanya. Dagingnya juga samakan. Jadi apa bedanya yang halal dan haram...?
Cara yang berbeda. Uangnya sama. Dagingnya sama. Haram atau halal dari uang atau daging itu adalah caranya. Cara mendapatkan uang dari roulette adalah judi, caranya haram. Daging yang dibeli di Karlstadt tidak dipotong dengan cara Islami, caranya haram. Pertanyaan besar adalah cara Islam yang halal itu apa masih ampuh di dunia moderen sekarang ini.
Cara mendapatkan uang satu orang ke orang lainnya sangat bertalian. Ada pengusaha "hitam" di Jepang yang usahanya didapat dari pelacuran dan narkotika, si Pengusaha itu memberikan uangnya yang banyak itu kepada satu badan dan melalui badan ini pemerintah mendapatkan dana pinjaman. Cara yang haram?
Sapi dari Amerika Latin digemukkan dan diternakkan dengan berbagai obat dan cara apapun agar menjadikan dagingnya enak, lalu datang ke Jerman. Sekiranya dipotong dipemotongan "turki" yang waktu memotongnya pakai "Bismillah", apakah masih bisa kita katakan cara mendapatkan daging sapi itu halal.
Apa bedanya dengan pakai uang roulette lalu diberikan pada fakir, jadikah uang itu halal...?Atau sudahlah...sekiranya uang itu bermanfaat, maka halal-lah uang itu. Atau jika daging yang "haram" itu bermanfaat menjadi "rendang" yang enak, maka halal-lah daging itu. Sederhana...!Bisakah sesederhana itu...?
Caranya memang harus halal...!
Cara hidup yang tidak Islami menjadikan hidup orang itu"haram"...ya-kan ?
"Bagaimana rendangku...?" tanya Daisy."Enak banget..." kataku.
Waktu kukunyah2 rendang yang enak itu, aku lupa pada haramnya.
Allah-kan ingin aku bahagia...!
2.1
Sudah hampir 3 bulan Daisy di Koln. Syarat memperpanjang visa harus kembali ke Jakarta. Visa study belum juga diberikan kedutaan.
Sebelum Daisy pulang, aku dan Daisy ke Baden2. Menginap di hotel Kleiner Prinz /* Little Prince. Begitu melihat logo hotel, aku dan Daisy jadi tertarik bermalam di Kleiner Prinz.
Mengapa ke Baden2 ? karena ada casino dan casino ini mirip istana, di casino ini ada roulette. Itu yang ada di kepalaku.
Bus perlahan2 menyusuri Kaiseralle, setelah melewati hotel Steinberger Eropa yang besar itu terlihatlah casino Baden2 yang mirip istana. Sekiranya istana Negara atau istana Bogor dijadikan casino mungkin cerita Jakarta dan cerita kota hujan jadi lebih bergairah dan lebih bermanfaat. Bermanfaat...?
"Makan di McDonalds dulu Bang...""Lihat Mc D ?""Itu...!""O..iya, dimana2 ada Mc Donalds""Halal-kan Bang...?" tanya Daisy."Nggak tau...""Ada tulisan حلال nggak ?""Nggak ada""Bismillah aja sebelum makan !"
Bus berhenti diujung jalan Sophie dekat Leopoldsplatz dan beberapa langkah sudah di depan Mc Donalds, Daisy memesan beberapa paket murah.
"Kita langsung ke hotel chek-in" kataku seperti orang yang terburu2, begitu duduk di Mc D."Mana peta kota Baden2 ?""Hmm nyaman sekali...!" Daisy melihat keluar kaca."McDonalds disini...Hotel Kleiner Prinz disini-Jalan Lichtentaler...jalan kaki apa naik taksi...?" tanyaku sambil menunjuk ke tanda hotel dengan logo pangeran kecil yang imut2 di peta."Ini ada pemandian air panas...?" Daisy menunjuk Caracalla Therme di peta itu."Deket dari sini...lurus kekiri..." katanya lagi."Mau mandi air panas...!""Ditanya...naik taksi apa jalan kaki...""Kok jadi mandi air panas...!""Enak rasanya mandi air panas dan rileks""Apalagi udara sejuk seperti ini, bermalas2-an jadi nikmat"
"Ini casino Baden2" kataku masih melihat peta."Dari Kleiner Prinz lurus keatas ke Kaiseralle...""Dekat ya hotel Kleiner Prinz dari sini...didepan lewat Kreuzstrasse sudah jalan Lichtentaler""Jadi...jalan kaki apa naik taksi...?""Masih jam 10...abis makan aja kita tentukan...""Kalau kekenyangan...kita naik taksi""Kekenyangan...? bisa kekenyaan di McDonalds ?" "Makan di Mc Dee hanya mengganjal perut...!""Hahahaha....fast-food..."
Dimana2...McDonalds sama saja. Rasanya juga sama, konsisten banget. Hebat..., tapi tanda حلال tidak ada ?. Apa artinya ada yang حلال dan tidak halal...? Jadi tentang حلال McDonalds tidak konsisten ! Atau siapa peduli dengan halal di Baden2.
Hotel Kleiner Prinz sangatlah mengasikkan. Bukan hanya bersih tetapi apik, auranya membawa kemasa lalu, merasa kembali kedunia anak2 yang tanpa tekanan. Logo hotel dengan anak kecil-bak pengeran yang dipenuhi bintang diatas kepalanya adalah hasil seni yang mengingatkan masa kanak2 yang penuh impian.
Siang itu setelah chek-in di Kleiner Prinz aku dan Daisy dengan taksi langsung menuju casino. Barang2 yang hanya satu di ranselku dan satu lagi di-travelbag dititipkan dulu dibelakang reception hotel.
Begitu mau masuk casino, tertulis lagi persyaratan2 masuk casino. Berjas dan Pasport, itu yang kuingat.Jas abu2 'Djiefen' yang kupakai, didalam kantongnya selalu ada dasi kupu2 hitam. Dasi kupu2 yang kupakai saat jadi Kellner di Restauran Lee.
"Pasport Bitte...""Pasport De...!" kataku pada Daisy."Bang...""Apa...?""Pasport tadi ditinggal di receptionis hotel""Ah...celaka...!""Jadi kita harus balik...?""Pasport...Bitte...!""...eine sekunde...""Bang...ada surat nikah...mirip pasport...""Dua2-nya...?""Iya...""Surat nikah aku...sebagai suami dan surat nikah kamu sebagai istri...yang dikeluarkan di Tanah Abang...""Iya..." kata Daisy."Coba kasih surat nikah itu...""Ini pasportnya..." kataku."Danke..." katanya." 20 Mark...""Danke...""Holiday...?" tanyanya lagi." Ya...honeymoon..." kataku."Dari mana ...Japan...?" tanyanya lagi srsp...sok ramah sok perhatian."Tanah Abang..." kataku."Tanah Abang...?""Dimana Tanah Abang...?""Di atas Australia...dekat Bali...""Ah...Bali..." kerut keningnya hilang.
Dia lihat "pasport" dan katanya lagi.
"Ah...ya...Negara Tanah Abang...""Bali...diatas Australia..." kataku."Bali...ya...Bali..." katanya jadi tolol."Ok...viel Spass..." tanpa basabasi."Danke...danke..." kataku cepat2.
Aku dan Daisy sambil terbahak2 jalan cepat masuk casino. Daripada balik ke Klein Prinz lebih baik pakai "pasport" Tanah Abang.
"Hahahaha....""Untung ada surat nikah...!"
Surat nikah dari "negara" Tanah Abang.
2.2
Interior casino bergaya jaman kolonial. Karpet warna merah sangat empuk, dindingnya diberi warna merah juga. Dilangit2 bergantungan lampu2 kristal, ruang menjadi sangat terang dengan kerlap-kerlip kristal. Dibeberapa dinding ada cermin besar dengan bingkai berwarna emas juga diukir bergaya kolonial.
Dari dalam terlihat taman nan hijau, menjelang sore taman masih terlihat jelas, jika malam datang yang telihat hanya lampu2 yang sunyi.
Disudut ruangan ada restauran yang setia menanti bagi yang "kelelahan" bermain dan merupakan tempat merenung yang pas sambil memandangi taman dengan penuh ketenangan alam.
"Mewah sekali Bang...?'"Benerkan seperti di istana..." kataku."Lihat langit2nya...istana Merdeka kalah jauh...!""Itu semua emas betulan ?""Imitasi..."
"Nggak lama kita disini-kan..." kata Daisy."Tergantung...""Tergantung apa ?""Ada atau tidak pemutar yang pas sama teori A4""Coba hitung ada berapa meja roulette""+++ meja..." kata Daisy setelah melihat keseluruh meja roulette di ruang itu."Kamu duduk disini atau mau ikut lihat pemutar yang cocok dengan A4 ?""Ikut aja..."
Aku kelilingi meja2 roulette. Setiap meja ada tertulis minimum dan maksimum taruhan, ada yang 5 Mark sampai 1000 Mark dan ada juga yang 10.000 Mark. Meja taruhan dan kursi2 pada meja roulette bercat putih, sedang angka2 tempat menaruh chips di meja roulette dilapisi beludru tipis berwarna hijau botol. Paling atas angka nol, lalu ada tiga lajur kebawah. Angka2 1 sampai 36 ada dalam garis kotak2, diatas angka2 itu chips taruhan diletakkan. Disisinya ada kotak wajid berwarna hitam dan berwarna merah. Jika ada yang bertaruh pada angka2 merah dipiringan roulette maka chips diletakkan pada wajid merah, jika bertaruh pada angka2 hitam seluruhnya maka chips diletakkan pada wajid warna hitam. Bayarannya 1 : 1 , jika taruhan 100 Mark maka menangnya 100 Mark. Dan ada kotak bertaruh untuk 12 angka atau 18 angka juga taruhan pada angka genap atau ganjil. Semua chips yang dipertaruhkan saling tindih dengan beragam corak dan warna diatas meja taruhan itu. ++
Pemain2 roulette ada yang duduk tapi lebih banyak yang berdiri, dan aku selalu berdiri disisi piring roulette yang tidak pernah berhenti berputar didepan si pemutar bola kecil berwarna putih.
"Ada pemutar yang...?" "Belum...semuanya kenceng banget...""Tapi...itu di meja kiri...dekat cermin besar...kadang muter bolanya lurus dan masuk ke teori A4""Kita kesana..."
"100 Mark bitte...""Pegang 5 chips ini""Lihat ya sekarang...""Satu kali...Dua kali...Tiga kali...Empat kali...""20...1...14...20...31...33...""Angka berapa...?""...20...""Sampingnya dua angka...31...1...20...14...33...""Kalau mau lebih aman...9 dan 16 juga dipasng...""Kebanyakan...jadi 7 chips"
Bola berputar normal, lurus kecepatannya mirip sama dengan kecepatan piring.
"Tak...tuk...tak""...1...""Kenakan...""Satu Bang...!""Bukan 20...""Iya...lihat dong...disamping 20..."
Sekali lagi bola diputar sama.
"Sekarang...7...""...jadi angka A4...7...""Iya...kita pasang...dua angka kanan dan dua angka kiri tujuh...""...18...29...7...28...12..."
Bola putih itu masuk ke angka 7 dan menggeliat lompat ke angka 18...
"Terus...?""Kalau muternya sama ...kita pasang terus..."
Setelah selesai semua chips diambil dan semua yang kena dibayar, bola diputar lagi.
"Wah...kita panen...nih...""Sekarang kembali di angka 14..."
Taruhanku kena lagi.
"Dan sekarang...17...""Kena lagi...!"
"Kalau dia tidak rubah...kena terus..."
Si pemutar bola memandangku dan mulai merasa rahasia putarannya diketahui.
"Sekarang angka berapa...?" tanya Daisy."Belum diputar...""Hahaha....nggak bisa ya...""Harus lihat bola..."
Bola diputar lagi dan masih sama bola itu berputar lurus dan tidak kencang, mirip kecepatannya jika anak panah kita lepas.
"...kena lagi...nih..." kataku."Hmmm...16...24...5...10...23...""Kenakan...angka 5..."
"Sudah berapa kita menang...""Banyak Bang...""Ada 5 kali...""5 kali 360...berapa...?""1800 Mark...!""Dikurangi modal 50 Mark"
"Sekarang kita balik ke hotel...?" Tanya Daisy."Jam berapa...""Hampir Magrib""Kita lihat lagi...apa dia putar masih sama"
"Pemutarnya diganti Bang...""Kalau diganti...kita harus amati lagi...""Kita tukar semua chips...""Cukup hari ini..."
"Ah tunggu...kita lihat sekali lagi...""Sebentar ya...""Nah bola sekarang diputar melintir...meliuk2 dan A4 nya pasti keok...""Kita pulang..."
"Lapar...?""Iya ...lapar lagi..."
Setelah masuk taksi mercedes berwarna "mocca".
"Gutend Abend...""Ya...Gutend Abend...""Mau kemana...?""Kita ke hotel atau restauran De...""Hotel...?""Makan aja-lah dulu...biar masuk hotel istirahat ...nggak keluar lagi...""Ha...malam panjang...?""Terserahlah..."
" Ada restauran China ...?""Ada...""Kita ke restauran China..."" Gut..." kata supir taksi.
Tidak lama kemudian aku bertanya.
"Apa nama restauran China itu...?""Mangosteen" kata supir taksi."Aneh namanya..."
Begitu sampai di depan restauran tertulis lengkap "Mangosteen Vietnamese Restaurant"
"Vietnam...!"
2.3
"Ternyata sup Vietnam enak juga !" "Mirip tom yum kung...sup udang thai..."
Kamar di Hotel Kleiner Prinz seperti di showroom furnitur antik.Tempat tidur, lemari dan kaca tempat berhias semua antik. Lukisan pangeran kecil tergantung di belakang tempat tidur. Dibagian kaki tempat tidur ada kursi kulit, meja kecil dan tv. Karpetnya bermotif garis2 warna hijau seperti motif celana pemain golf di Irlandia.
"Tapi seger dan hangat""Siapa sangka malam ini makan di restauran Vietnam""Takdir...!"
Meskipun sudah dikamar hotel percakapan masih diseputar restauran Vietnam.
"Pelayannya ramah...""Penyajiannya kreatif""Buah dan sayuran jadi dekorasi makanan""Lagu2 yang dimainkan dengan piano live enak banget...""Jadi santai dan hidup...""Kalau di Bali. Dengan live musik?""Inget ...riuh dan gaduh...""Jadi...malam ini kaya di Bali...?""Santai...aja...""Seharian ...di casino...""Capek...""Kok bisa orang2 itu betah diruang judi dan hanya angka2 yang dipikirkan?""Minatnya untuk menang plus setan melebihi akalnya""Haramkan Bang...uang 1750 Mark itu ?""Sebagian 200 Mark sudah masuk perut""Melalui makananVietnam...!"" Yang lezat dan hangat...hahahaha...."
"Ah...jadi mandi air panas di Caracalla Therme nggak ya...?""Di bathtub kamar mandi pake air panas...juga enak"
TV dikamar dihidupkan tapi tidak ditonton sama sekali, reporter cantik di TV ARD seperti sedang bicara sendirian menghadap pada tempat tidur yang masih rapi dan bersih.
"Aku mau mandi duluan ..." kataku singkat. "Biar badan bersih dan kita tidur telanjang sama2...!""Dibawah selimut...?""Seperti hadits Nabi...""Hahaha...selimut malam..." kata Daisy.
Tanpa sehelai kain Daisy merendamkan dirinya di bathtub yang hampir penuh dengan air panas. Masih tanpa apapun aku berselimut, kamar jadi terasa hangat. Sesekali terdengar suara gemericik air. Tapi hilang begitu suara tv terdengar. Penyiar yang cantik muncul lagi membawakan berita yang sama. Berita itu diulang2-nya sepanjang malam setiap satu jam sekali. Dibawah selimut aku jadi berfikir tentang haramnya judi.
Ustad Ramli pernah bilang...
Dalam bahasa Arab Judi berarti “Qimar”, arti Qimar menurut Munjid adalah segala permainan yang dijanjikan bahwa yang menang akan mendapat sesuatu dari yang kalah. Jadi dalam definisi: Qimar itu adalah ”permainan” juga, taruhannya apa saja, boleh uang dan boleh barang.Yang menang menerima dari yang kalah.
Ada lagi kata lain dalam Islam yaitu “Maisir", arti kata ini lebih luas lagi. Artinya: Tiap-tiap sesuatu yang ada didalam pertaruhan maka itu adalah judi. Jadi judi itu dalam agama Islam bukan saja terletak dalam “permainan” tetapi juga terletak pada semua perbuatan yang didalamnya ada pertaruhan.
Pertaruhan itu bukan saja uang, tetapi juga semua barang. Bisa saja yang dipertaruhkan adalah rumah- mobil- sawah- padi- anak- istri atau hidup itu sendiri.
Ah...Ustad Ramli terlalu lebay. Tidak real melihat dunia. Pikiranku melawan pendapat itu. Bisa jadi itu tafsir yang lemah dan dibuat oleh orang jaman nabi yang kalah pada pertaruhan hidupnya. Dunia inikan yang menang makan yang kalah, yang untung membuat yang lain rugi. Berapa banyak manusia yang kalah dalam hidupnya...?...jangan2 agama hanya tempat orang2 yang kalah dikehidupan yang real dan berlindung menenangkan diri dengan "hiburan" membuat2 peraturan haram halal.
Pokoknya kalau itu urusan antar manusia ya "pikirkan" saja supaya menang dan membuat jadi enak. Syukur kalau bisa membuat semua enak dan bahagia. Dunia itu "pertaruhan", maka atur siasat dan strategi agar selalu menang. Kalau bisa "jangan ada yang tersakiti".
"Sudah tidur...ya" kata Daisy mengejutkan."Belum...cuma lagi mikir...""Mikir...?""Tentang judi...1750 Mark uang haram...!""Apa ya arti haram pada 1750 Mark itu sendiri""...1750 Mark-kan hanya uang...""Jangan2 sugesti ketakutan dari kata 'haram' yang membuat semua gerak jadi salah""Hanya sugesti...?""Iya ...agama hanya sugesti...""Tapi semua aturan agama itu membuat hidup jadi baik...!"
"Ah sudah...kita lupakan haramnya judi...""Badanmu memang aduhai..." kataku melihat tubuh Daisy tanpa pakaian.
Dibawah selimut terjadi "pertarungan" dan dibawah selimut sama sekali tidak ada yang tersakiti, yang terjadi pendakian menuju puncak. Puncak kenikmatan dunia.
Dan sekali lagi penyiar yang cantik di tv ARD membawakan berita yang sama yang setiap jam diulang2-nya, reporter cantik itu seperti sedang bicara sendirian menghadap pada tempat tidur.
Setelah mencapai "puncak" tv aku matikan.
2.4
Suara2 burung berkicau diranting pohon menandakan Subuh telah tiba. Tidak ada suara ayam jago diwaktu Subuh, yang ada suara2 burung berkicau yang ribut itu, suara2 itu akan membangunkan yang masih berselimut.
Meskipun aku pahami berjudi adalah dosa "besar" dan aku berada di negeri kafir, sholat Subuh tidak pernah aku tinggalkan. Dimanapun sholat Subuh selalu aku lakukan. Setelah sholat aku akan tidur lagi, meskipun azan terdengar dan mengatakan "lebih baik sholat daripada tidur", kebiasaan...!
Tidak ada keterangan hadits tentang "jelek"nya tidur setelah sholat Subuh. Sholat Subuh bagiku adalah waktu "introspeksi" diri dengan pikiran yang masih jernih.
Disetiap sholat Subuh akan datang pertanyaan "untuk apa sholat kalau judi masih terus dilakukan ?"
Setelahnya "pertanyaan" itu hilang ditelan tidur.
Waktu tidak mengizinkan berlama2 di Baden2. Aku harus mengikuti kursus bahasa Perancis dan Daisy harus siap2 kembali ke Jakarta, walau hanya beberapa hari di Jakarta dan kembali lagi ke Koln. Visa Daisy belum juga diberikan kedutaan.
"Lain kali ke Baden2 lagi..." kata Daisy."Kenapa emangnya...?""Banyak yang belum dilihat...""Mandi air panas belum...""Ke kebun bunga belum...""Nanti pas ada pacuan kuda...pasti rame..." kataku bersemangat."Kapan...?""Musim panas...Juli biasanya...""Orang2 kaya pasti berdatangan dengan gaya Inggris""Judi kuda...!""Setingkat dengan Melbourne Cup""Atau yang di Inggris...""Live ke seluruh dunia"
Karena banyak uang, aku memutuskan kembali ke Koln dengan kereta api di kelas VIP, harga tiket 3 kali lipat dari yang biasa-kelas ekonomi. Ruangan VIP berwarna biru, tempat duduknya bukan yang biasa berwarna merah tapi "beludru" biru. Lampu tempelnya juga berlapis warna emas. Cahaya di ruang VIP kereta itu membuat ruangan makin nyaman. Meskipun sebenarnya suara laju kereta sama saja, tapi karena di VIP jadi serasa tidak terdengar.
"Beli dimana Bang...?""Di Bahnhof""Kok suka ya...""Ya...laki2 suka-lah lihat wanita telanjang...""Ini...OUI...""Ini bahasa Perancis...sekalian latihan...""Hahahaha....""Kalau Play Boy...kemaluannya tidak jelas...tapi Penthouse dan Hustler...mendetail...""Kemu mau aku belikan yang untuk cewek...""Ih...jijik...""Ada...GAY...""Nggak napsu...!"
Sepanjang perjalanan aku membolak-balik majalah "dewasa" dan akhirnya bosan juga. Setelah membeli makanan dan terasa kenyang pembicaraan kembali ke masalah judi.
"Bener nggak berkah...!""Apanya...""Uang Judi...""Itu lihat...berapa uang dihamburkan membeli majalah2 itu...mahal2 lagi""Itu majalahkan langsung dari Amerika dan Perancis""Kecuali Play Boy bahasa Jerman ini""Iya artinya...nggak berkah""Dosa lagi...zina mata...""Ah...anggap aja...untuk menambah wawasan...nambah ilmu...""Ilmu apa Bang...?""Mengada2...""Emang doyan...aja...""Hahahaha..."
"Kita coba ya nanti...uang judi ini aku kasih minta2...""Atau aku belikan Qur'an bahasa Jerman""Atau apa ya...?""Tidak bisa uang haram bercampur dengan yang halal...""Masa sih...?""Iya Bang...mudarat yang didapat...""Uang haram ketempat yang haram juga...nggak bisa nyampur...""Masa...?""Lihat aja...anak2 dikeluarga koruptor...ancur-kan...""Apalagi kalau orang tuanya kerjanya berjudi...""Banyak cerita tentang itu...juga orang tuanya yang suka minum..."
Sebentar aku diam. TIdak aku duga Daisy berpendapat begitu. Dalam hati aku berkata "cerdas" juga nih cewek kecil, "nggak nyangka"...!
"Lihat indahnya gunung dan sungai..." aku mengalihkan pembicaraan."Udah tau...!""Hahaha...""Mengalihkan pembicaraan...""Pokoknya Bang...Judi itu haram dan dosa besar...""Tapi...!""Nggak ada tapi...HARAM..."
"Judi itu-kan kalau tidak pasti...""Kalau pasti nggak judi lagi""Jadinya mirip berdagang atau bekerja""Kepastian di-roulette itu meyakinkan""Dengan rumus dan kesabaran""Aku akan teliti terus sampai mana roulette ini""Teliti juga Bang...kemana uang itu...""Iya...uang haram tidak bercampur dengan yang halal"
Dom yang besar sudah terlihat makin jelas, kereta hampir sampai Hauptbahnhof Koln. Menjelang senja kereta sampai di Koln.
"...nah coba lihat...""...lihat apa...""Kita duduk di McD...kamu beliin aku fishburger ya...""Aku mau lihat...""Lihat apa...?""Itu gelandangan""Aku ingin kasih 20 Mark""Apa yang dia lakukan"
Dari McD aku dan Daisy mengamati gelandangan yang aku berikan 20 Mark.
"Bang lihat...percaya...!""Iya...ya...uang itu dia beli bir...""Lihat lagi...dia traktir temen2nya...""Beli bir...!"
Uang roulette ke OUI dan Bir...!
Ah kebetulan aja...besok2 aku masukkan kekotak mesjid...?
3.
Hanya 4 hari Daisy di Jakarta, dia sudah kembali lagi di Koln.
"Gimana kabar Uma...?""Biasa aja..."
"Kelihatannya visa masih sulit""Kenapa ?""Nggak tau...""Anti orang luar...!""Hitler banget..."
Setelah tembok Berlin runtuh dan Jerman Timur bersatu dengan Jerman Barat, terjadi penolakan orang luar dimasyarakat Jerman. Alasannya lapangan pekerjaan. Aku merasakan ada fasis dan rasis di politik Jerman.
"Uma tanya tentang Koblenz""Tentang bahasa Perancis""Ya...untuk apa kalau kamu nggak dapat visa study...""Atau aku kerja di Air Bus di Toulouse""Mau...?""Kenapa nggak""Kita lihat nanti""Jadi...3 bulan lagi...""Iya ijin tinggal sampai September""Hmmm...September...""waktu cepat berlalu"
Setelah menikah dengan Daisy, kemewahan "belajar" berpindah pada hal2 yang lebih nyata pada kehidupan. Apa saja diluar kampus bisa menjadi perhatian yang sangat serius.
Masalah letak toilet di dalam kota atau dimana tempat sampah diletakkan diseputar taman. Contoh lainnya tentang bunyi, tidak pernah terdengar "klakson" di jalan selama aku tinggal di Jerman. Juga dugaan bahwa surga di Jerman hanya diluar rumah, didalam rumah hanya neraka yang ada. Hubungan diluar rumah sangat saling menghormati, didalam diantara keluarga yang ada "kehidupan" mirip antar binatang.
Apa saja menjadi perhatianku dan mengamati kehidupan menjadi kesenangan baru. Begitu aku mempelajari kehidupan setelah "belajar" dikampus pelan2 terlupakan.
Sedangkan bahasa Perancis yang aku pelajari terasa biasa saja,menyenangkan namun bukan menjadi hal yang luarbiasa. Kemajuannya sangat lambat. IQ bahasaku memang rendah,hanya 126 dan malas sekali membuka kamus. Tapi jika Uma bertanya tentang kursus bahasa Perancis, aku selalu menjawab "menyenangkan", ini merupakan jawaban tidak jelas. Lagipula Uma juga tidak begitu peduli tentang bahasa. Uma lebih peduli tentang visa Daisy atau "senang" tidak hidup bersama Daisy. Setelah mulai agak bosan dengan Koln aku dan Daisy merencanakan untuk pergi ke Wolfenbuttel, Braunschweig dan juga Hannover.
Di Hannover ada casino. Di Hannover rumus A4 aku temukan. Hal ini akan membuat aku banyak bercerita pada Daisy tentang bagaimana rumus A4 itu aku temukan.
Di Hannover banyak kenangan tentang roulette.
Satu hari dihari Senin, hari libur bekerja di restauran Lee. Aku merencanakan untuk pergi ke casino am Maschsee Hannover.
Setelah bermalas2-an untuk bangun, dengan santai aku akan naik bis dari depan asrama Michaelishof ke arah Jasperalle dengan maksud melewati Altewiekring untuk makan di McDonalds. Uangku banyak sekali, jadi akan terlihat berlebihan jika aku dihari Senin ke McDonalds. Biasanya aku akan makan sepuasnya, lengkap dengan buah dan eskrim. Setelahnya take away 2 FischBurger-buah kiwi dan jeruk cina-Big Burger- Cheese Burger. Semua dalam kantong kertas coklat ramah lingkunan. Dan setumpuk tissue.
Setelah rumus A4 aku temukan, uang tidak lagi menjadi masalah. Perasaan seperti orang kaya dengan banyak uang dan membeli2 dihari Senin menjadi surga dunia.
Pernah tanpa rencana aku melewati toko alat2 tulis, begitu melihat pulpen Mont Blank, aku ingat Uma dan Abdul, 3 pulpen Mont Blank aku beli, satu untukku dan 2 langsung aku kirim ke Jakarta untuk Abdul dan Uma. Pulpen itu aku kirim langsung dari toko itu.Bukan dari kantor pos, walau ada extra biaya saat itu bagiku terasa murah sekali. 3 pulpen itu seingatku berharga 7500 Mark atau 7 bulan beasiswa IPTN.
Hari Senin itu aku berpakaian jas serba hitam, dasi kupu2 ada dalam saku jas. Berpakaian rapih dan necis menjadi syarat untuk masuk casino Hannover. Hanya sepatu yang aku pakai adalah Memphisto coklat asli kulit. Sepatu spesial untuk driver, soalnya dibagian tumit ada tambahan karet dengan tutul2 mirip kismis.
Jadinya kebayangkan seorang pria dengan stelan jas hitam yang rapih membawa2 tentengan "kantong" kertas coklat penuh burger.
Ketika hendak menuju tempat mangkalnya taksi aku melewati toko buku. Kulihat ada buku "Das Haus Nomura", aku masuk ke toko dan langsung membuka2 halaman "Nomura".
Kulihat ada foto Ryoichi Sasakawa bersama President Nomura Securities Setsuya Tabuchi.
Ingatanku seketika pada cerita Papa yang berkawan dengan Sasakawa.Ryoichi Sasakawa adalah pilot pesawat Kamikaze diatas Kalimantan ketika perang dunia II, pilot lainnya melakukan harakiri, Sasakawa mangkir menjadi penghianat. Kemudian Sasakawa adalah mafia Yakuza di distrik selatan Jepang. Usahanya dari prostitusi-obat2 narkoba dan saham.Untuk menutupi kejahatannya Sasakawa membujuk pimpinan2 ASEAN untuk memberi bintang kehormatan. Salah satunya dia membujuk Suharto.
Sebagai penghubung ke Suharto, Papa adalah salah satu dari suatu team. Aku nyindir Papa waktu itu dengan mengatakan bahwa Papa suka dengan sekretaris si Sasakawa yang cantik itu. Perempuan Jepang dengan wajah Canada.
"Seperti bintang film" kataku pada Papa."Asuransinya aja 1 Milyar" kata Papa."Pantesan senang menemaninya kemana aja di Jakarta""Hahahaha....lek na au sajo""Ah...kan ada yang lainnya""Jadi...si Sasakawa dapat Bintang Mahaputra...?" tanyaku."Iya rencananya yang klas III""Dengan syarat...harus membangun gedung FORKI-karate di Bandung dan Rumah Sakit Lepra di Sulawesi Selatan""Lalu...mau dia Pah...?""Mau..""Rencananya uang akan diserahkan melalui Soedharmono di Hilton pada acara Menteri Purnomosidhi-menteri PU saat itu"
Menteri Purnomosidhi adalah pimpinan FORKI. Hebatnya akan diserahkan juga cek yang sudah di tandatangani Sasakawa tapi jumlahnya masih kosong. Kata Papa akan diisi 2 Milyar sebagai upah fee "calo" Bintang Mahaputra. Semua diatur Soedharmono-menteri sekretaris negara.
Das Haus Nomura aku beli dengan maksud sebagai bahan bacaan dikereta dari Braunschweig ke Hannover. Kereta dari Braunschweig menempuh 1 jam ke Hannover.Merasa kurang aku beli juga novelSaul Bellow "Humboldts Vermachtnis". Dan semua bawaan sekarang jadi satu di "krecek" plastik toko buku yang agak kuat.
Di Bahnhof aku beli juga "penthouse" dan "play boy" dalam bahasa Inggris.
Karena ingin membuka2 Penthouse dan Play Boy maka aku duduk di VIP kereta. Ah uangku-kan banyak, jadi bukan lagi masalah apa aku di VIP kereta atau naik taksi dari toko buku ke Bahnhof. Suka suka aku saja.
Sesekali jika aku suka, aku bawa juga radio SONY supercanggih untuk menemaniku di kereta. Radio SONY itu kubeli dipasar gelap dan kemampuannya luar biasa. Percakapan Polisi atau Pilot bisa terdengar. Antenanya memakai "booster" dan radio itu illegal. Harganya juga selangit. Uang dari roulette cukup untuk membelinya.
Hari Senin itu berjalan biasa di casino Maschsee, makan di Shogun disebelah casino begitu lapar dan kemudian melanjutkan bermain roulette sampai dinihari. Lebih dari 10.000 Mark aku menang. Setelah letih dan mampir di "peepshow" di Cropke tidak jauh dari Bahnhof, aku pulang dengan terngantuk2 sambil membawa tentengan "krecek" plastik toko buku.
Setibanya di asrama langsung tertidur. Dan hari Selasa adalah hari bekerja dengan rasa malas di restauran Lee.
Di hari Selasa itu pada waktu istirahat siang aku kembali ke asrama Michaelishof karena aku ingat di "krecek" plastik toko buku masih ada kantong McDonalds dengan 2 FischBurger-buah kiwi dan jeruk cina-Big Burger- Cheese Burger.
Setiba dikamar asrama aku ingin kembali membaca "Nomura", tapi dengan perasaan kesal mendapatkan buku "Das Haus Nomura" juga novel "Humboldts Vermachtnis" rusak penuh cairan dari buah kiwi dan jeruk cina. Majalah Penthouse dan Play Boy halaman2-nya menjadi berhimpitan. Halaman2 kedua buku jadi banyak pola2 cairan seperti kepulauan seribu dilaut dilihat dari langit.
Kesal sekali, kenapa aku lupa makan McDonalds di kereta, kenapa mesti makan di Shogun ?
Krecek plastik memang aku titipkan ditempat barang di pintu depan casino. Tapi seharusnya ingat masih ada makanan dan buah di krecek itu.
Roulette membuat lupa dan karena kesal buku "Nomura" aku buang di kamar begitu juga buku Saul Bellow.
Kedua buku teronggok diujung kamar, hari ke hari rasa kesal itu masih ada dan pertanyaannya selalu...
"Kenapa aku lupa ada buah berisi cairan di krecek plastik ?""Kenapa aku lupa ada makanan di krecek plastik ?"
Sampai saat ditengah malam yang hening, aku lihat buku "Nomura" yang teronggok dan aku berfikir...
"Kenapa aku jadi kesal...?""Hanya karena buku...!""Hari Senin...sebelum jam 2...buku Nomura masih di etalase...dan buku itu bukan milikku...""Jadi rasa kesal timbul karena buku itu jadi milikku...?""Setelah aku beli..."
Kemudian perasaan tenang datang dan kuambil buku Nomura.
Di halaman depan buku Das Haus Nomura diatas tulisan Wilhelm HEYNE Verlag Munchen kutulis :
"rasa memiliki setelah membeli sama sekali tidak berarti kalau aku punya daya beli"
Besoknya aku ketoko buku. Ah uangku-kan banyak. Uang dari roulette cukup untuk membeli "Das Haus Nomura".
3.1
Jum'at siang aku dan Daisy melewati Dom. Kumpulan pengamen dari Chili seperti sedang show dengan musiknya yang merdu.
Turis2 yang datang ke Koln mengerumuninya, ada yang berkelompok serius mendengarkan musiknya dan ada juga yang sambil lalu hanya melihat pakaian unik yang dikenakan grup pengamen dari Chili itu yang mirip pakaian indian Amerika.
Turis2 itu datang dari China dan timur Eropa, ada juga pasangan2 bule dengan anak2 yang di gendong diatas pundak ayahnya. Selebihnya adalah orang2 yang berjalan dari Bahnhof ke arah Neumark atau sebaliknya.
Aku dan Daisy sedang menuju Bahnhof. Hari itu akan ke Wolfenbuttel. Rencananya naik kereta turun di Braunschweig dan setelah melihat asrama Michaelishof naik bus ke Wolfenbuttel.
Kereta tiba di Bahnhof Braunschweig menjelang jam 3. Suasana tenang membuat sepi sekali.
"Naik bis atau taksi" kataku singkat saja."Terserah Abang" jawab Daisy."Jadi ini kota Braunschweig...!""Sepi ya...""Kalau ada waktu enakkan naik bis""Kita naik taksi aja, biar cepet"
Didepan Bahnhof deretan taksi menunggu, supir taksi ada yang berkelompok berbincang2 sambil memegang botol bir dan ada juga yang membaca semacam "novel" duduk didalam taksi.
"Guten Tag""Guten Tag"
"Kemana...?" tanya supir taksi."Kita keliling sedikit, pertama kearah TU lihat asrama Rebenring dan Hans-Sommer lalu lewati kota ke Guldenstrasse""Alles klar...""Danke..."
Taksi mocca meluncur ke arah jalan Rebenring. Jalannya lancar dan beberapa menit saja sudah didepan asrama.
"Ini namanya asrama kandang monyet""Kandang monyet...?""Hahahaha...""Iya...karena banyaknya...""Jadi yang didalam monyet2...""Mungkin...hahaha..."
Taksi meluncur terus ke Hans-Sommer dan masuk ke halaman asrama.
"Kita berhenti disini sebentar...""Ayo keluar...""Eine sekunde...""Ok..." kata supir taksi.
"Lihat lapangan yang luas ini...""Lapangan bola...""Iya...disini dulu sering ada pesta antar mahasiswa""Dan aku jualan nasi goreng""Laku Bang...?""Ngantri...untuk mendapatkan nasigoreng...2,5 Mark...""Hanya nasigoreng setengah piring dengan irisan telur dadar""Bumbu nasigoreng dari Uma""Habis dan untung banyak"
"Juga ada jualan bir""Jual bir...?""Iya...Husin dan teman2nya protes""Yang lain...ok2 aja jual bir"
"Aku berpendapat...jika jual bir dan yang beli halal meminumnya, ya jadi tidak haram...!""Haram dong Bang...""Tidak lah...""Misal...aku punya supermarket didaerah Jerman ini""Lalu aku jual babi""Dan yang beli orang Jerman...ya tidak apa2 dong...""Kalau si Husin yang beli ya haram""Ah...darimana hukumnya...jual barang haram ya haram..."Daisy tidak menerima pendapatku.
"Nah itu...kamarku...""Yang mana...?""Itu yang ditengah""Jendelanya langsung menghadap lapangan""Satu malam aku bermimpi naik kuda putih yang besar sekali dan berekor panjang...waktu mendarat dilapangan ini, keempat kakinya persis di kornel-kick...""Gede banget tu kuda...!""Namanya juga mimpi..." kataku."Di mimpi itu aku naik kuda putih itu...terbang ke angkasa...kota semakin lama kelihatan semakin kecil dan lama2 sudah ada di surga...""Di surga...?""Iya kuda putih itu mengantarku melihat2 surga dan kulihat si Papa dikawal pasukan hijau melambai2 padaku...""Ah mimpi...!""Besoknya...kubuat puisi...judulnya 'kuda putih berekor panjang'...dimuat di jurnal mahasiswa"
Aku dan Daisy berjalan dan sebentar2 berhenti melihat sekeliling. Pohon2 cemara mengelilingi lapangan. Udara terasa nyaman dan tenang. Matahari serasa bersahabat dan setia menemani dengan kehangatan sinar sorenya.
"Ayo kita balik""Kemana kita sekarang?""Ke asrama Michaelishof""Belum makan siang lo...!""Sudah mau sore""Kita makan nasigoreng di restauran China atau bebek di restauran Jerman""Lihat nanti saja..."
Taksi memutar balik kearah Rebenring melewati TU dan mensa.
"Inilah tempat aku belajar...itu mensa tempat makan mahasiswa""Murah banget,... 2 Mark cukup...""Enak ya Bang...belajar...""Belajar itu mahal dan mewah""Aku ingin sekali belajar di Jerman" kata Daisy."Apa yang kamu mau pelajari...?""Biologi...""Ya mudah2-an visa belajarnya bisa cepat keluar""Tapi feelingku nggak akan...""Jadi...?""Ya...hanya mimpi...""Belajarlah dari kenyataan aja..."
Taksi berbelok di Muhlenpfordstrasse terus ke Wendenstrasse-Hagenmarkt dan berhenti dekat Burgplaz.
"Ya sampai disini saja...""Danke...berapa ?""...55 Mark...""Nah ini 70 Mark...sisanya tips""Danke...danke...""Hari yang indah ya..."kata supir taksi."Ya...hari yang indah...""Danke...""Aufwiedersehen...""Aufwiedersehen..."
Koper kecil mirip koper pramugari dan ransel merek Fox kubawa sambil berjalan-jalan santai layaknya turis.
"Aku yang bawa Bang..." kata Daisy."Ransel biar aku yang bawa" kataku.
"Nah ini Pferde Wetten...""Tempat judi kuda...!""Iya..."
Disebelah beberapa toko ada toko sepatu Hush Puppies dan kearah kiri persis diujung ada restauran China.
"Sudah lapar...?""Tadi iya...sekarang belum begitu...""...sudah makan roti...""Kalau belum lapar...lebih baik kita makan bebek di Haus zur Hansa""Restauran sebelah asrama Michaelishof""Restauran Jerman yang enak...walikota sering makan disitu""Mahal...?""Ah...uang banyak...""Uang haram...!""Bismillah aja sebelum makan""Jadi halal...""Darimana lagi hukumnya ?""Hahaha..."
"Nah itu diujung jalan kelihatan jendela kamar asrama""Itu Bang...""Iya...itu jendela dapur"
Di depan jendela kamar asrama ada jalan yang memisahkan dengan gereja. Pintu keluar gereja persis menghadap jendela kamar asramaku. Jendela kamar itu sering dikunjungi turis, cerita tentang jendela kamar samasekali tidak kumengerti. Asrama Michaelishof terbuat dari kayu, bangunan tradisional Jerman yang disebut Fachwerke. Diatas jendela kamar ada banyak topeng2 berwarna emas. Mungkin topeng2 itu penuh cerita masalalu.
"Nah ini asrama Michaelishof""Keren gerbangnya...""Tulisan Michaelishof berlapis emas ?""Warna emas""Besar juga ya...?""Kira2 250 kamar...""Ini pintu ke kamarku...""Di depan...""Hanya tiga kamar""Lihat kedalam""Dikunci""Kedalam tengah asrama""Dilantai ini kekiri ada 2 teman...yang satu baru menikah dari UI...dia ambil doktor bidang kimia""Di ujung...kamar paling besar, anak IPTN...""Namanya...?""Ah...lupa...siapa ya...Budiman...ah bukan...""Lupa aku...""Di lantai 2...ada anak China...sekarang di Canada bersama kakaknya...""Menyenangkan ya Bang..." kata Daisy."Uma sering jalan2 disini...terus kebelakang kekanan...dan diujung ada Mini Market PLUS...""Atau dia ke halte bus didepan itu...dan keliling kota...""Banyak yang naik sepeda ya...""Iya...sepedaku masuk ke kamar...""Ku simpan di dapur""Cewek2-nya Bang...?""Hahahaha....cewek2-nya, ya cantik2...""Ada yg Abang pacarin...?""Maunya...sih...""Kenapa nggak ?""Inget kamu terus...!""Hahahaha...""Bisa aja...padahal demen...""Naksir sih banyak...""Tapi kalau pacaran pasti berzina...""Kenapa ?""Ya...bebas...""Makanya si Husin dan kawan2-nya pulang ambil bini...""Pantesan aku cepet2 dikawinin" kata Daisy."Hahaha....maybe...""Kamunya yang ngebet-kan...!""Aku...?""Kenapa kamu mau De...?""Nggak tau...mungkin takdir..."
Suasana asrama tenang dan sepi. Sinar matahari sore membuat bayang2 di tembok asrama. Coklatnya kayu2 beton bangunan asrama Michaelishof makin coklat dan warna putih dinding jadi agak kekuning2an terkena sinar matahari sore.
"Ayo kita makan bebek""Jauh...Haus zur Hansa-nya""Itu dibalik gereja"
Di sebelah gereja letak Restauran Haus zur Hansa. Papan namanya mewah walau kecil saja. Tulisan Haus zur Hansa berwarna emas diatas dasar hijau lumut. Lambangnya seperti 2 angsa Australia. Setelah papan-nama itu ada papan-nama lainnya yaitu "Pizza Italiana". Restauran Haus zur Hansa memang bersebelahan dengan Pizza Italiana.
Setelah koper dan ransel dititipkan, seorang pelayan wanita cantik yang masih muda mengantar aku dan Daisy pada sebuah meja. Meja itu disisi jendela dan dari meja itu terlihat jalan Petersilien. Diseberang Guldenstrasse.
"Nah sekarang mau pesan apa ?""Buatkan bebek goreng yang paling nikmat""Agak lama..."kata pelayan cantik itu."Berapa lama ?""Setengah jam""Apa yang cepat""Sup...""Kalau begitu makan sup dulu""Sup apa...?""Sup ikan ada""Atau sup asparagus""Ikan apa ?""Ikan laut utara...?""Ah pokoknya ikan""Bebeknya jadi...?""Iya...jadi...""Jadi sup ikan dulu kemudian bebeknya""Danke...danke""Minumnya?""Apa De...""Aqua aja...""Ada sodanya lo...""Iya nggak apa2""Dua aqua ...satu Traubensaft dan Gingerale""Traubensaft kesukaan Ompung""Iya Uma suka sekali Traubensaft"
"Ok...Danke...""Danke...""Minumnya jangan lama ya...""Ah tidak lama""Sudah haus sekali""Iya...gut"
Pelayan di restauran itu cantik2 dengan pakaian yang bersih sekali. Semuanya bercelemek putih. Rambutnya semua pirang, orang Jerman asli. Mereka rata2 berpendidikan diploma.
"Itu disebelah pizza yang Abang pernah ceritakan disurat ya""Iya...enak dan kering...""Yang ovennya batu-kan""Iya...""Nanti kita beli untuk makan malam""Makan malamkan di Restauran Lee""Capek rasanya""Kita nginep aja dulu...biar besok siang kita makan di Lee""Santai makan pizza di hotel rasanya lebih enak""Pasti adamaunya...""Hahahaha...honeymoon...!""Kan...genit..."
Dari tempat duduk restauran Haus zur Hansa,aku memandang keluar. Taplak meja restauran putih bersih. Disisi kirinya ada bunga "primel" asli. Di meja restauran sudah lengkap ada pisau steak-garpu-serbet putih dan piring besar-kecil. Minuman sudah dari tadi diantar. Daisy sudah meminum Traubensaft setengah gelas.
Aku melihat keluar jendela, masih bisa kubaca "Petersilien".
Empat tahun yang lalu aku dan Alda cepat2 jalan menuju casino si Turki di jalan itu. Satu hari setelah aku menemukan rumus A9, rumus A9 adalah rumus untuk roulette di casino2 kecil. Roulette di casino kecil lain dengan casino besar seperti di Maschsee Hannover.
Meja roulettenya agak besar, piring angka2nya juga besar dan tetap tidak bergerak. Bolanya sebesar bola billiard. Diantara sisi luar piring dan angka2 ada garis. Jika bola besar menyentuh garis, aku akan menghitung 9 angka searah putaran bola. Disitulah bola "besar" itu berhenti. Enam bulan aku sampai pada rumus A9. Tapi setelahnya aku pahami semua itu tergantung dari cara bola itu diputar. Rumus A9 berlaku jika bola diputar biasa tidak "melintir".
"Jadi mulai hari ini kita akan kaya" kataku pada Alda tergopoh2 berjalan dengan cepat ke casino Turki."Tapi ingat ya, hari ini kita nggak main""Iya...hanya menguji rumus...""Berapa kali ?""Kita uji 20 kali...berapa kali rumus itu kena""Kalau 15 atau 16 kali keatas kena baru rumusnya ok""Ok ..." kataku."Bangsing nggak diajak ?" tanya Alda."Nggak ada dikamar tadi""Ida tau kita ke casino ?" tanyaku."Nggak...kalau tau pasti marah...!""Ah...yang penting...rumusnya ok apa nggak !""Pasti ok...kemaren menang 1000 lebih dari 2 Mark" kataku bangga."Bener...?""Ini...uang semua..."
Sesampai didepan casino Turki, ada secarik kertas yang ditempel di pintu kaca bertuliskan:
"MAAF sedang RENOVASI sampai WAKTU yang DITENTUKAN"
"Ah tutup...!""Sial...!""Besok pasti buka"
"Bang...!" Daisy agak membentak."Ngelamunin cewek ya...""Supnya dingin...""Nggak...inget casino Turki""Casino Turki ?""Iya...dulu disitu ada casino punya orang Turki""Nggak tau kenapa...waktu aku tau yang punya orang Turki...rasanya dada panas ""Setelah itu aku berniat menemukan rumus roulette dengan cara itu mungkin casino itu bisa tutup"
"Sekarang makan supnya" kata Daisy."Kelihatan enak ya ?""Enak banget...seperti sup sirip ikan hiu di Restauran Naga""Restauran Istana Naga"
Sup sudah habis, bebek belum juga disajikan.
"Lama ya bebeknya""Makan di restauran Jerman memang lama""Mereka kalau makan, sebelumnya ngobrol dulu, minum dulu""Kalau kita...pesen langsung makan""Kaya di GM serba cepet"
"Pizza juga lama...?""Bagusnya aku pesen sekarang ya""Biar nanti nggak nunggu lagi""Iya Bang...bener...""Pizza apa kamu mau ?""Pizza yang ada keju sama daging sapi...""Bukan babi...halal nggak ya... ?""Halal...kok...""Vegetables aja juga ok""Ya udah vegetables dan cheese pizza pake daging ikan sarden""Apa ada...?""Ada...tinggal minta campurin..."
Sebentar saja aku memesan pizza dan sudah kembali di meja bersama Daisy. Bebek belum juga datang.
"Nginep dimana malam ini ?""Di Wolfenbuttel""Iya dihotel apa?""Deutsche Hotel""Enak hotelnya Bang ?""Hotelnya kecil, bangunan kayu juga seperti asrama Michaelishof""Deket dari Restauran Lee ?""Iya deket...daerah Holzmarkt...""...5-7 menit jalan kaki ke Restauran Lee"
"Bebeknya lama...?" Daisy protes."Katanya setengah jam""Kalau makanan...orang Jerman nggak bisa tepat waktu""Hanya orang Indonesia yang bisa tepat waktu""Hahahaha...""Benerkan...!""Baru masuk kantor aja...udah mau makan siang pas jam 12...!""Hahahaha...""Tidak ada yang lama kalau urusan makanan di Indonesia""Kecuali mesen "torpedo" kambing di Jogya""...torpedo...?""Iya biji kemaluan kambing""Hahaha..."
Sewaktu kulihat gigi Daisy yang rapih dan putih bersih karena tertawa lepas, bebek itu datang.
"Kok lama sekali sih ?""Iya supaya enak masaknya lama""Darimana bebek ini ?""Polandia...""Pantes lama ya...""Hahaha...""Joke...hanya joke..."
"Guten Appetit""Danke...danke..."
"Ayo kita makan bebek""Lapar...pasti bebeknya enak...""Ini kuahnya ?""Iya...ada dua...""Hmmm enak Bang...""Berapa harganya ?""...120 Mark...""Pantes ya enak...masakan koki berijazah...""Hmmmm...renyahnya..."
Sewaktu aku makan bebek Polandia itu, mataku sekali lagi membaca jalan " Petersilien".
Dan aku ingat Alda bersamaku tergopoh2 ke casino Turki ingin cepat2 jadi orang kaya.
Bersambung...